-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://www.antaranews.com/berita/1434820/kartini-kartini-pengendali-api-dan-pelindung-bumi



Artikel

Kartini-kartini pengendali api dan pelindung Bumi

Oleh Virna P Setyorini  Selasa, 21 April 2020 16:38 WIB

Srikandi Manggala Agni Gustia Ningsih (35) yang akrab disapa Neneng dari 
Manggala Agni Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak saat memadamkan api di kebun 
sawit, Riau. (ANTARA/HO-KLHK)
Jakarta (ANTARA) - Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia dan berlokasi 
di garis khatulistiwa, diberkahi dengan kekayaan mega biodiversity 
(keanekaragaman hayati) sebagai harta yang tak ternilai harganya.

Ekositem hutan hujan tropis hingga hamparan “Hutan Amazon” bawah laut di segi 
tiga terumbu karang dunia yang membentang dari Sabang hingga Merauke, dari 
Miangas hingga Pulau Rote, berisi keajaiban-keajaiban alam dari Sang Pencipta.

Sepatutnya tak terputus rasa syukur anak manusia yang hidup di dalamnya. Namun, 
gambaran Zamrud Khatulistiwa nan indah yang disenandungkan almarhum Chrisye 
kenyataannya kini tak selalu tampak berseri-seri.

Baca juga: "Kartini" Samarida "menyungaikan" sungai di tengah pandemi COVID-19

Bumi terbebani populasi yang semakin padat. Kebutuhan hidup mereka terpenuhi 
dari alam, namun tak selamanya diperoleh dengan cara-cara yang lestari, 
sehingga lambat laun bumi meredup karena ekosistem yang tidak lagi seimbang.

Bencana ekologis acap kali tak terelakkan, salah satunya kebakaran hutan dan 
lahan (karhutla) yang semakin rutin terjadi di Tanah Air. Upaya pencegahan 
bukan tidak dilakukan, namun api yang kadung tersulut dan membara yang 
menimbulkan asap pekat yang mengganggu kesehatan masyarakat terutama di hutan 
dan lahan gambut, sulit sekali dipadamkan.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan tim Manggala Agninya 
termasuk salah satu garda terdepan untuk urusan pencegahan dan pengendalian 
karhutla di Indonesia. Mereka kerap berkolaborasi dengan TNI/Polri, Badan 
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Masyarakat Peduli Api (MPA) memadamkan 
api.

Baca juga: Sisi, penebar semangat Kartini yang lestarikan lingkungan Pekurehua

Srikandi Manggala Agni membawa selang untuk memadamkan api di kebun sawit, 
Riau. (ANTARA/HO-KLHK)

Namun, kerja fisik pemadaman api di hutan dan lahan di Indonesia selama ini 
ternyata tidak melulu didominasi kaum adam. Ada pula perempuan-perempuan 
tangguh di sana, yang ikut mengangkat selang, memadamkan lidah-lidah api yang 
jalar di lahan-lahan gambut di Sumatera ataupun Kalimantan.

Tepat di Hari Kartini pada 21 April dan menjelang Hari Bumi pada 22 April, 
cerita-cerita kartini-kartini pengendali api dan pelindung Bumi menjadi relevan 
untuk ditampilkan. Sambil mengingatkan kembali, tidak ada pembeda gender dalam 
urusan melindungi Indonesia.

 

Neneng dan Metha

Agni Gustia Ningsih (35) yang akrab disapa Neneng, merupakan salah satu 
srikandi Manggala Agni dari Daops Manggala Agni Sumatera VI/Siak yang sejak 15 
tahun lalu sudah ikut mengendalikan karhutla di sana.

Manis pahit saat bertugas memadamkan api di salah satu provinsi terawan 
karhutla di Indonesia sudah dirasakan ibu tiga anak itu, tanpa melalaikan dan 
meninggalkan tanggung jawabnya sebagai seorang perempuan dalam rumah tangga.

