https://historia.id/asal-usul/articles/asal-usul-sunat-6lJzO?utm_campaign=web_notification&utm_medium=push_notification&utm_source=browser
Asal Usul Sunat Sunat dilakukan sebagai ritual keagamaan dan kedewasaan,
serta hukuman pada masa perang.

Oleh *Risa Herdahita Putri* <https://historia.id/@risa.h>

Lukisan abad pertengahan yang menggambarkan Yesus tengah disunat oleh
Pendeta Zacharias, yang sedang memotong dengan pisau besar. Perawan Maria
menggendong anaknya. Lukisan ini adalah sebuah narasi Alkitab di Gereja
Tingsted, Denmark. (Stig Alenas/Shutterstock).

Ada banyak teori soal akar praktik sunat pada laki-laki. Ada pendapat kalau
sunat lahir dari kebudayaan Mesir Kuno. Namun, teori terbaru menyebut sunat
berasal dari kebudayaan Arab selatan dan sebagian Afrika.

Selama ribuah tahun, menurut *Ancient Origins
<https://www.ancient-origins.net/history-ancient-traditions/history-circumcision-0010398>*,
sunat paling sering digunakan sebagai ritual keagamaan, ritual kedewasaan,
dan sebagai hukuman pada masa perang.

D. Doyle dalam “Ritual Male Circumcicion: a Brief History” terbit dalam *The
Journal of the Royal College of Physicians of Edinburgh *menjelaskan, sunat
telah dipraktikkan di beberapa bagian Afrika seperti Mesir, kepulauan di
Laut Selatan, Australia oleh suku Aborigin, dan oleh suku Inca, Aztec,
Maya, juga orang-orang Yudaisme, dan Islam.
*Sunat di Mesir dan Israel*


Relief di Saqqara.

Telah diketahui banyak orang kalau negeri para Firaun adalah pelopor
tradisi sunat. Referensi paling awal soal sunat berasal dari 2.400 SM. Itu
terlacak lewat sebuah relief di tanah pemakaman kuno Saqqara yang
menggambarkan serangkaian adegan medis, termasuk sunat pisau.

Di Mesir Kuno, praktik ini dilakukan pada remaja pria yang akan
diinisiasi menjadi pria dewasa dari kelas bangsawan. “Sunat Mesir mungkin
juga telah digunakan untuk membatasi kelas elite khusus,” tulis laman *Ancient
Origin*.

Namun, menurut perkiraan Doyle, orang Mesir mengadopsi sunat dari masa yang
jauh lebih awal, dari orang-orang yang tinggal di wilayah yang lebih jauh
ke selatan, yang sekarang masuk wilayah Sudan dan Ethiopia


Orang-orang selatan itu, secara genetik terkait dengan bangsa Sumerian dan
Semit. Mereka menurut para antropolog berasal dari Semenanjung Arab dan
telah melakukan kontak rutin, seperti berdagang atau bertempur dengan orang
Mesir.

Sementara, bagi tetangga mereka, orang Yunani, tradisi sunat ini dipandang
aneh. Pada abad kelima, Herodotus mengemukakan pendapatnya lewat sebuah
karya *The History of Herodotus*. "Mereka (orang Mesir, *red.*)
mempraktikkan sunat demi kebersihan, menganggap lebih baik bersih daripada
cantik," tulis laman *livescience
<https://amp.livescience.com/22685-circumcision-facts.html>**.*

Adapun di Israel kuno, sunat memiliki fungsi dan proses yang agak berbeda.
Sunat merupakan penanda etnis yang menunjukkan bahwa mereka adalah bagian
dari bangsa Israel.

Sebagaimana orang Yahudi modern, sunat biasanya dilakukan pada bayi,
delapan hari setelah kelahiran. Kendati praktik itu bisa juga dilakukan
pada orang dewasa, jika diperlukan. Mereka biasanya orang yang tadinya
non-Israel tapi kemudian memutuskan ingin masuk ke komunitas Yahudi.

“Salah satu cara yang membedakan agama Kristen dari Yudaisme adalah orang
Kristen non-Yahudi tidak perlu disunat,” jelas *Ancient Origin.*

Lukisan Ishak yang tengah disunat atau "Isaac's circumcision" dalam
Regensburg Pentateuch, Jerman sekira 1300. (Rachel-Esther/Flickr).


*Sunat di Budaya Afrika Lainnya*

Mesir bukan satu-satunya budaya Afrika yang mempraktikkan sunat. Sunat umum
di kalangan masyarakat Afrika timur. Sebagaimana di Mesir Kuno, biasanya
sunat terkait ritus peralihan ke dewasa. Laki-laki muda dari etnis Xhosa
dan Zulu secara tradisional memiliki ritual sunat yang rumit, di mana tubuh
mereka akan dicat dengan kapur sebelum disunat. Mereka akan diisolasi dari
komunitas selama beberapa minggu. Mereka tak boleh berdekatan dengan
perempuan.

