Jumat 18 Mei 2018, 17:50 WIB
Mosaik Dunia Islam
Benarkah Muslim Ditindas di Xinjiang China?
Fitraya Ramadhanny - detikNews
https://news.detik.com/berita/d-4027365/benarkah-muslim-ditindas-di-xinjiang-china?utm_source=facebook
Yang Bilang Cina Anti Islam, Malu Lihat Video Ini..
https://www.youtube.com/watch?v=TpP_J7hUqWI
Benarkah Muslim Ditindas di Xinjiang China?Xinjiang Islamic Institute di
China (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
*FOKUS BERITA:*Mosaik Dunia Islam
<https://news.detik.com/indeksfokus/3687/mosaik-dunia-islam/berita>
*Urumqi*- Cerita sedih soal Muslim di Xinjiang, China suka beredar di
media sosial Indonesia. Tapi benarkah itu terjadi?
*detikcom*mencari tahu jawabannya dengan mendatangi langsung Xinjiang
pada 3-11 Mei 2018 lalu. Di Ibukota Provinsi Xinjiang Uyghur Autonomous
Region, Kota Urumqi, wartawan beberapa negara berjumpa dengan State
Council Information Office China, Information Office Xinjiang Uyghur
Autonomous Region dan Xinjiang Islamic Institute.
Presiden Xinjiang Islamic Institute, Abdurakib Bin Tumurniyaz adalah
seorang pria tinggi besar bersuara berat. Dia tahu betul betapa
pemberitaan negatif soal Xinjiang beredar luas di luar negeri.
"Berita soal puasa Ramadan dilarang, itu tidak benar! Datang saja ke
sini dan lihat langsung. Tidak ada aturan larangan. Saya memelihara
janggut panjang begini apa saya ditangkap? Kan tidak," kata Abdurakib.
*Baca juga:*China Buka Kamp Indoktrinasi di Wilayah Muslim Xinjiang
<https://news.detik.com/read/2018/05/18/152857/4027070/1513/china-buka-kamp-indoktrinasi-di-wilayah-muslim-xinjiang>
Lantas, bagaimana dengan kerusuhan besar yang pernah terjadi di Xinjiang
tahun 2009? Hal itu kemudian diikuti dengan beberapa kali insiden di
tahun-tahun berikutnya.
Abdurakib mengatakan kerusuhan itu bukan karena masalah agama Islam.
Xinjiang menghadapi masalah ekstremisme yang melibatkan kekerasan.
Padahal ajaran Islam sendiri cinta damai, dan pemerintah China menurut
Abdurakib menjamin kebebasan pemeluk agama.
Benarkah Muslim Ditindas di Xinjiang China?Abdurakib Bin Tumurniyaz,
Presiden Xinjiang Islamic Institute (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
"Berdasar UU di China dan peraturan agama di Xinjang, setiap warga
negara berhak mendapatkan kebebasan menjalankan agama. Gerakan
ekstremisme internasional mempengaruhi Xinjiang, mereka anti agama dan
anti masyarakat. Mereka merusak persatuan masyarakat. Sehingga melawan
ekstremisme adalah untuk kepentingan semua orang," kata dia.
*Baca juga:*Mencari Jejak Islam di Xinjiang
<https://news.detik.com/read/2018/05/18/120553/4026683/10/mencari-jejak-islam-di-xinjiang>
Dalam penelusuran detikcom, kerusuhan di Provinsi Xinjiang memang bagai
benang kusut. Yang paling banyak disorot adalah kerusuhan di Kota Urumqi
dengan korban tewas lebih dari 197 orang.
Konflik ini bukan dipicu oleh agama. Kerusuhan diawali konflik antara
etnis
muslimUyghur<https://news.detik.com/berita/d-2987328/wajah-eurasia-di-xinjiang-warisan-kuno-di-rentang-peradaban>dengan
etnis Han. Namun penting diketahui, konflik ini tidak bisa digebyah-uyah
sebagai konflik semua muslim di Xinjiang. Faktanya, etnis muslim Hui
tidak terlibat bahkan mereka tidak mau menjadi bagian dari konflik.
*Baca juga:*China Larang Warga Xinjiang Berjanggut Panjang dan Berjilbab
di Area Publik
<https://news.detik.com/read/2017/04/01/142256/3462397/934/china-larang-warga-xinjiang-berjanggut-panjang-dan-berjilbab-di-area-publik>
Khusus untuk etnis muslim Uyghur, rupanya ada sejarah panjang soal
separatisme sejak tahun 1960 yang dimotori beberapa kelompok, seperti
East Turkistan Islamic Movement (ETIM), dan yang terakhir adalah
Turkistan Islamic Party (TIP). Seperti halnya juga di Indonesia, ada
pengaruh kelompok teror seperti Al Qaeda sampai ISIS yang membuat urusan
separatisme Uyghur ini makin keruh.
