-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>





https://news.detik.com/kolom/d-5133224/infrastruktur-hijau-untuk-pembangunan-kota?tag_from=wp_cb_kolom_list


Kolom

Infrastruktur Hijau untuk Pembangunan Kota

Naga Wijaya - detikNews

Jumat, 14 Agu 2020 15:17 WIB
0 komentar
SHARE URL telah disalin
Objek wisata Babakan Siliwangi Forest Walk ditutup sejak bulan Maret guna cegah 
COVID-19. Lima bulan ditutup, seperti apa kondisi ruang terbuka hijau itu kini?
Sebuah ruang terbuka hijau di Bandung (Foto: Siti Fatimah)
Jakarta -

Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan permintaan akan air bersih dan 
udara bersih meningkat serta yang tak kalah penting adalah infrastruktur.. 
Pembangunan infrastruktur yang terus-menerus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan 
manusia telah mengkonversi lahan kosong alami yang tadinya berupa sawah, 
ladang, ataupun hutan menjadi sebuah kawasan perkotaan.

Hal tersebut terbukti dari anggaran infrastruktur Indonesia yang meningkat 
sebesar 167% dari tahun 2014 yang awalnya hanya Rp.157,4 T menjadi Rp.420,5 T 
pada tahun 2019 (Kemenkeu, 2019). Namun, pembangunan tersebut justru membawa 
dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan khususnya aspek lingkungan. 
Pembangunan kawasan perkotaan seringkali kurang atau bahkan sama sekali tidak 
memperhatikan kelestarian lingkungan.

Lantas, apa usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut? Beberapa 
kota di negara maju telah mempraktikkan sebuah konsep pembangunan yang ramah 
lingkungan, yaitu konsep infrastruktur hijau atau yang dikenal dengan istilah 
green infrastructure. Mengapa konsep infrastruktur hijau sangat penting untuk 
diterapkan dalam pembangunan di kota?

Meningkatkan Kualitas Udara

Penerapan konsep infrastruktur hijau yang sederhana seperti menanam pohon dan 
tanaman di tepi jalan dapat meningkatkan kadar oksigen dan memperlancar 
sirkulasi udara di kawasan kota. Hal tersebut dapat membuat kualitas udara di 
kota membaik, mengingat banyaknya kendaraan bermotor dan industri-industri yang 
mengeluarkan gas beracun.

Selain itu, keberadaan pepohonan, taman, dan infrastruktur hijau lainnya juga 
dapat mengurangi polusi yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar. 
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat 
menunjukkan bahwa pohon-pohon yang terdapat di Chicago diperkirakan dapat 
menghilangkan 6190 ton polusi udara per tahun dan adanya pohon-pohon tersebut 
dapat meningkatkan kualitas udara sebesar 5-10% (Nowak, 1994).

Salah satu konsep yang telah diterapkan di beberapa negara maju yaitu green 
street atau penanaman pohon di sisi kiri dan kanan dari infrastruktur jalan 
ataupun di pembatas/median jalan. Aplikasi tersebut dapat menekan emisi karbon 
dari kendaraan bermotor yang ada di kawasan perkotaan. Selain green street 
(jalan bervegetasi), terdapat juga green roof (atap bervegetasi).

Green roof bukan berarti atap yang dicat dengan warna hijau, melainkan dengan 
meletakkan tanaman pada permukaan atap. Konsep tersebut sebenarnya sangat cocok 
diterapkan di wilayah perkotaan mengingat keterbatasan lahan kosong untuk 
menanam tanaman. Penelitian menunjukkan bahwa 19,8 ha green roof di Chicago 
dapat menghilangkan polutan udara sebesar 1675 kg per tahun dengan 27% O3, 27% 
NO2, 14% PM10, dan 7% SO2 (Yang, et al., 2008). Selain itu, green roof juga 
menambah nilai estetika dari suatu bangunan.

Memodifikasi Iklim Mikro

Pembangunan infrastruktur yang dilakukan terus-menerus berdampak negatif pada 
lingkungan. Salah satu dampak negatifnya adalah pemanasan global akibat hutan 
yang digunduli dan diganti dengan beton, besi, ataupun kaca.

