https://tirto.id/kostrad-saksi-kecemerlangan-soeharto-dan-redupnya-prabowo-diyo
6 Maret 1961
Kostrad: Saksi Kecemerlangan
Soeharto dan Redupnya Prabowo
Ilustrasi Mozaik Kostrad. tirto.id/Deadnauval
<https://tirto.id/kostrad-saksi-kecemerlangan-soeharto-dan-redupnya-prabowo-diyo>
Ilustrasi Mozaik Kostrad. tirto.id/Deadnauval
Oleh: Petrik Matanasi - 6 Maret 2019
Dibaca Normal 4 menit
/Ketika Kostrad berdiri, karier Soeharto mulai bersinar dan pasukan
komando itu kerap jadi andalan. Saat Prabowo Subianto menjabat
panglimanya, karier menantu Soeharto ini justru memasuki senjakala./
tirto.id <https://tirto.id/> - Maret adalah bulan keberuntungan
Soeharto. Tanggal 1 Maret, Soeharto dikenang berkat Serangan Umum 1
Maret 1949 di Yogyakarta. Meski kata bekas Kolonel Abdul Latief dalam
/Pledoi Kol. A. Latief: Soeharto terlibat G 30 S/(2000: 46), waktu
serangan berlangsung “dia [Soeharto] sedang santai makan soto babat."
Tanggal 11 Maret, orang ingat Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar)
yang memerintahkan Soeharto memimpin pengendalian keamanan. Dengan surat
itulah ia pelan-pelan meraih kekuasaan.
Baca juga:
* Jika Supersemar Palsu, Apakah Orde Baru Tidak Sah?
<https://tirto.id/jika-supersemar-palsu-apakah-orde-baru-tidak-sah-ckvU>
* Propaganda Soeharto dan Serangan Umum 1 Maret 1949
<https://tirto.id/propaganda-soeharto-dan-serangan-umum-1-maret-1949-cFuK>
Peristiwa penting di bulan Maret lainnya: 1 Maret 1953, menjadi Komandan
Resimen Infanteri 15 Subteritorium IV di Jawa Tengah; 1 Maret 1956,
diangkat jadi Kepala Staf Teritorium IV/Diponegoro.
Keberuntungannya makin baik tatkala pasukan bernama Korps Tentara
I/Tjadangan Umum Angkatan Darat (Korra/Tjaduad) terbentuk pada 6 Maret
1961, tepat hari ini 58 tahun lalu. Di pasukan itu, Soeharto jadi
panglima dan pangkatnya naik jadi brigadir jenderal. Empat tahun
kemudian, pasukan cadangan yang dipimpinnya itu menentukan jalannya
sejarah Indonesia pada 1965.
*Peran Vital Pasukan Cadangan*
Boleh saja dianggap pasukan cadangan, kadang dianggap remeh, tapi
pasukan ini nyatanya sangat diandalkan pemerintah dan Angkatan Darat.
“Korra I/Tjaduad ini terdiri dari Divisi Infanteri Korra I/Tjaduad dan
Brigade Infanteri 3/ Para,” catat majalah /Dharmasena/ (1996: 34).
Menurut Hario Kecik dalam/Pemikiran Militer 2: Sepanjang Masa Bangsa
Indonesia /(2009:292), Tjaduad sebetulnya /scelet-organisation/
(organisasi kerangka). “Artinya pasukan/kesatuannya tidak terpusat dalam
suatu unit dan lokasinya terpencar di beberapa Kodam” (hlm. 292).
“Gagasan dan ide ini,” menurut rilisan situsresmi Kostrad
<http://kostrad.mil.id/sejarah/>, “keluar dari Kasad Jenderal A.H.
Nasution pada tahun 1960, dan sebagai realisasi dari gagasan ini, maka
keluarlah skep Kasad No. KPTS.1067/12/1960 tgl. 27 Desember 1960.”
Masalah Irian Barat yang pada waktu itu masih menjadi sengketa dengan
Belanda membuat keberadaan pasukan ini begitu vital. Orang-orang yang
terlibat dalam pendiriannya, selain Soeharto, adalah Kolonel Ahmad
Wiranatakusumah—yang belakangan jadi kepala staf; Letnan Kolonel Slamet
Sudibyo dan Kapten Suryo Jatmiko yang ditugasi menyusun Orgas Personel;
Letnan Kolonel Muwardi yang ditugasi menyusun Orgas Teritorial; Letnan
Kolonel Amir Mahmud yang ditugasi menyusun Orgas Latihan dan Operasi;
Letnan Kolonel Soegoro yang ditugasi menyusun Orgas Logistik; dan Mayor
Joko Basuki yang ditugasi menyusun Orgas Intelijen.