Sikap keras dan represif pemerintah China dalam menghadapi kelompok ini
juga perlu dikritisi. Pendekatan humanis perlu dikedepankan. Dari
penjelasan Abdurakib, sepertinya pemerintah China juga menyadari itu.
Xinjiang Islamic Institute yang berdiri tahun 1982 dengan izin Partai
Komunis China (PKC) dan pemerintah Xinjiang, kini menjadi lembaga
pendidikan untuk mempromosikan Islam yang damai.
Benarkah Muslim Ditindas di Xinjiang China?Masjid Xinjiang Islamic
Institute (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
"Dari lembaga kecil sampai sebesar ini juga kita didukung PKC. Tahun
2014 kita bikin kampus baru dan selesai tahun 2017. Pemerintah lokal
Xinjiang bantu dana. Kita punya 71 pengajar yang digaji pemerintah
Xinjiang dan 480 murid. 5 Tahun kuliah, jadi sarjana dan lulusan kami
jadi imam di berbagai kota di China," kata dia.
Abdurakib lantas mengajak detikcom dan wartawan negara-negara lain
melihat masjid mereka yang baru dan megah. Kemudian kami melihat proses
belajar di kampus. Para mahasiswa belajar agama, mengaji dan bahasa
mandarin.
*Baca juga:*Melihat Islam dan Kaum Muda di Xinjiang
<https://news.detik.com/read/2015/08/09/021241/2987001/10/melihat-islam-dan-kaum-muda-di-xinjiang>
Abdurakib tidak menampik fakta bahwa anak-anak Muslim di sekolah milik
pemerintah China, belum boleh menjalankan ibadah. Pemerintah komunis
China memang meniadakan urusan agama dari segala kantor pemerintahan dan
institusinya.
"Jika itu institusi pemerintah memang begitu aturannya. Tapi selepas
dari sana, mereka bisa belajar agama Islam di sini," kata Abdurakib
mencoba berkompromi.
Menurut Abdurakib, pihaknya mengedepankan pembangunan budaya etnis
minoritas. Mereka membuka kerja sama dengan dunia internasional dengan
dasar saling menghormati dan bukan intervensi.
"Kita bikin pameran budaya ke Indonesia dan negara lain. Setiap
kebebasan beragama diperhatikan dan pemerintah juga memperbaiki diri.
Xinjiang sebagai Jalur Sutra Baru, kami mempromosikan dialog antaragama
dan antarwilayah," jelasnya.
Benarkah Muslim Ditindas di Xinjiang China?Mahasiswa belajar agama Islam
di Xinjiang (Fitraya Ramadhanny/detikcom)
Secara terpisah, detikcom juga bertanya kepada Sultan Mahmood Hali,
wartawan senior Nawa-i-Waqt, Pakistan yang sering bolak-balik ke
Xinjiang. Dia mengatakan pembangunan Xinjiang Islamic Institute memang
sungguhan.
"Dulu kantornya gedung tua bukan di sini tempatnya. Ini gedung baru,
saya juga baru lihat dan memang besar dan bagus," kata Mahmood Hali.
Jika mau melihatnya secara objektif, kedua pihak memang ada salahnya.
Pemerintah China tidak ingin ada separatisme, itu bisa dimaklumi. Namun
menghadapi kelompok minoritas dengan sikap represif itu tidak bisa
dibenarkan. Kita juga tahu bagaimana China menghadapi Falun Gong.
*Baca juga:*Wisata Kuliner Muslim Hui di Jalur Sutra China
<https://travel.detik.com/read/2018/05/12/160902/4017392/1520/wisata-kuliner-muslim-hui-di-jalur-sutra-china>
Di sisi lain, Uyghur merasakan kecemburuan etnis dengan Han. Namun
memakai jalan kekerasan, separatisme dan terorisme seperti yang
dilakukan sekelompok kecil oknum masyarakat Uyghur, itu juga salah.
Belum tentu semua etnis muslim Uyghur menghendaki cara seperti ini.
Dari kunjungan langsung ke Xinjiang, bisa dilihat memang ini masalah
kesenjangan antar etnis dari faktor historis yang cukup panjang, baik
aspek ekonomi dan politik. Orang Uyghur cemburu karena orang Han lebih
sejahtera secara ekonomi. Orang Han cemburu karena orang Uyghur tidak
terkena One Child Policy dan boleh punya anak lebih dari satu.
Sayangnya, ada pihak-pihak yang menutupi akar masalahnya dengan bungkus
konflik agama. Hal itu tampaknya supaya isu Xinjiang ini laku dijual
untuk mendapatkan simpati umat Islam di dunia. Namun, hal itu tidak
menyelesaikan akar masalah.
Pemerintah China harus bersikap lebih lunak lagi. Etnis Uyghur pun harus
mengedepankan cara-cara damai. Hentikan kekerasan. Etnis-etnis minoritas
lain di Xinjiang harus membuka komunikasi dan dialog. Xinjiang adalah
pekerjaan rumah yang belum selesai untuk China.
*(fay/dnu)*
---
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com