Cuitan Berbahasa Arab Presiden Prancis Macron Usai Hina Islam

Tim detikcom - detikNews
Minggu, 01 Nov 2020 22:08 WIB
164 komentar <https://news.detik.com/internasional/d-5237359/cuitan-berbahasa-arab-presiden-prancis-macron-usai-hina-islam?single=1#comm1> SHAREURL telah disalin <https://news.detik.com/internasional/d-5237359/cuitan-berbahasa-arab-presiden-prancis-macron-usai-hina-islam?single=1> Naikkan Gaji Minimum 100 Euro, Presiden Emmanuel Macron Berusaha Tenangkan Presiden Emmanuel Macron. (Foto: DW News)

*Jakarta*-

Presiden PrancisEmmanuel Macron <https://www.detik.com/tag/emmanuel-macron>mengklarifikasi pernyataannya yang menghina umat muslim. Namun kali ini Macron bicara soal agama menggunakan bahasa Arab via akun resmi Twitternya.

Cuitan Macron itu dibuat setelah kontroversi pernyataannya yang dianggap menghina umat muslim dunia. Komentar kontroversial Macron diucapkan saat memimpin penghormatan untuk guru Prancis yang tewas dipenggal.

Dalam pidatonya Macron bersumpah bahwa Prancis 'tidak akan menghentikan kartun (karikatur-red)' dan menyebut sang guru dibunuh 'karena Islamis menginginkan masa depan kita'.

*Baca juga:*Bicara Agama, Macron Ngetwit Pakai Bahasa Arab <https://news.detik.com/internasional/d-5237012/bicara-agama-macron-ngetwit-pakai-bahasa-arab>

Pernyataan Macron tersebut langsung menuai kecaman dan seruan boikot produk Prancis. Tapi setelah banyak kontroversi, Macron membuat klarifikasi.

Dia mengaku menghormati muslim yang terkejut atas kartun Nabi Muhammad SAW. Namun, Macron mengatakan tak ada alasan untuk kekerasan setelah penyerangan di gereja Prancis yang menewaskan 3 orang pekan ini.

Dilansir Reuters, Minggu (1/11/2020), Macron sudah mengerahkan ribuan tentara untuk mengamankan situs-situs seperti rumah ibadah dan sekolahan dan para menteri telah memperingatkan bahwa serangan militan Islamis bisa terjadi lagi.

"Jadi saya memahami dan menghormati bahwa orang-orang bisa kaget oleh kartun-kartun tersebut, namun saya tidak akan pernah menerima bahwa seseorang dapat membenarkan kekerasan fisik akibat kartun ini, dan saya akan selalu membela kebebasan di negara saya untuk menulis, berpikir dan menggambar," kata Macron menurut transkrip wawancara yang dirilis kantornya.

"Peran saya adalah menenangkan segalanya, itulah yang saya lakukan, tetapi di saat yang sama, untuk melindungi hak-hak ini," sebut Macron.

*Baca juga:*Macron ke Muslim: Saya Pahami Kemarahanmu, tapi Tak Menerima Kekerasan <https://news.detik.com/internasional/d-5236747/macron-ke-muslim-saya-pahami-kemarahanmu-tapi-tak-menerima-kekerasan>

Tak hanya itu, Macron juga membuat klarifikasi di akun resmi media sosial Twitternya. Bedanya, Macron mencuit dengan bahasa Arab. Apa Kata Macron? Simak di halaman berikutnya.

Ada enam cuitan yang dibuat Macron. Macron memulai klarifikasinya dengan menyebut kalau negaranya tidak memiliki masalah dengan agama apa pun.

"Bertentangan dengan apa yang saya dengar dan lihat di media sosial akhir-akhir ini, negara kita tidak memiliki masalah dengan agama apapun. Semua agama ini dipraktikkan dengan bebas di negerinya. Tidak ada stigma: Prancis berkomitmen untuk perdamaian dan hidup bersama," cuit Macron.

Dia juga menekankan tidak membenarkan segala macam bentuk kekerasan. Macron menyebut dalam misinya, Prancis melindungi kebebasan dan hak warganya.

"Saya ingin mengklarifikasi yang berikut: Apa yang kami lakukan sekarang di Prancis adalah memerangi terorisme yang dilakukan atas nama Islam, bukan Islam itu sendiri. Terorisme ini telah merenggut nyawa lebih dari 300 warga kita," kata Macron.

"Mereka menyebut saya bahwa saya 'mendukung kartun yang menghina Nabi'. Saya mendukung kemampuan menulis, berpikir, dan menggambar dengan bebas di negara saya, ini adalah hak dan kebebasan kami. Saya menyadari ini bisa mengejutkan dan saya menghormatinya, tetapi kita harus membicarakannya," tambahnya.

