Haris Azhar: Pemerintah Tak Mau Lockdown Karena Enggan Santuni Orang Miskin
Dany Garjito | Farah NabillaRabu, 25 Maret 2020 | 12:00 WIBHaris Azhar. 
(Suara.com/Ummi Hadyah Saleh)
"Saya melihat pemerintah tidak mau lockdown karena pemerintah pusat mau 
menghindar dari tanggung jawab untuk ngurusin warganya," kata Haris.

Suara.com - Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Haris Azhar menilai bahwa 
pemerintah enggan me-lockdown negara karena ingin menghindari tanggung jawab 
menyantuni masyarakat sipil yang tak bisa bekerja.

Pernyataan ini ia sampaikan ketika menjadi narasumber dalam acara Indonesia 
Lawyers Club di TV One, Selasa (24/3/2020).




"Pemerintah enggak bisa lockdown, ya emang enggak bisa karena tidak ada 
lockdown dalam hukum kita. Hukum kita kenalnya karantina," kata Haris.

Karantina yang dimaksud, lanjut Haris bisa berupa karantina nasional atau 
lokal, atau di tempat-tempat tertentu. Bergantung pada lokasi dan konsentrasi 
untuk melakukan pemulihan.

Haris mengatakan pemerintah justru menyerukan kampanye diam di rumah seperti 
yang dilakukan oleh para petugas medis. 

"Saya bukan tidak peduli sama teman-teman yang memiliki ketahanan ekonomi yang 
tidak kuat seperti masyarakat kelas menengah. Justru saya minta supaya 
Undang-Undang Karantina Kesehatan No.6 itu diberlakukan. Dengan begitu ada 
ketegasan negara. Di situ negara berbeda dengan kelompok-kelompok profesi, 
kelompok-kelompok pekerja," katanya menjelaskan.



Ia mengingatkan bahwa Undang Undang Kesehatan No.6 Tahun 2018 tersebut 
ditandatangani oleh Presiden Jokowi. Maka ia mendesak agar pemerintahan 
Presiden Jokowi segera menggunakan UU tersebut."Saya melihat pemerintah tidak 
mau lockdown karena pemerintah pusat mau menghindar dari tanggung jawab untuk 
ngurusin warganya, yang minta kalau dua minggu diam di rumah, kirimin 
berasnya," kata Haris memberikan penjelasan.
Cepat dan Menyebar, Haris Azhar: Bisa Enggak Negara Bekerja Seperti Virus?

Haris Azhar di ILC. (Tangkapan layar Youtube/IndonesiaLawyersClub)
Aktivis hukum dan HAM Haris Azhar mendesak agar negara harus lebih cepat dalam 
menangani virus corona dibanding virus itu sendiri.

Menurutnya, penyebaran virus corona hingga menjadi wabah ini menunjukkan bahwa 
virus bekerja lebih cepat daripada kebijakan publik negara.

Melansir dari tayangan Indonesia Lawyers Club di TV One, Haris mengatakan, 
"Negara harus belajar dari corona, bagaimana mereka cepat menyebar. Bisa enggak 
negara bekerja secepat virus? Lebih cepat kalau perlu".

Haris juga mendesak agar pemerintah menangani penyakit ini secara komprehensif 
dan berlapis.

"Komprehensif artinya tidak cuma dari satu angle, tapi harus dari berbagai sisi 
dan ruang. Dan berlapis-lapis," ujarnya pada Selasa malam (24/3/2020).

Ia menganalogikan penanganan berlapis yang harus dilakukan pemerintah seperti 
halnya sistem pencegahan berlapis tubuh manusia dalam menghadapi virus.
"Artinya bukan cuma pakai masker, tapi cuci tangan, tetapi kalau bisa juga 
hindari juga menyentuh mata, hidung, mulut, atau bagian lain yang bikin virus 
masuk ke badan, lalu kalau bisa badan juga sehat. Itu di level kita, tapi 
pemerintah juga harusnya melakukan multilayers ini," paparnya.




Kirim email ke