Sebuah studi tentang suhu udara yang diukur di Bandara Midway yang terletak 
dekat dengan pusat kota dan Laboratorium Nasional Argonne (U.S Department of 
Energy) di pedesaan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan suhu yang signifikan 
sebesar 54°F atau 3°C antara kota dan daerah pedesaan (Ackerman, 1985). Tidak 
dapat dipungkiri hal tersebut merupakan dampak dari infrastruktur abu-abu (gray 
infrastructure) di area perkotaan. Oleh sebab itu diperlukan infrastruktur 
hijau yang memiliki peran untuk mengurangi efek pemanasan akibat perubahan 
iklim dan penyerapan radiasi matahari secara langsung oleh bangunan (khususnya 
bangunan berkaca).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Greater Manchester menemukan bahwa dengan 
meningkatkan kawasan infrastruktur hijau sebesar 10% dapat menurunkan 
temperatur panas hingga 2,5°C (Gill, 2007). Konsep yang dapat diterapkan dapat 
berupa green roof ataupun green street. Kedua konsep ini sangat cocok 
diterapkan di kawasan perkotaan lantaran tidak memakan ruang yang luas. Di 
samping dua konsep ini, kita juga bisa menanam pohon di sekitar rumah. Menanam 
pohon di sekitar rumah juga bermanfaat sebagai pemecah angin ataupun 
memperkecil kekuatan angin apabila terjadi angin kuat.

Memanajemen Air Hujan

Manajemen air hujan merupakan usaha mengurangi limpasan permukaan (run off) 
dengan menginfiltrasi air hujan ke dalam tanah sebagai usaha pencegahan banjir. 
Dalam memanajemen air, infrastruktur hijau menggunakan pendekatan 
non-struktural dengan biaya yang sangat rendah dibanding penggunaan 
infrastruktur abu-abu, contohnya bendungan.

Sebagian besar lahan di kota sudah tertutup dengan beton dan aspal sehingga 
apabila hujan turun, limpasan yang dihasilkan akan sangat besar dan akan 
mengakibatkan banjir. Salah satu contoh penerapan konsep infrastruktur hijau 
dalam mencegah terjadinya banjir yaitu dengan retensi (panen) air hujan. 
Prinsipnya adalah menangkap dan menyimpan air hujan untuk digunakan di kemudian 
hari, dan di samping itu juga dapat mengurangi limpasan hujan yang terjadi 
serta peluapan manakala terjadi banjir akibat hujan dengan intensitas yang 
tinggi.

Sistem infiltrasi dan pemanenan air hujan dapat menjaga ketersediaan pasokan 
air untuk keperluan sehari-hari sehingga dapat mengurangi penggunaan air 
perkotaan secara signifikan. Selain itu, terdapat juga penerapan lainnya, 
seperti pembuatan taman hujan (rain garden), jalan bervegetasi (green street), 
dan atap bervegetasi (green roof) yang sangat cocok diterapkan di daerah 
perkotaan yang terbatas lahannya.

Rain garden dan green street berfungsi untuk menginfiltrasi limpasan dari jalan 
raya, trotoar, dan tempat parkir sehingga dapat mencegah rusaknya lapisan aspal 
mengingat aspal tidak tahan terhadap genangan air serta meminimalisasi 
kemungkinan terjadinya banjir di jalan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh 
mahasiswa Universitas Sheffield di Inggris menemukan bahwa selain 
meminimalisasi terjadinya banjir, penanaman pohon di kota juga dapat 
meningkatkan kualitas air di perkotaan secara signifikan (Stovin, et al., 2008).

Sementara itu, fungsi green roof selain yang disebutkan sebelumnya adalah 
menciptakan kondisi penyimpanan air buatan sekaligus mengurangi limpasan yang 
terjadi. Dari penelitian yang dilakukan oleh departemen pengelolaan lahan, 
hutan dan alam Belgium, ditemukan bahwa hanya dengan penerapan green roof 
sebesar 10% dari keseluruhan wilayah Brussel dapat mengurangi limpasan tahunan 
sebesar 2,7% (Mentens, et al., 2006). Hal tersebut membuktikan bahwa green roof 
berkontribusi besar dalam pengelolaan air di perkotaan.