Tugas pokok Neneng sehari-hari adalah sebagai pemantau deteksi dini. 
Pantauannya meliputi wilayah Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten 
Kepulauan Meranti.

Selain itu, Neneng juga bertugas mengatur papan Sistem Peringkat Bahaya 
Kebakaran (SPBK) dan mengurus administrasi kantor Daops Manggala Agni Sumatera 
VI/Siak. Namun, tidak jarang dirinya ikut terjun ke lapangan untuk melaksanakan 
patroli pencegahan dan pemadaman karhutla.

Baca juga: Perempuan dan peran pentingnya dalam restorasi lahan gambut

Sosok Kartini bagi Neneng cukup memberikan motivasi dirinya untuk ikut bergerak 
untuk menjadi bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan tanpa 
melalaikan dan meninggalkan tanggung jawab sebagai seorang wanita, sebagai ibu 
yang baik dan sebagai istri yang patuh terhadap suami.

“Kartini memberikan inspirasi tersendiri bagi saya, bahwa wanita bisa berperan 
dalam semua hal, termasuk dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan sebagai 
Manggala Agni,” kata Neneng.

Misalnya, saat terjadi kebakaran hutan dan lahan di Siak pada 2019. Sebagai 
Manggala Agni tentu harus terjun langsung untuk melakukan pemadaman karhutla 
sampai beberapa hari, ujar Neneng.

Srikandi Manggala Agni berupaya memadamkan api di kebun sawit, Riau. 
(ANTARA/HO-KLHK)
Meski Manggala Agni didominasi laki-laki, hal ini tidak membuatnya merasa 
minder. Pada saat pemadaman karhutla, Neneng juga siap berjalan puluhan 
kilometer untuk menuju titik api, mengangkat gulungan selang, serta memegang 
nozzle di depan berhadapan langsung dengan api.

“Waktu melakukan pemadaman saya pernah terperosok gambut karena kebakaran saat 
itu di selimuti asap yang sangat tebal," ujar Neneng.

Namun, beban yang paling berat biasanya saat harus meninggalkan keluarga, 
anak-anak. "Karena kalau masuk hutan tidak ada sinyal handphone, sehingga untuk 
sekedar bertanya kabar pun susah sekali," katanya.

Neneng berpesan pentingnya memaknai Hari Kartini setiap hari. Kartini modern 
saat ini dituntut menjadi perempuan yang berbudi luhur, pandai dan berani.

Baca juga: Menebarkan semangat Kartini dari ruang isolasi

Baca juga: Perawat di Kendari titip "buah hati" demi merawat pasien COVID-19

"Mereka mendapatkan hak untuk mengambil peran dalam berbagai bidang, namun 
tidak melupakan kewajibannya untuk merawat keluarga dan menghargai suaminya,” 
kata Neneng.

Ada pula Miftahul Jannah (30) yang akrab disapa Metha, bertugas di Daops 
Manggala Agni Kalimantan III/Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dan sudah 
bergabung sejak 2015.

Dengan latar belakang pendidikan keperawatan, Metha tidak hanya dibutuhkan 
untuk urusan mengendalikan api di hutan dan lahan gambut, tetapi juga melakukan 
perawatan bagi rekan-rekannya sesama Manggala Agni yang terluka saat bertugas 
berhari-hari di dalam hutan.

Metha mengatakan mereka berdua hanya sedikit dari perempuan di Indonesia yang 
mengambil peran dalam kelestarian lingkungan sebagai Manggala Agni.

"Semoga perempuan Indonesia tak pantang menyerah dan semangat untuk meneruskan 
perjuangannya Ibu Kartini dalam membangun negeri ini. Saya yakin di luar sana 
masih banyak sosok perempuan hebat Indonesia yang berjuang untuk keluarga, 
negara dan lingkungannya yang memiliki semangat emansipasi Ibu Kartini," ujar 
Metha.

Oleh Virna P Setyorini
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2020






Kirim email ke