-- j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2061-disiplin-rendah-sumber-petaka Selasa 14 Juli 2020, 05:00 WIB Disiplin Rendah Sumber Petaka Administrator | Editorial Disiplin Rendah Sumber Petaka MI/Seno Ilustrasi. PERKEMBANGAN wabah korona mulai kembali mengkhawatirkan. Bahkan DKI Jakarta yang sempat ber ha sil menekan penularan ki ni kembali menjadi jawara. Tingginya penambahan kasus di Ibu Kota itu diikuti secara ketat oleh Jawa Timur yang sebelumnya bolak-balik di po sisi teratas. Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah membayangi di belakang. Secara nasional, penambahan kasus positif covid-19 semakin ajek di atas seribu orang per hari. Hal itu di satu sisi memperlihatkan kapasitas tes yang naik pesat hingga mencapai 20 ribu spesimen setiap hari. Akan tetapi, di sisi lain menunjukkan penularan terus terjadi dalam jumlah besar. Laju penularan diikuti dengan angka kematian harian yang ikut cenderung meningkat. Rata-rata orang yang meninggal oleh covid-19 kini kembali di atas 40 orang setiap harinya. Beberapa kali angka itu bergerak mendekati rekor tertinggi 74 orang. Sejak ditemukan kasus positif korona pada awal Maret lalu, jumlah kematian hingga sekarang telah mencapai 3.656 orang. Indonesia berada di posisi keempat jumlah kematian tertinggi di Asia akibat covid-19. Tercatat lebih da ri 76 ribu kasus positif di Tanah Air. Masih besar kemungkinan banyaknya kasus yang belum terdeteksi di masyarakat. Perkembangan yang memprihatinkan tersebut tidak terlepas dari rendahnya kedisiplinan mematuhi protokol kesehatan. Banyak warga yang masih enteng berkeliaran di luar rumah tanpa memakai masker. Kalaupun memakai masker, tidak terpasang secara benar. Itu belum sampai pada persoalan ketidakpatuhan menjaga jarak dan mencuci tangan. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya disiplin. Pertama, kekurangpahaman atas protokol yang benar. Kedua, perilaku meremehkan keganasan covid-19. Kita tidak tahu secara pasti mana di antara dua faktor itu yang menyebabkan lebih dari seribu siswa Sekolah Calon Perwira TNI Angkatan Darat positif korona. Personel TNI yang diandalkan Kepala Negara untuk menegakkan disiplin warga saja begitu banyak yang tertular. Bisa jadi kekurangpahaman dan perilaku me remehkan sama-sama berperan di situ. Ketidakpahaman akan protokol bukan eksklusif milik warga. Para pejabat negara pun bolak-balik mendemonstrasikan minimnya pengetahuan mereka. Contohnya, ketika mereka hanya memakai tameng wajah atau face shield dalam berbagai kegiatan. Padahal, pejabat yang ditunjuk sendiri oleh Presiden sebagai juru bicara penanganan covid-19 Achmad Yurianto sudah mengingatkan bahwa tameng wajah saja tidak cukup. Berbeda dengan masker, tameng wajah tidak mampu mencegah menyebarnya titik-titik cairan pernapasan pemakainya. Bila dia membawa virus korona, orang-orang di sekitarnya akan sangat rentan tertular. Bahkan yang memakai masker sekalipun. Begitu egoisnya pejabat bertameng wajah tanpa masker, sampai-sampai lebih mementingkan senyuman mereka terlihat ketimbang melindungi orang lain. Pejabat saja tidak paham, bagaimana dengan warga biasa? Kedisiplinan yang tinggi tidak bisa ditawar-tawar lagi bila kita ingin terhindar dari petaka besar covid- 19. Petaka lebih besar lagi ketika fasilitas kesehatan kolaps. Kemudian, pemerintah tidak sanggup lagi menanggung biaya perawatan karena begitu banyaknya kasus covid-19. Ancaman petaka besar akan terus menghantui selama vaksin ataupun obat yang ampuh menyembuhkan covid-19 belum ditemukan. Yang bisa kita lakukan ialah terus-menerus menekan penularan seraya menjaga agar roda perekonomian tetap berputar. Tugas pemerintahlah dengan segala daya menegakkan disiplin mematuhi protokol kesehatan tanpa henti hingga masyarakat benar-benar terbiasa berperilaku yang aman dari korona. Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2061-disiplin-rendah-sumber-petaka