Dapat Peringkat dari Bank Dunia, Rizal Ramli: Ini Jebakan, Bunga
Pinjaman akan Ikut Naik 

Redaksi HAIRedaksi HAI 04/07/2020 | 10:31 WIB

Jakarta – Bank Dunia (World Bank) memberi peringkat baru kepada
Indonesia pada Kamis (2/6/2020). Peringkat baru itu lantaran Indonesia
diaggap sudah mampu naik kelas dari negara dengan pendapatan perkapita
bruto atau Gross National Income (GNI) per kapita sebesar US$ 3.840
menjadi US$ 4.1050 per tahun pada akhir 2019.

Berdasarkan data itu, Bank Dunia menilai Indonesia tidak lagi masuk
dalam daftar negara lower middle income atau negara miskin. Sejak 1
Juli 2020 Indonesia sudah masuk negara berpenghasilan menengah ke atas
(upper middle income) versi Bank Dunia.

Ekonom senior Rizal Ramli menilai pemberian peringkat itu adalah sebuah
jebakan terhadap pemerintah Indonesia.

“RI naik kelas, ini jebakan Bank Dunia,” ujar Mantan Menko Perekonomian
pada era Presiden Gus Dur itu. Seperti diketahui, Bank Dunia memberi
klasifikasi negara berdasarkan GNI per capita dalam 4 kategori.

Pertama negara dengan status low income country yakni dengan PDB per
kapita kurang dari US$ 1.035 per tahun.

Kedua adalah lower middle income yakni dengan PDB per kapita per tahun
antara US$ 1.036-US$ 4.045.

Ketiga, upper middle income yakni dengan US$ 4.046-US$ 12.535 per
tahun. Dan keempat atau tingkatan paling tinggi adalah high income
country atau negara-negara maju dengan PDB per kapita di atas US$
12.535 per tahun.

Seperti dikutip dari tulisan Syamsul Ashar, dalam Kontan.co.id, dia
mengatakan bahwa Indonesia jangan senang dulu dengan pemberian
peringkat tersebut.

“Dengan status naik kelas dari Bank Dunia ini, layaknya sebuah anggota
klub, atau member pengguna jasa kartu kredit di perbankan kenaikan
status dari silver ke gold tidak gratis. Minimal ini akan mempengaruhi
iuran tahunan kepada lembaga internasional tersebut,” tulisnya.

Sebagai catatan, anggaran negara untuk membayar kontribusi kepada
lembaga internasional sepanjang tahun ini mencapai Rp 71,6 miliar.
Bayaran ini memang tak hanya kepada Bank Dunia, yang bentuknya berupa
pembayaran kontribusi, trust fund, dan dana-dana lain yang diserahkan
ke beberapa organisasi internasional.

Selain itu, tingkat bunga pinjaman dari Bank Dunia juga sangat mungkin
akan ikut naik kepada negara negara yang naik kelas tidak miskin lagi,
karena dianggap kemampuan ekonomi sudah meningkat.

Selanjutnya, dampak nyata yang akan diterima adalah hilangnya sejumlah
fasilitas perdagangan internasional yang sebelumnya bisa didapatkan
oleh negara miskin. Salah satunya adalah fasilitas generalized system
of preferences (GSP) dari Amerika Serikat atas beberapa jenis produk
yang mendapat keringanan bea masuk. (dmz)

Kirim email ke