Sabtu, 13 Mei 2017
PRESIDEN: Soal Vonis Ahok, Saya sudah Memancing Keluar Musuh dalam Selimut,Mana 
yang bisa di pertahankan mana Yang harus di singkirkan,Karna saya lihat ini 
sangat Membahayakan NKRI 
 
CIKAOK NEWS - Satu lagi tulisan yang perlu ahoker dan Jokower pahami betul, 
terutama akan adanya aksi nyata musuh yang ingin membenturkan kubu Ahoker dan 
Jokower, penyusup kemarin adalah salah satu buktinya, seharusnya disaat ini 
ahoker dan jokower harus lebih solid lagi demi NKRI yang lebih baik !!

Sejak kasus Ahok masuk persidangan kita tidak pernah mendengar Presiden Jokowi 
berkomentar. Masa-masa kampanye yang mengharu biru juga kita tidak mendengar 
sedikitpun sinyal gerakan Pak De. Pak De bak pertapa pergi bertapa brata 
meninggalkan sohib kentalnya Ahok, co drivernya saat pilgub 2012 lalu.
Banyak orang membaca Pak De meninggalkan Ahok bertarung di gelanggang 
pertarungan sendirian. Benarkah anggapan itu?

Selasa malam, 9 Mei 2017, di LP Cipinang, dari atas mobil komando seorang 
penyusup mendapat panggung untuk bersuara. Perempuan paruh baya ini mencoba 
memprovokasi ribuan massa dengan mengatakan rezim Jokowi lebih parah dari rezim 
SBY. Ocehannya itu telah menjadi viral. Videonya menyebar kemana-mana.

Sebagai komandan di mobil komando, jujur saya kebobolan. Saat perempuan 
penyusup itu naik ke mobil komando, saya sedang merebahkan diri di atas aspal 
di samping truk kontainer yang terjebak macet sekitar sepelemparan batu 
jaraknya dari mobil komando.

Saya sudah tidak mampu bertahan lagi berdiri di atas mobil komando. 
Tulang-tulangku serasa mau remuk. Tidak sanggup lagi menahan bobot tubuhku. 
Saya minta izin rehat sejenak. Kendali komando diambil alih oleh teman lain.

Biasanya jika ada orang ingin orasi, jika tidak saya kenal akan saya selidiki 
siapa dirinya. Lalu membaca air mukanya. Menanyakan sedikit siapa dia. Apa 
motifnya. Apa yang mau diomongkannya. Sekaligus mewanti-wanti jangan ngomong 
macem-macem. Memastikan dia bukan penyusup yang akan membuat gaduh. Itu standar 
penyaringan untuk orang yang tidak saya kenal jika mau bicara.

Seperti Mbak Ririn dari Koalisi Perempuan yang ingin orasi malam itu. Tidak 
mudah untuk naik ke panggung meski mereka terus mencolek kaki saya agar diberi 
kesempatan bicara. Ada seorang pria yang ingin bicara satu menit, juga tidak 
saya berikan meskipun terus merayu dan mendesak.

Ya sudahlah, nasi sudah menjadi bubur. Pertanyaannya benarkah Jokowi 
meninggalkan Ahok? Seperti mulut ember perempuan penyusup itu?

Setiap profesi entah itu politisi, tentara, polisi, dokter, perawat dlsb tentu 
sudah tahu risiko pilihan profesinya. Tentara pasti sudah ikat kontrak untuk 
rela mati saat perang. Polisi sudah ikat kontrak rela mati demi melawan 
penjahat. Dokter rela kena penyakit saat merawat pasien. Itu risiko.

Politisi pejuang berkarakter seperti Jokowi dan Ahok sadar betul ranjau hutan 
belantara politik Indonesia. Mereka berdua tahu jalanan berliku penuh onak duri 
yang akan mereka lalui.

Mereka berdua driver dan co driver yang saling mengisi saat menjadi gubernur 
dan wakil gubernur. Mereka sehati, sepikir dan sepergerakan dalam mewujudkan 
cita-cita menjadi administratur keadilan sosial rakyatnya. Muara dari tujuan 
mereka adalah rakyatnya.

Sejarah berkehendak lain. Jokowi naik menjadi Presiden. Ahok naik menjadi 
gubernur. Dalam diri Presiden Jokowi melekat jabatan presiden sebagai pemimpin 
tertinggi eksekutif, Panglima Tertinggi TNI dan juga melekat jabatan kepala 
negara. Ia menjadi pemimpin bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan lagi partisan.

Suka tidak suka, mau tidak mau kasus Ahok ini bergerak dengan banyak manuver 
dari elit nasional. Setiap pergerakan massa yang besar pasti ada elit yang 
terlibat. Apakah itu pendanaan atau juga pemikiran.

