-- j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1807-jangan-pingpong Selasa 21 April 2020, 05:30 WIB Jangan Pingpong Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group | Editorial Jangan Pingpong MI/Tiyok Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group. KASUS baru covid-19 kembali ditemukan di Tiongkok. Sebanyak 12 warga negeri itu kembali terpapar virus korona. Padahal, Tiongkok baru saja merayakan lepasnya mereka dari penderitaan virus yang berbahaya itu. Wuhan baru saja membuka kembali aktivitas keseharian mereka. Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo benar ketika mengatakan, dunia ini belum pernah akan bisa aman sepanjang ada negara yang masih dilanda wabah covid-19. Ibarat main pingpong, virus ini akan selalu berpindah dari satu negara ke negara lain. Mantan PM Inggris Gordon Brown mendesak adanya upaya bersama yang dilakukan seluruh negara di dunia dalam menghadapi covid-19. Tidak bisa seperti sekarang, semua negara hanya fokus kepada dirinya sendiri. Tanpa ada langkah yang terorkestrasi, virus korona ini akan terus menjadi ancaman bagi umat manusia. Brown menyesalkan negara G-7 pun kehilangan kebersamaannya. AS yang selama ini tampil menjadi pemimpin dunia cenderung menjadi inward looking. Padahal, ketika dunia terpuruk akibat Perang Dunia II, AS tampil membantu negara-negara Eropa membangun kembali negara mereka yang hancur akibat perang. Kritikan keras ditujukan kepada Presiden Donald Trump yang memutuskan menghentikan kontribusi negaranya kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Trump menuduh lembaga lebih memedulikan Tiongkok dalam menghadapi wabah ini, padahal kontributor terbesar WHO ialah AS. Langkah Trump ini dinilai banyak pihak lebih untuk menutup ketidakmampuan dirinya dalam mengendalikan penyebaran virus korona. AS sekarang menjadi negara paling banyak terpapar covid-19, demikian pula jumlah warganya yang meninggal. Padahal dalam situasi seperti sekarang semua negara harus mendukung WHO karena lembaga itulah yang bisa dijadikan acuan dalam menangani covid-19. Sekarang ini kita sangat mengandalkan para ilmuwan. Nasib umat manusia berada di tangan mereka. Kita berharap, para ilmuwan bisa segera menemukan vaksin covid-19 sehingga kita semua bisa memiliki kekebalan terhadap virus korona. Waktu empat bulan 2020 yang kita lewati terasa begitu lama. Perintah untuk menjaga jarak, bekerja dari rumah guna memutuskan rantai penyebaran telah membuat banyak orang merasa lelah. Apalagi, kegiatan ekonomi nyaris terhenti sehingga mulai meminta korban pemutusan hubungan kerja. Di AS sudah sekitar 22 juta orang kehilangan pekerjaan. Di Indonesia sudah hampir 2 juta orang terkena PHK. Semakin lama pandemi ini berlangsung akan semakin banyak orang menganggur. Bahkan, tidak sedikit perusahaan akan gulung tikar. Tiongkok yang sejak Januari menerapkan lockdown dan terhenti kegiatan ekonominya, kuartal I tahun ini perekonomiannya anjlok sampai minus 6,85%. Ini merupakan kejadian pertama sejak 28 tahun terakhir. Selama ini Tiongkok selalu tumbuh luar biasa, bahkan sampai 2008 selalu tumbuh dua digit. Kita sendiri baru awal Maret mengumumkan secara resmi adanya kasus covid-19. Dampak ekonomi belum terlalu dirasakan kuartal I ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi kita pada tiga bulan pertama ini berada di kisaran 4,5% sampai 4,9%. Namun, dengan perlambatan yang dirasakan mulai April ini, kuartal II bisa anjlok lebih dalam lagi. Kondisi yang lebih buruk itulah yang harus kita antisipasi. Terutama mereka yang harus menerima PHK, dan bahkan anjlok menjadi kelompok keluarga miskin. Bahkan, usaha mikro, kecil, dan menengah yang selama ini tahan terhadap guncangan ekonomi, kali ini sangat terpukul. Tantangan kita ke depan ialah bagaimana tetap menjaga harapan. Di tengah kesulitan yang dihadapi, masyarakat tidak boleh sampai kehilangan harapan. Paling tidak harapan untuk bisa hidup dan menghidupi keluarganya. Kementerian Sosial harus bekerja cepat dan tepat untuk mendistribusikan bantuan hidup bagi keluarga yang terdampak covid-19. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang pernah berpengalaman membagikan bantuan langsung tunai, tidak ada salahnya diminta bantuannya. Bantuan senilai Rp600 ribu untuk setiap keluarga sebaiknya jatuh ke tangan ibu rumah tangga agar bisa dipakai sepenuhnya untuk keperluan keluarga. Kita tahu bahwa belum pernah kita menghadapi kondisi seperti ini. Keseimbangan antara menjaga keselamatan warga dari ancaman covid-19 dan kesulitan ekonomi di sisi yang lain membutuhkan totalitas dalam bekerja dan empati untuk bisa merasakan suasana batin yang sedang dialami seluruh warga bangsa.