https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1550-kejutan-indonesia
/*Kejutan Indonesia*/
Penulis: *Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group * Pada: Rabu, 26 Jun
2019, 05:30 WIB podium <https://mediaindonesia.com/podiums>
<https://www.facebook.com/share.php?u=https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1550-kejutan-indonesia>
<https://twitter.com/home/?status=Kejutan Indonesia
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1550-kejutan-indonesia
via @mediaindonesia>
Kejutan Indonesia
<https://disk.mediaindonesia.com/thumbs/1200x-/podiums/2019/06/3621537c403885cfee2580eebaccf6ac.jpg>
/MI//
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
KUNJUNGAN Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Mariani Soemarno ke Laos
bukan sekadar kunjungan biasa. Ada empat BUMN yang diajak untuk
melakukan kegiatan bisnis di negara yang baru mulai 2009 lalu kembali
terbuka dan membangun negaranya.
Duta Besar Indonesia untuk Laos Pratito Soeharyo menjelaskan, gebrakan
Kementerian BUMN benar-benar mengejutkan negara-negara ASEAN lainnya.
Mulai Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam bertanya-tanya apa yang
sedang dilakukan Indonesia? Mereka tidak menyangka kalau Indonesia
melangkah begitu jauh dalam melakukan kegiatan bisnis di Laos.
Tidak tanggung-tanggung, PT Inka akan membangun jaringan kereta di Laos.
Inka mampu bersaing dengan perusahaan Tiongkok untuk memenangi tender
pembangunan jaringan kereta di negara itu. Laos membutuhkan jaringan
kereta karena mereka satu-satunya negara ASEAN yang tidak memiliki laut.
Tidak hanya industri kereta api, Menteri Rini membawa PT Pupuk Indonesia
dan PT Perkebunan Nasional untuk melakukan kerja sama di bidang
pembangunan pertanian. Sementara itu, untuk bidang pertambangan, PT
Timah dan PT Bukit Asam sepakat untuk mengoptimalkan potensi tambang
seperti emas yang dimiliki Laos.
Tidak heran apabila Perdana Menteri Thongloun Sisoulith menyambut khusus
kunjungan delegasi Indonesia. Kita dianggap cepat merealisasikan janji
yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat bertemu PM Sisoulith di KTT
ASEAN akhir pekan lalu di Bangkok.
Kita harus melihat potensi Laos dalam perspektif jangka panjang.
Investasi yang dilakukan BUMN bukan hanya untuk dipetik hasilnya saat
ini, melainkan juga untuk masa-masa mendatang. Seperti umumnya negara
Indochina, Laos mempunyai kekuatan untuk berkembang pesat seperti halnya
Vietnam.
Dengan hadir lebih dulu di Laos, kita akan dilihat sebagai partner
strategis yang utama. Pengusaha Laos pasti akan selalu menawarkan
terlebih dahulu kepada Indonesia apabila ada potensi bisnis yang bisa
dikerjasamakan.
Dengan berinvestasi di luar negeri, BUMN juga menjadi lebih ‘go
international’. Sudah saatnya Indonesia tidak hanya menjadi jago
kandang. Produk-produk Indonesia mempunyai kualitas yang tidak kalah
jika dibandingkan dengan produk negara lain.
Investasi di luar negeri membuat industri dalam negeri akan terus
terpacu untuk berproduksi dan meningkatkan kualitasnya. Ini merupakan
kesempatan kepada putra-putra Indonesia untuk terus berkarya. Berbagai
inovasi dan kreativitas bisa terus dipacu karena pasar semakin tidak
terbatas.
Kita bisa melihat apa yang dulu dilakukan bangsa Jepang, Korea, dan
Tiongkok. Ketika produk industri pertama mereka dipasarkan, semua orang
memandang sebelah mata. Namun, dengan perbaikan yang terus-menerus, tiga
bangsa ras kuning itu kini menjadi penguasa produk industri dunia.
Sekarang yang perlu juga didorong ialah industri keuangan dan perbankan
Indonesia. Kita harus mempunyai industri keuangan dan perbankan yang
kuat agar mampu mendukung pengembangan industri nasional untuk berbicara
di kancah dunia.
Pengalaman PT Dirgantara Indonesia harus menjadi pembelajaran tentang
pentingnya memiliki industri keuangan dan perbankan yang kuat.
Produk-produk pesawat terbang kita diminati banyak negara terutama di
Afrika. Sayang, penetrasi pasar tidak mudah dilakukan karena kita tidak
mampu memberikan kredit ekspor.
Industri Jepang bisa semakin kuat karena ditopang kredit ekspor yang
diberikan negara itu. Mulai industri transportasi hingga pembangkit
listrik tidak kesulitan untuk diekspor ke seluruh belahan dunia, karena
Jepang mampu memberikan fasilitas kredit ekspor ke negara yang
menggunakan produk industri mereka.
Tidak bosan kita sampaikan, tantangan yang harus bisa kita jawab ialah
bagaimana membuat empat bank BUMN kita bisa meraih keuntungan di atas
US$10 miliar atau di atas Rp140 triliun. Dengan itu, kapitalisasi pasar
bank-bank BUMN pasti di atas US$100 miliar dan mereka pasti juga akan
mampu membiayai proyek apa saja.
Kementerian BUMN, Otoritas Jasa Keuangan, dan Bank Indonesia harus
bersama-sama memikirkan cara mencapai target itu. Satu saat kita harus
bisa seperti bangsa Tiongkok yang aset perusahaan perbankan, nonbank,
dan jasa keuangannya pada kuartal I 2019 ini sudah mencapai US$89
triliun. Karena dengan itu, kita akan bisa melakukan apa saja untuk
memajukan bangsa dan negara ini.
<https://www.facebook.com/share.php?u=https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1550-kejutan-indonesia>
<https://twitter.com/home/?status=Kejutan Indonesia
https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/1550-kejutan-indonesia
via @mediaindonesia>