Aksi 411 dan 212 bagian dari permainan elit politik nasional. Tujuannya jelas 
merebut kekuasaan Jokowi. Apakah dengan cara non konstitusional ataukah 
persiapan modal pilpres 2019. Ahok hanya sasaran antara saja untuk menggebuk 
Jokowi. Ahok hanya batu untuk menimpuk Jokowi.

Kekeruhan pat gulipat dari elit politik nasional itu sekarang mulai tampak 
perlahan. Kekeruhan adukan mereka mulai mengendap. Kini kita sudah tahu siapa 
di belakang ini semua. Apa tujuannya. Apa targetnya.

Apakah Jokowi tahu hal ini? Ya jelas dong. Masak tidak tahu. Saya saja yang 
makannya pecel lele sama minum kopi sachetan tahu.

Jika Pak De tahu mengapa dia diam?

Nah, inilah yang oleh anak Medan disebut Pak De itu diam-diam makan dalam. 
Makin diam Pak De makin dalam terpuruk musuh dalam sempak itu. Hahaha

Pak De tahu musuh dalam sempak itu ingin dia bereaksi. Terselip lidah merespon 
kasus Ahok ini. Jika Pak De kelepasan bicara, tamatlah riwayat Pak De. Senjata 
berkaliber ember raksasa akan terus memberondong Pak De setiap detik.

Para cukong dibelakang siap memuntahkan uang tak berseri mendanai pembusukan 
Pak De. Mirip terselip lidahnya Ahok di Kepulauan Seribu kemarin. Ahok 
dibombardir tanpa ampun jadinya. Kalah dan masuk penjara.

Apakah Pak De tahu skenario musuh dalam sempak ini? Ya tahulah dong. Wong gue 
saja tahu meski makannya pecel lele dan kopi sachetan.

Pak De tahu musuh dalam sempak itu sedang membuat kubangan lumpur hidup. Jika 
Pak De semakin bergerak lumpur hidup itu akan menghisapnya semakin dalam. Pak 
De tahu di lingkaran dalamnya banyak musuh dalam sempak sedang mengincarnya 
agar bereaksi salah. Itulah yang diharapkan musuh dalam sempak ini.

Sayangnya musuh dalam sempak ini keliru membaca pikiran rakyat. Hukuman dua 
tahun penjara buat Ahok malah menjadi api bumerang buat mereka. Tanpa 
disangka-sangka sejuta lilin menyala di banyak kota Indonesia. Ini di luar 
perkiraan mereka.

Lilin-lilin ini menjadi tangan raksasa yang menolong Pak De keluar dari 
perangkap kubangan lumpur hidup yang dibuat musuh dalam sempak itu. Rakyat yang 
selama ini diam tiba-tiba bersuara dengan caranya sendiri. Spontan. Tanpa 
cukong dan mobilisasi. Tanpa iklan lama propaganda di rumah-rumah ibadah.

Pak De dari Papua pasti tersenyum manis. “Rakyatku ternyata tahu harus 
bagaimana”, dalam hati Jokowi.

Energi raksasa dari cahaya lilin yang dihidupkan dari seluruh nusantara ini 
menyilaukan mata musuh dalam sempak itu. Jokowi tidak sendirian. Jokowi kembali 
mendapat berkah dari sohibnya Ahok yang mengorbankan dirinya demi cita-cita 
luhur mereka. Menjadikan Indonesia maju dan disegani dunia.

Dari balik jeruji besi Ahok berkata kepada sohib seperjuangannya Jokowi ” Hei 
buddy…Go !! Go !! Go !! You must go..dont think about me..save our country!!!

Ahok telah merelakan dirinya demi Indonesia kita. Ia tahu bahwa tidak selamanya 
hidup dalam jeruji besi itu akan mengubur cita-cita keIndonesiannya. Jokowi dan 
Ahok sadar bahwa muara dari semua kerja keras dan dedikasi mereka adalah untuk 
rakyatnya. Siapapun diantara mereka akan menjadi pundak untuk memenangkan 
cita-cita luhur bangsa.

Jadi, salah besar jika Jokowi meninggalkan Ahok. Ahoklah yang mengorbankan 
dirinya kepada sahabatnya Jokowi untuk menyelesaikan misi mereka berdua. Misi 
menjadikan Indonesia negara maju dan berkeadilan. Bagi Jokowi menyelesaikan 
misi itu berarti mewujudkan nilai-nilai Ahok sahabatnya sendiri 
Trending Topik di 20.47 
SUMBER: 
http://www.cikaok-news.com/2017/05/presiden-soal-vonis-ahok-saya-sudah.html?m=1

Kirim email ke