*Baca juga:*Jokowi Kecam Macron: Mengaitkan Agama dengan Terorisme Adalah Kesalahan Besar <https://news.detik.com/berita/d-5236124/jokowi-kecam-macron-mengaitkan-agama-dengan-terorisme-adalah-kesalahan-besar>

*(idn/idn)*


   Kolom


 Kesalahan Besar: Mengaitkan Agama dengan Terorisme

Idris Laena - detikNews
Minggu, 01 Nov 2020 22:01 WIB
9 komentar <https://news.detik.com/kolom/d-5237348/kesalahan-besar-mengaitkan-agama-dengan-terorisme?tag_from=wp_nhl_22#comm1> SHAREURL telah disalin <https://news.detik.com/kolom/d-5237348/kesalahan-besar-mengaitkan-agama-dengan-terorisme?tag_from=wp_nhl_22>
Ketua Fraksi Golkar MPR RI Idris LaenaFoto: Dok. MPR

*Jakarta*-

Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden K.H. Ma'ruf Amin beserta tokoh lintas agama telah mengadakan konperensi pers terkait pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Inti konperensi pers itu mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam dalam menyikapi kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Abdullah Abzorov yang beragama Islam terhadap Samuel Pati yang mengajarkan kebebasan berekspresi, dengan menunjukkan karikatur Nabi Muhammad SAW yang diambil dari Majalah Satir Charlie Hebdo.

Namun demikian, pada kesempatan itu, Presiden Jokowi juga mengecam keras pembunuhan yang terjadi di Paris itu maupun pembunuhan yang terjadi di Nice Prancis. Dari Kronologi tersebut, sebetulnya ada tiga kata kunci.

Pertama: Kebebasan berekspresi yang kebablasan karena dengan melecehkan keyakinan agama lain.

Kedua: Tindakan kekerasan yang sama sekali tidak pernah dibenarkan oleh agama mana pun.

Ketiga: Menghina agama lain dan mengaitkan dengan terorisme.

Sebetulnya tragedi demi tragedi yang muncul akibat masalah seperti di atas, sudah sering terjadi. Namun kali ini mendapat perhatian luas karena dilakukan oleh seorang presiden dari negara maju bernama Emmanuel Macron menyikapi dengan emosional yang justru cenderung menghina agama lain.

Yang tentu perlu disikapi dengan serius adalah jika seorang presiden dari sebuah negara maju masih mempunyai pandangan yang keliru tentang Islam, maka pasti ada sesuatu yang salah. Minimal komunikasi internasional yang selama ini menjadi domain dan menjadi tempat berhimpun negara-negara Islam OKI (Organisasi kerjasama Islam yang didirikan di Rabat-Maroko 25 September 1969 dan beranggotakan 57 negara serta memiliki perwakilan resmi di PBB) tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Lantas bagaimana dengan Indonesia? Negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia? Apakah hanya cukup mengecam jika ada tragedi?

Indonesia seharusnya bisa berperan besar menjadi komunikator yang baik dengan negara-negara lain di dunia. Selain karena Islam yang dipahami adalah Islam yang Rahmatan Lil Alamin, juga sejalan dengan sila pertama Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia yakni menjaga toleransi antar agama dan membangun toleransi antar umat beragama. Sehingga stigma Islam sebagai agama radikal bisa hilang dengan sendirinya.

Syahdan, ketika Sultan Muhamad Al Patih (Mehmet II) berhasil merebut Konstantinopel pada tanggal 29 mei 1453, penduduk yang beragama Kristen berlari ketakutan dan berkumpul di Haga Sovia. Mereka membayangkan akan dibinasakan oleh Sultan yang merupakan turunan ketujuh Kesultanan Ottoman yang berusaha merebut Konstantinopel. Namun apa yang terjadi, di depan masyarakat Sultan berjanji melindungi mereka (saat itu Romawi Timur dan Romawi Barat juga dalam keadaan bermusuhan) serta tetap menjamin kebebasan mereka untuk memeluk agamanya.

Saya tidak mengetahui secara persis lembaga apa yang seharusnya mengambil peran ini. Namun pemerintah kita punya Kementerian Agama, Majlis Ulama Indonesia, belum lagi organisasi-organisasi Islam yang merupakan partisipasi aktif masyarakat dalam mensyiarkan Islam yang Rahmatan lil Alamin itu, serta Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia yang punya Group Kerja Sama Bilateral atau Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia yang terus mensosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan. Yang jelas saatnya masyarakat dunia diberikan pemahaman dan merubah persepsi mereka bahwa mengaitkan agama dengan radikalisme maupun terorisme adalah kesalahan yang besar.

*Ir. H.M. Idris Laena, MH*,/Ketua Fraksi Golkar MPR RI/

*(akn/ega)*

Kirim email ke