Memperkaya Habitat dan Keanekaragaman Hayati

Habitat merupakan salah satu komponen pembentuk ekosistem. Apabila habitat 
makhluk hidup terganggu maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem.. 
Dengan konsep infrastruktur hijau, diharapkan dapat memberi ruang alami bagi 
makhluk hidup untuk bergerak, tumbuh, dan berkembang. Dengan demikian, 
kelestarian flora dan fauna akan tetap terjaga. Sebuah penelitian yang 
dilakukan oleh akademisi Inggris membuktikan bahwa kupu-kupu akan lebih banyak 
ditemukan di daerah perkotaan daripada daerah pedesaan jika sumber nektar yang 
ada di kota lebih banyak (Hardy and Dennis, 1999).

Selain itu, infrastruktur hijau juga dapat mempengaruhi keanekaragaman hayati 
dengan memperluas habitat, meningkatkan populasi dari spesies yang terancam 
punah serta memperluas ruang gerak makhluk hidup. Seiring dengan bertambahnya 
ketersediaan tempat tinggal makhluk hidup, ukuran populasi dari spesies dan 
keragaman spesies yang ada di suatu habitat juga ikut meningkat. Metode-metode 
yang dapat diterapkan sangat bervariasi, mulai dari membangun taman kota, green 
street, green roof, green wall, ataupun green drainage. Selain memberi ruang 
alami bagi makhluk hidup, metode-metode tersebut juga sekaligus mempertinggi 
nilai estetika sebuah kota.

Kesempatan Rekreasi dan Transportasi

Kota-kota di negara maju telah menggunakan konsep ruang terbuka hijau (open 
green space) sebagai salah satu penerapan dari infrastruktur hijau. Keberadaan 
ruang terbuka hijau cenderung selalu diabaikan dalam perencanaan kawasan 
perkotaan padahal ruang terbuka hijau dapat meningkatkan kualitas hidup 
manusia. Adanya ruang terbuka hijau menyediakan tempat rekreasi dan rute hijau 
untuk mendorong masyarakat sekitar berjalan kaki dan bersepeda daripada 
berpergian menggunakan kendaraan bermotor sehingga emisi karbon dari 
transportasi dapat berkurang. Hal tersebut terbukti dari sebuah penelitian di 
Amerika yang menunjukkan jumlah pejalan kaki dan pesepeda di kawasan dengan 
banyak taman lebih tinggi daripada kawasan tanpa taman (Zlot and Schmid, 2005).

Tentu saja selain mengurangi emisi karbon dari kendaraan, dengan berjalan kaki 
dan bersepeda juga dapat meminimalisasi berbagai ancaman kesehatan yang mungkin 
terjadi. Sebuah penelitian oleh Yayasan Kesehatan Mental di Inggris (WHO) 
menemukan bahwa ruang terbuka hijau sangat berpengaruh terhadap kondisi 
kesehatan masyarakat seperti obesitas, kesehatan mental, sistem peredaran 
darah, dan asma (Mental Health Foundation, 2009).

Begitu banyak manfaat yang dihasilkan dengan penerapan konsep infrastruktur 
hijau, menunjukkan betapa pentingnya penerapan konsep tersebut di kawasan 
perkotaan mengingat situasi pemanasan global yang terjadi semakin parah. Oleh 
sebab itu, sangat disarankan bahwa konsep infrastruktur hijau dapat diterapkan 
di kota-kota besar di Indonesia khususnya di pulau Jawa mengingat di situlah 
pusat perekonomian dan pemerintahan Indonesia.

Selain itu, jumlah penduduk yang sangat padat telah menyebabkan sebagian besar 
lahan alami yang ada dikonversi menjadi kawasan pemukiman ataupun komersial 
sehingga diperlukan sebuah konsep pembangunan yang ramah lingkungan untuk 
meminimalisasi dampak negatif yang ditimbulkan.

(mmu/mmu)






Kirim email ke