res : Monggo-monggo, silahkan banyak merokok, pasti sehat,tenaga kuat dan nafsu 
besar hahahahahahaha

http://www.suara.com/bisnis/2017/01/23/080005/indonesia-punya-kepentingan-ekonomi-yang-besar-pada-tembakau

Indonesia Punya Kepentingan Ekonomi yang Besar Pada Tembakau

Adhitya Himawan
Senin, 23 Januari 2017 | 08:00 WIB

  
Tanaman tembakau. [Pixabay]

Ditegaskan Firman, sikap Indonesia yang belum meratifikasi FCTC harus dipahami 
oleh publik.


Suara.com - Calon gubernur DKI Jakarta,  Anies Baswedan sepakat bahwa anak-anak 
perlu dicegah untuk mengkonsumsi rokok. Sebab, rokok menimbulkan ketergantungan 
dan mudah sekali berdekatan dengan narkoba. Hal itu disampaikan Anies saat 
berkunjung ke Duri Kosambi, Jakarta Barat beberapa waktu lalu. 

Menanggapi pernyataan Anies, politisi senior Partai Golkar, Firman Soebagyo 
mengatakan sudut pandang Anies Baswedan merupakan sudut pandang yang memang 
ingin menstigmakan bahwa perokok adalah pintu masuk narkoba, bahwa kalau ada 
anak kecanduan narkoba, itu pasti karena dia mengkonsumsi rokok.

“Pandangan Anies yang demikian itu dikarenakan dia gagal paham,” kata Firman di 
Jakarta, Minggu (22/1/2017).

BACA JUGA

Politisi Golkar Minta Sri Mulyani Peduli Nasib Petani Tembakau

Firman mengatakan, dibalik stigma rokok pintu masuk narkoba, ada agenda 
kepentingan ekonomi. Hal ini sejalan dengan agenda Framework Convention on 
Tobacco Control (FCTC), dimana sampai saat ini Indonesia belum meratifikasi 
FCTC. Bahkan, Amerika Serikat tempat dimana kantor WHO berada belum juga 
meratifikasi FCTC.

Ditegaskan Firman, sikap Indonesia yang belum meratifikasi FCTC harus dipahami 
oleh publik. Hal ini mengingat kebanyakan negara yang meratifikasi traktat 
internasional itu tidaklah memiliki kepentingan ekonomi terhadap tembakau.

“Di Indonesia, tidak berarti perlu meratifikasi FCTC. Pasalnya, besarnya 
kepentingan ekonomi, sosial, dan budaya negara serta masyarakat terhadap 
tembakau,” ujar dia.

Firman mewanti-wanti Anies agar lebih bijak merespon sektor rokok dari hulu 
sampai hilir. Jangan sampai hanya informai tidak utuh yang didapatnya, kemudian 
menjustifikasi rokok sebagai pintu masuk narkoba.

Merujuk laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba tahun 
2014, jumlah penyalahguna narkoba diperkirakan ada sebanyak 3,8 juta sampai 4,1 
juta orang yang pernah memakai narkoba dalam setahun terakhir (current users) 
pada kelompok usia 10-59 tahun di tahun 2014 di Indonesia. Jadi, ada sekitar 1 
dari 44 sampai 48 orang berusia 10-59 tahun masih atau pernah pakai narkoba 
pada tahun 2014. Angka tersebut terus meningkat dengan merujuk hasil penelitian 
yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan Puslitkes UI dan 
diperkirakan pengguna narkoba jumlah pengguna narkoba mencapai 5,8 juta jiwa 
pada tahun 2015.

Sementara, data PBB untuk kejahatan narkoba, UNODC (United Nations Office on 
Drugs and Crime) menyatakan bahwa diperkirakan sekitar 3,7 juta sampai 4,7 juta 
orang pengguna narkoba di Indonesia. Sekitar 1,2 juta orang adalah pengguna 
crystalline methamphetamine dan sekitar 950.000 orang pengguna ecstasy. Sebagai 
perbandingan ada 2,8 juta pengguna cannabis dan sekitar 110.000 pecandu heroin.

Jadi, menurut Firman, Anies tentunya paham betul praktek perdagangan narkoba 
dunia dan dampak-dampaknya baik bagi pengguna narkoba, maupun masyarakat dan 
negara. Oleh karena itu, Firman menyarankan supaya Anies tidak mudah terjebak 
kampanye anti kretek yang dilakukan kelompok anti tembakau di Indonesia.

“Jangan sampai Anies terjerat kampanye negatif terhadap kretek, tapi tidak tahu 
apa kepentingan mereka yang mendorong pengendalian tembakau ini,” pungkas 
Firman.

Kirim email ke