-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/1972-kuncinya-ada-di-menkes


Jumat 03 April 2020, 05:00 WIB

Kuncinya Ada di Menkes

Administrator | Editorial
 
Kuncinya Ada di Menkes

MI/DUTA
..

SETIAP kebijakan negara di masa krisis selalu akan berkejaran dengan waktu. 
Begitupun sekarang dalam situasi pandemi, apa pun yang menjadi kebijakan 
pemerintah, implementasinya akan berpacu waktu dengan virus korona baru 
(covid-19) yang faktanya menyebar teramat cepat. Lambat sedikit saja, 
taruhannya tak tertanggungkan.

Dalam perang melawan covid-19, pemerintah sejatinya sudah menetapkan kebijakan 
pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Meskipun yang kontra dan belum puas 
masih banyak, dukungan atas kebijakan itu cukup deras mengalir. Dengan PSBB, 
diharapkan penyebaran virus korona dapat dibendung dengan tepat dan cepat.

Namun, dalam beberapa hari terakhir, alih-alih sudah terimplementasi dengan 
baik, PSBB rupanya masih sebatas kebijakan lisan. PSBB belum punya beleid 
turunan untuk mengatur implementasi dan eksekusinya. Menteri Kesehatan yang 
ditugasi undang-undang sebagai 'penanggung jawab' PSBB tak segera menerbitkan 
peraturan menteri yang menjadi turunan dari Peraturan Pemerintah tentang PSBB 
dan Keputusan Presiden terkait Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

Akibatnya, yang muncul justru kegamangan-kegamangan pemerintah pada sejumlah 
isu. Kegamangan sebagai dampak nihilnya aturan pelaksanaan rinci itu pada 
beberapa kasus bahkan melahirkan inkonsistensi kebijakan. Dalam hal larangan 
mudik Lebaran, misalnya, pemerintah memperlihatkan inkonsistensi yang, terus 
terang, menjengkelkan.

Di awal ketika penyebaran covid-19 di Indonesia mulai meningkat, pemerintah 
sebetulnya sudah cukup tegas bakal melarang orang-orang mudik atau pulang 
kampung saat Lebaran tahun ini. Larangan itu demi menahan virus itu menyebar 
lebih cepat dan meluas. Pemerintah tampaknya sudah belajar dari Itali yang 
sebaran virusnya begitu luar biasa lantaran banyak warga negara itu yang pulang 
ke kampung halaman saat awal wabah itu menjangkit.

Namun, di hari-hari belakangan ini, ketegasan itu lumer. Ketika masyarakat 
mulai memupuk kesadaran diri untuk tidak melakukan perjalanan jauh ke kampung 
hingga pandemi covid-19 mereda, pemerintah justru melangkah mundur. Bukannya 
menyiapkan aturan larangan mudik yang lebih teknis, kini pemerintah malah 
menggunakan bahasa yang lembek: 'pemerintah tidak akan melarang mudik, tapi 
dikendalikan'.

Tidak bisa tidak, ikhwal larangan mudik tersebut, kita ingin pemerintah kembali 
ke ketegasan semula. Kita mau pemerintah konsisten karena sesungguhnya 
konsistensi kebijakan ialah kunci sebuah pemerintahan yang baik.

Meski agak terlambat, Presiden sudah tepat menegur Menteri Kesehatan untuk 
segera menetapkan peraturan menteri (permen) sebagai regulasi teknis dari PP 
tentang PSBB. Kemarin, Presiden memberi waktu dua hari kepada Menkes untuk 
menyusun aturan itu. Ini penting disegerakan karena semestinya semua aturan 
teknis terkait PSBB ada dalam permen tersebut. Salah satunya tentang larangan 
mudik.

Sekali lagi, dalam situasi krisis kebijakan akan berpacu dengan waktu. Sungguh 
kita jangan berharap dapat berlari cepat bila dalam pacuan itu pemerintah malah 
gemar maju mundur dalam merumuskan kebijakan. Kita mesti konsisten untuk bisa 
melangkah tepat dan cepat. 

Kabar baiknya, pemerintah belum terlambat untuk mengembalikan konsistensi. Saat 
ini kuncinya ada di Menkes. Kalau dia dapat menyusun permen dengan tepat dan 
cepat, dengan spirit konsistensi sebagai harga mati, kita punya amunisi untuk 
melewati krisis ini dan memenangi perang melawan pandemi covid-19.
 






Kirim email ke