Setelah disunat, mereka akan meninggalkan kulit khitan yang terpotong di
hutan sebagai simbol meninggalkan kehidupan masa kecil untuk menjadi
laki-laki, dan kemudian mencuci kapur di sungai.

“Sunat masih dilakukan secara teratur oleh pengusung kebudayaan ini, tetapi
biasanya di rumah sakit bukan dengan cara tradisional,” tulis *Ancient
Origin.*
*Sunat di Kawasan Oseania*

Sunat secara historis tidak hanya di Afrika dan Timur Tengah. Praktik
semacam ini juga dilakukan di Oceania dan Australia oleh suku Aborigin.
Mereka menggunakan kerang laut sebagai alat pemotongnya. Orang yang disunat
ditahan tubuhnya agar menghadap ke atas. Dia berbaring di punggung seorang
pria yang berlutut. Lengan dan kakinya dipegangi pria lain.

Untuk menghentikan pendarahan, menurut Doyle, mereka berjongkok atau
berdiri di atas asap dari api yang ditutupi dengan daun kayu putih selama
beberapa jam. “Ada yang mengatakan, darah yang menetes ke dalam api adalah
simbol simpati kepada perempuan yang mengalami menstruasi,” jelasnya.

Di Oceania dan Australia, sunat adalah ritual peralihan ke dewasa sekaligus
ujian keberanian.
*Masa perang*

Bukan hanya sebagai ritual menuju dewasa dan alasan keagamaan, sunat juga
digunakan untuk menghukum tentara musuh. Beberapa kasus terjadi di Timur
Tengah, Afrika timur, dan Asia Selatan.

W.D. Dunsmuir dan E.M. Gordon dari Department of Urology St. George’s
Hospital NHS Trust dalam "The History of Circumcision" yang terbit di *Journal
BJU International
<https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1046/j.1464-410x.1999.0830s1001..x>*
menyebut sunat
juga dipercaya sebagai tanda kekotoran atau perbudakan. Di Mesir Kuno
misalnya, prajurit yang ditangkap sering dimutilasi sebelum dijadikan budak..

Relief praktik sunat di Mesir Kuno pada dinding utara bagian dalam Kuil
Khonspekhrod di Precinct of Mut, Kuil Karnak, Luxor, dari masa Dinasti
kedelapan belas, Amenhotep III, sekira 1360 SM. (Lasse Jensen/Wikipedia).
*Siapa Tukang Sunatnya?*

Apakah selalu dokter yang melakukan sunat di zaman kuno? Mungkin tidak.

Dunsmuir dan Gordon mengatakan, pada zaman Alkitab sunat dilakukan para ibu
ketika bayi baru lahir. Namun, perlahan-lahan tukang sunat (*mohel*) mengambil
alih. Mereka adalah pria yang memiliki keterampilan bedah dan pengetahuan
agama yang mumpuni.

"Setelah berdoa, *mohel* menyunat bayi itu dan kemudian memberkati anak
itu, suatu praktik yang sedikit berubah hari ini," tulisnya.

Sementara dalam masyarakat Mesir Kuno, sunat dilakukan oleh pendeta dengan
kuku jempolnya yang sering dilapisi emas. Pun sepanjang abad pertengahan,
sunat dilakukan oleh petugas laki-laki yang religius. "Ada kemungkinan
bahwa dokter tidak melakukan sunat sampai paruh kedua abad ke-19,"
lanjutnya.


Relief di Italia yang memperlihatkan praktik sunat pada anak kecil.
(Wikimedia Commons).

Bagaimanapun, sunat dulunya merupakan kebiasaan yang langka. Sebagian besar
budaya di luar Afrika, Timur Tengah, dan Oseania, semula tidak
mempraktikkannya. Namun, praktik di budaya mereka nyatanya berpengaruh
signifikan pada peradaban terutama karena salah satu pilar peradaban barat,
Israel Kuno, melakukannya.

Sunat masih berlanjut hingga kini. Menurut *Ancient Origin*, sepertiga dari
pria di seluruh dunia disunat, trutama di kalangan Muslim dan Yahudi,
karena alasan agama. Di luar itu, sunat tersebar luas di Amerika Serikat
dengan alasan kesehatan. Namun, banyak organisasi medis utama dunia tidak
setuju ada manfaat yang signifikan dari sunat.

Sunat menjadi kontroversi karena kekhawatiran kurangnya informasi cara
pembedahan dan pelanggaran Hak Asasi Manusia.

Kirim email ke