-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>

https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1891-haji-agus-salim-belajar-jarak-jauh



Sabtu 25 Juli 2020, 05:00 WIB 

Haji Agus Salim Belajar Jarak Jauh 

Usman Kansong Dewan Redaksi Media Group | Editorial 

  Haji Agus Salim Belajar Jarak Jauh MI/Ebet Usman Kansong Dewan Redaksi 
Media Group. HAJI Agus Salim semasa kecil bersekolah di Europeesche Lagere 
School. Pahlawan nasional itu bisa belajar di sekolah khusus anak-anak Eropa di 
Hindia Belanda tersebut lantaran ayahnya pegawai pemerintah. Agus Salim dikenal 
cerdas di sekolah. Ia doyan berdebat dan berpikir kritis. Bahasa Belandanya 
bagus. Pun ia cakap dalam pelajaran sejarah dan berhitung. Orang menganggap 
Agus Salim anak istimewa karena pintar tanpa belajar. Dia sehari-hari sering 
terlihat bermain, menonton bioskop, atau piknik bersama teman-teman bulenya. Di 
rumah dia lebih sering terlihat mengerjakan tugas rumah. Tidak banyak yang tahu 
setiap siang setelah makan Agus Salim mengendap naik ke loteng rumah. Di sana 
dia menekuni pelajaran yang baru diperoleh di sekolah sekaligus mempersiapkan 
pelajaran esok harinya. Karena di loteng gelap, dia harus membuka beberapa 
genting agar cahaya masuk. Beberapa hari lalu media memuat foto mahasiswa, 
pelajar SMK, dan siswa SMP yang belajar di tepi jalan. Mereka berbuat begitu 
demi mendapatkan sinyal internet supaya bisa belajar daring. Di rumah mereka 
tidak ada sinyal internet. Saya terharu melihat foto itu. Terharu karena mereka 
pantang menyerah mendapatkan sinyal internet demi belajar daring. Mereka serupa 
Agus Salim yang pantang menyerah mengendap-endap ke loteng supaya bisa tenang 
belajar. Bila mahasiswa, pelajar, siswa, atau murid dewasa ini pantang menyerah 
mencari sinyal internet, Agus Salim dulu pantang menyerah mencari cahaya di 
loteng rumahnya. Namun, tak sedikit yang mengkritik proses belajar daring. 
Mereka mengatakan jaringan internet di Indonesia belum merata. Celakanya mereka 
yang kerap mengeluhkan ketiadaan internet atau kuota internet itu terlihat 
selalu eksis di media sosial. Belajar daring sesungguhnya hanyalah salah satu 
metode pembelajaran jarak jauh. Metode lainnya ialah melalui televisi atau 
radio. Metode lainnya lagi guru mendatangi sekelompok siswa hari ini, lalu 
mendatangi kelompok lainnya di hari lain. Kita tentu bisa mengkreasikan 
metode-metode lain untuk pembelajaran jarak jauh. Ketersediaan berbagai metode 
belajar jarak jauh semestinya tidak membuat kita bergantung pada satu metode. 
Bila jaringan internet tidak tersedia di satu tempat, kita bisa ke tempat lain 
di sekitar kita yang ada jaringan internetnya, seperti yang dilakukan 
mahasiswa, pelajar, dan siswa tadi. Namun, bila di tempat kita dan sekitarnya 
tak tersedia jaringan internet sama sekali, kita bisa menggunakan metode lain. 
Tentu saja dalam waktu yang tidak terlalu lama pemerintah semestinya 
menyediakan jaringan internet secara merata. Apalagi, metode pembelajaran 
daring kiranya bakal berlangsung lama, bahkan mungkin bakal permanen, 
setidaknya menjadi tren. Sejumlah lembaga pendidikan ternama di dunia dan 
Indonesia menyelenggarakan massive open online course (MOOC). Kembali ke Haji 
Agus Salim, dia punya delapan anak. Dia tidak mengirim anak-anaknya ke sekolah 
formal, kecuali si bungsu. Dia mengajar segala mata pelajaran kepada 
anak-anaknya di rumah. Tidak ada kelas, tidak ada jam pelajaran mengikat. Agus 
Salim beralasan pendidikan saat itu ialah sistem pendidikan kolonial. Anak 
bungsunya dimasukkan ke sekolah formal setelah Indonesia merdeka. Apa pun 
alasannya, Agus Salim kiranya melakoni apa yang kini disebut home schooling. 
Dalam konteks pandemi covid-19 ini, dia melakoni belajar dari rumah yang 
menjadi salah satu metode pembelajaran jarak jauh. Bila Agus Salim melakoni 
pembelajaran di rumah karena pandemi kolonialisme, kita menjalaninya karena 
pandemi korona. Namun, orangtua kerap mengeluhkan proses belajar dari rumah. 
Mereka kerepotan membantu anak-anaknya belajar di rumah. Mungkin karena selama 
ini orangtua memercayakan pendidikan anaknya kepada sekolah formal dan tahunya 
terima beres. Kita mengeluhkan pembelajaran jarak jauh tidak efektif, tetapi 
pembelajaran jarak jauh justru membuat Agus Salim pintar. Kita mengenalnya 
sebagai diplomat ulung yang menguasai sejumlah bahasa. Ia belajar dan menguasai 
berbagai bahasa secara autodidak, bukan melalui pendidikan formal. Efektif atau 
tidak, proses pembelajaran bergantung pada kerja keras dan kreativitas kita. 
Kerja keras dan kreativitas mensyaratkan ketidaktergantungan pada satu hal. 
Betul Kemendikbud semestinya memberi panduan, tetapi kita tidak boleh 
bergantung padanya. Panduan pembelajaran tetap membutuhkan kerja keras dan 
kreativitas supaya ia efektif. Kalaupun tak ada panduan dari Kemendikbud, kita 
tak boleh menyerah, tetap bekerja keras dan kreatif menciptakan metode belajar 
efektif. Hanya dengan kreativitas, kerja keras, dan kemandirian dalam dunia 
pendidikan, kita bisa menghasilkan manusia Indonesia unggul. Haji Agus Salim 
telah membuktikan itu.

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1891-haji-agus-salim-belajar-jarak-jauh






Kirim email ke