Baca juga:
* Ambisi Amerika di Balik "Pembebasan" Irian Barat
<https://tirto.id/ambisi-amerika-di-balik-pembebasan-irian-barat-cuAa>
* Menguasai Papua dengan Rupiah Irian Barat
<https://tirto.id/menguasai-papua-dengan-rupiah-irian-barat-cCEk>
Kesatuan besar ini dianggap “tempat buangan” karena Soeharto merupakan
perwira bermasalah di awal era 1960-an. Lepas dari itu, Tjaduad kemudian
terlibat dalam operasi perebutan Irian Barat.
“Angkatan Darat menyumbangkan paling banyak/manpower-/nya kepada Komando
Mandala Pembebasan Irian Barat. Persiapan-persiapan ke arah itu
sesungguhnya sudah dimulai dengan pembentukan Korps Tentara I/Tjadangan
Umum Angkatan Darat (Korra I/Tjduad) yang dimaksudkan sebagai cadangan
strategis,” tulis Ahmad Yunus Mokoginta dalam/Sedjarah Singkat
Perdjuangan Bersendjata Bangsa Indonesia/(1964: 157)/./
Tjaduad, menurut /Dharmasena/ (1994: 34), lalu dilebur menjadi Komando
Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 15 Agustus 1963.
Soeharto tetap menjadi panglimanya dan biasa disebut Pangkostrad. Di
sekitar tahun 1965,Kostradtidak punya pasukan tetap.
“Prajurit-prajurit cadanganKostradselalu dipinjam dari komando-komando
daerah (kodam-kodam).Kostradmengerahkan batalyon-batalyon untuk
penugasan sementara dalam operasi-operasi tempur tertentu,” tulis John
Roosa dalam/Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta
Suharto/(2008: 79).
Markas pasukan itu berada di seberang Stasiun Gambir, Jalan Merdeka
Timur nomor 3, Jakarta Pusat. Tidak jauh dari Istana Negara. Pangkostrad
bisa menggerakkan pasukan-pasukan andalan yang ditempatkan di
Kodam-kodam, terutama batalyon-batalyon infanteri berkemampuan lintas
udara seperti 454 di Jawa Tengah (Diponegoro), 328 dan 330 di Jawa Barat
(Siliwangi), dan 530 di Jawa Timur (Brawijaya).
Pasukan yang pertama dikenal sebagai Banteng Raiders. Letnan Kolonel
Untung pernah jadi komandan di sana. Bersama pasukan itu, ia bahkan
pernah menjadi salah satu penerjun payung dalam operasi pembebasan di Papua.
Baca juga:Nasib Buntung Letkol Untung Usai G30S
<https://tirto.id/nasib-buntung-letkol-untung-usai-g30s-cxuD>
Sebagai Pangkostrad, Mayor Jenderal Soeharto menjadi orang berpengaruh
nomor dua di Angkatan Darat setelah Menteri/Panglima Angkatan Darat
(Menpangad) Letnan Jenderal Ahmad Yani. Setelah Yani meninggal dunia
pada 1 Oktober 1965, Soeharto jadi jenderal paling berpengaruh di
Angkatan Darat dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
Ia bisa menggerakkan pasukan dan memberi komando langsung. Tak heran
jika ia diserahi Surat Perintah 11 Maret 1966 dalam rangka mengembalikan
stabilitas keamanan.
Tak hanya Soeharto yang pernah berada diKostrad. Kiper dan Kapten Tim
Sepakbola Nasional Maulwi Saelan pernah menjadi Komandan Polisi Militer
Angkatan Darat dalam Tjaduad, sebelum dia dimasukkan ke pasukan pengawal
presiden Tjakrabirawa. Ali Moertopo juga pernah di Kostrad dan jadi
salah satu orang kepercayaan Soeharto.
Di masa Konfrontasi Malaysia, menurut Ulf Sundhaussen dalam/Politik
Militer Indonesia 1945-1967: Menuju Dwifungsi ABRI/(1986: 330), Soeharto
“telah memerintahkan bagian operasi khususnya (Opsus) untuk mengadakan
kontak langsung dengan pemimpin-pemimpin Malaysia.”
Ali Murtopo lah orang yang memimpin Opsus itu. Ketika Soeharto jadi
presiden, Opsus tak hanya sebagai satuan tugasKostrad, tapi juga
melakukan operasi politik. Selain Ali, Benny Moerdani juga pernah
sebentar diKostrad. Di masa konfrontasi dengan Malaysia, Benny termasuk
yang ikut terjun di rimba Kalimantan.
