Airlangga menuturkan, ketika otomatisasi semakin cepat dan biaya produksi 
semakin menurun, tenaga kerja murah tidak akan lagi menjadi strategi efektif 
untuk menarik investasi di bidang manufaktur. Negara-negara di seluruh dunia, 
khususnya Indonesia, perlu mempercepat laju transformasi atau beresiko 
kehilangan daya saingnya.
....
Airlangga Paparkan Hal Mutlak dalam Revolusi Industri

Selasa 04 Des 2018 22:12 WIB

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari




Airlangga Hartarto
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pemerintah harus membangun SDM yang dibutuhkan di era ekonomi digital.


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto 
mengatakan, penguasaan serta adopsi teknologi baru dan tenaga kerja yang 
terampil merupakan hal mutlak untuk implementasi revolusi industri keempat 
(4IR). Sebab, tren ini telah mengubah wajah industri manufaktur di era modern.


Airlangga menjelaskan, hadirnya disruptive technologies seperti artificial 
intelligence dan big data analytics telah mengubah sistem produksi global. 
"Dampaknya dirasakan dalam segala hal mulai dari proses produksi hingga 
manajemen rantai pasokan global (global supply chains)," tuturnya dalam acara 
Co-Class: The Fourth Industrial Revolution System Transformation di Gedung 
Kemenperin, Selasa (4/12).



Airlangga menuturkan, ketika otomatisasi semakin cepat dan biaya produksi 
semakin menurun, tenaga kerja murah tidak akan lagi menjadi strategi efektif 
untuk menarik investasi di bidang manufaktur. Negara-negara di seluruh dunia, 
khususnya Indonesia, perlu mempercepat laju transformasi atau beresiko 
kehilangan daya saingnya.



Airlangga menjelaskan, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah positif 
untuk menarik sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan guna membangun ekonomi 
digital. Khususnya, melalui peningkatan kualitas pendidikan vokasi yang akan 
dilakukan sejak awal mulai dari tingkat Sekolah Menengah Kejuruan dengan 
program link and match dan peningkatan lebih lanjut di tingkat Politeknik.



Peningkatan kualitas pendidikan vokasi akan didorong melalui penyesuaian 
kurikulum dan keterlibatan yang aktif dari sektor industri.



Untuk mempercepat implementasi 4IR di Indonesia, Kemenperin menjalin kerjasama 
dengan berbagai lembaga mitra. Di antaranya Tsinghua University (RRT), 
Fraunhofer IPK (Jerman), ESG (Singapura), dan National Research Council for 
Economics, Humanities, and Social Sciences (Korea Selatan).



Khusus pada kerjasama dengan Tsinghua University, beserta mitra lokalnya yaitu 
Yayasan United In Diversity, dititikberatkan pada peningkatan kapasitas SDM 
dalam bidang inovasi dan entrepreneurship leadership untuk industri 4.0. Kerja 
sama ini diimplementasikan melalui pelaksanaan capacity building SDM melalui 
diklat Co-Class Industry yang berakhir pada Desember ini.



Airlangga berharap, kegiatan ini dapat menghasilkan SDM yang memiliki kunci era 
4IR. "Yakni, pola pikir yang baru, pengetahuan atas teknologi digital, dan 
sikap kepemimpinan yang baik dalam era digital," ujarnya.



Sekjen Kementerian Perindustrian Haris Munandar menjelaskan, Co-Class merupakan 
program pendidikan kepemimpinan profesional bersama oleh Yayasan UID 
berkolaborasi dengan Tsinghua University, dan Institut Teknologi Bandung.



Program ini menawarkan pengalaman belajar yang unik yang memungkinkan para 
pemimpin sistem dari tiga pilar (Bisnis, Pemerintah, dan Masyarakat Sipil). 
Tujuannya, untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan yang dibutuhkan pada abad 
ke-21 dan mengajak mereka untuk mengeksplorasi secara kolektif dalam 
menciptakan apa yang disebut sebagai Solusi Berorientasi pada Keberlanjutan.



Haris mengatakan, berbicara mengenai berkembangnya persaingan di dunia industri 
manufaktur, tidak serta merta hanya fokus pada bagaimana pelaku industri 
beradaptasi dan menerapkan elemen-elemen dari industry 4.0. Di antaranya, 
penggunaan Artificial Intelligence, Micro Cencor dan Internet of Things.



Haris menjelaskan, kesuksesan industri Indonesia untuk dapat mengimbangi dan 
memanfaatkan perkembangan industry 4.0 terletak pada bagaimana kita 
mempersiapkan SDM berkualitas. Khususnya, memiliki sifat dari ego sektoral dan 
egosentris ke ekosentris dan kolektif, dari transaksional ke transformasional 
dan trust based, dari perdebatan ke dialog, dari eksklusif ke inklusif, dan 
dari aksi yang berkelompok ke aksi yang holistik dan kolaboratif.



Menurut Haris, kegiatan ini sejalan dengan salah satu program pemerintah. 
"Yaitu, revolusi mental guna mempersiapkan diri manusia Indonesia yang lebih 
optimistis dalam menghadapi persaingan dunia," ujarnya.

Kirim email ke