Baca juga:
* Kain Kafan dan Lantunan Yasin saat Benny Moerdani Wafat
<https://tirto.id/kain-kafan-dan-lantunan-yasin-saat-benny-moerdani-wafat-cuhV>
* Konco-Konco Benny Moerdani dari Batujajar
<https://tirto.id/konco-konco-benny-moerdani-dari-batujajar-cjFT>
Kostradberkembang menjadi pasukan yang sangat kuat. “Pertengahan
1980-an, misalnya, kekuatan pasukanKostradterdiri dari dua divisi
infantri lengkap, yang masing-masing didukung oleh satuan kavaleri,
artileri, zeni, angkutan, dan sebagainya,” tulis Hendrajit dalam/Rudini:
Jejak Langkah Sang Perwira/(2005: 108).
*Dari Umar Wirahadikusumah, Prabowo, sampai Pramono Edhie*
Setelah 2 Desember 1965,Kostraddipimpin perwira asal Sunda, Mayor
Jenderal Umar Wirahadikusumah, hingga 27 Mei 1967. Setelahnya, Kemal
Idris menjadi orang Minang pertama yang jadi panglima.
Jika empat Pangkostrad pertama adalah orang yang pernah jadi anggota
tentara sukarela Pembela Tanah Air (PETA) zaman Jepang di Jawa, maka
Makmun Murod adalah mantan tentara sukarela Gyugun di Sumatra. Leo
Lopulisa adalah Pangkostrad Maluku-Kristen pertama. Johny Lumintang,
meski hanya sehari, adalah Minahasa tulen pertama yang jadi Pangkostrad.
Sebelumnya, laki-laki berdarah campuran Minahasa-Jawa bernama Prabowo
Subianto pernah jadi panglimanya.
Baca juga:Kisah Prabowo dan SBY di Lembah Tidar
<https://tirto.id/kisah-prabowo-dan-sby-di-lembah-tidar-ctvU>
Nasib Prabowo Subianto agak mirip dengan mertuanya, Soeharto, ketika
jadi Pangkostrad: sama-sama menjabat kala Indonesia mengalami perubahan
politik besar dan transisi kekuasaan. Yang membedakan adalah nasib
mereka setelah transisi terjadi.
Soeharto, di tahun 1965, dalam waktu dua tahun mencapai posisi presiden.
Sementara sang mantu, di tahun 1998, bernasib tak semujur mertuanya.
Presiden B.J. Habibie menggeser Prabowo dari posisi Pangkostrad menjadi
Komandan Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (Danseskoad). Bagi Prabowo,
jabatan Pangkostrad amat prestisius.
“Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya (kala
itu) Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad,”
kata Prabowo kepada Presiden B.J. Habibie, seperti diakui Habibie dalam
/Detik-detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia Menuju
Demokrasi/(2006: 101-102).
Infografik Mozaik Kostrad
Reaksi Prabowo itu membuat Habibie menjawab, “Anda tidak dipecat, tetapi
jabatan Anda diganti.” Prabowo tetap tidak puas.
Setelah Habibie menyampaikan laporan Panglima ABRI (kala itu Wiranto)
tentang gerakan pasukanKostraddi Kuningan dan Istana Negara, Prabowo
bilang, “saya bermaksud mengamankan Presiden.”
Habibie pun menimpali, “itu adalah tugas Pasukan Pengaman Presiden yang
bertanggung jawab langsung pada Pangab dan bukan tugas Anda.”
Atas jawaban itu, nyatanya Prabowo masih sulit menerima.
“Atas nama ayah saya Prof Sumitro Djojohadikusumo dan ayah mertua saya
Presiden Soeharto, saya minta Anda memberikan saya tiga bulan untuk
tetap menguasai pasukanKostrad,” kata Prabowo. Namun Habibie bilang tidak.
Prabowo tetap memaksa dan berkata, “berikan saya tiga minggu atau tiga
hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya (Kostrad).” Sekali
lagi Habibie bilang tidak.
Benar atau tidaknya cerita antara Habibie dan Prabowo itu, nyatanya
posisi Pangkostrad adalah posisi penting dalam militer Indonesia. Para
presiden selalu memilih orang kepercayaannya. Pangkostrad di era
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), misalnya, adalah Pramono Edhi
Wibowo, adik iparnya.
Betapa strategisnya peran Kostrad, beberapa mantan Pangkostrad menduduki
posisi penting seusai menjabat. Ada yang menjadi Kepala Staf Angkatan
Darat, Panglima ABRI, menteri, dan Wakil Presiden (seperti Umar
Wirahadikusumah). Susilo Bambang Yudhoyono, meski tak pernah jadi
Pangkostrad, adalah mantan perwiraKostradjuga.
Baca juga artikel terkait KOSTRAD
<https://tirto.id/q/kostrad-ob?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowkeyword>
atau tulisan menarik lainnya Petrik Matanasi
<https://tirto.id/author/petrikmatanasi?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Lowauthor>
(tirto.id - Politik)
Penulis: Petrik Matanasi
Editor: Ivan Aulia Ahsan
Kostrad dianggap “tempat buangan” karena Soeharto merupakan perwira
bermasalah di awal era 1960-an.