Artikel <https://www.antaranews.com/slug/artikel>
Menantang maut di pegunungan Papua demi tugas kemanusiaan
Kamis, 26 September 2019 10:29 WIB
Menantang maut di pegunungan Papua demi tugas kemanusiaan
Personel Basarnas Timika saat mengevakuasi jenazah empat korban
kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC di kawasan pegunungan Distrik
Hoeya, Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (25/9/2019). (ANTARA/HO/SAR Timika)
Untuk pengambilan black box akan menggunakan helikopter yang sama saat
evakuasi jenazah para korban karena lokasinyapun sama. Setelah black box
ditemukan akan digeser ke Ilaga dan selanjutnya akan digeser lagi ke
Timika menggunakan penerbangan Twin O
Timika (ANTARA) - Rabu (26/9) pagi kondisi cuaca di Ilaga, ibukota
Kabupaten Puncak dan kawasan sekitarnya yang berada di wilayah
ketinggian Papua, terlihat cukup cerah.
Empat personel Basarnas Timika terdiri atas Yulius Oktovianus Silubun,
Ivan Bayu Aji, Philipus Tepa dan Adrian N Wondiwoe lengkap dengan
peralatan mountenerring sudah siap terbang dengan helikopter Bell SA-315
B Lama PK IWV milik PT Intan Angkasa Air menuju lokasi kecelakaan
pesawat Twin Otter DHC6 PK CDC di kawasan pegunungan Distrik Hoeya,
Kabupaten Mimika.
Pagi itu mereka menerima amanah dari pimpinannya untuk mengevakuasi
jenazah empat korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC.
Ke-empat korban yakni Kapten Pilot Dasep Ishak Sobirin, Copilot Yudra,
mekanik Ujang Suhendar, serta seorang penumpang atas nama Bharada Hadi
Utomo, anggota Resimen II Koorps Brimob Polri yang baru mulai bertugas
di Papua untuk melakukan kegiatan pengamanan di Kabupaten Puncak.
Mengingat kapasitas angkut helikopter Bell SA-315 terbatas, pengankutan
personel Basarnas ke titik lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC
harus dilakukan dua kali sorti penerbangan, setiap penerbangan hanya
bisa mengangkut dua personel Basarnas.
Perjalanan dari Ilaga menuju lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC
menggunakan helikopter ditempuh sekitar 15 menit.
*Baca juga:Pendaki VRI diterjunkan ambil kotak hitam pesawat Twin Otter
<https://www.antaranews.com/berita/1081352/pendaki-vri-diterjunkan-ambil-kotak-hitam-pesawat-twin-otter>
Baca juga:DVI Polda Papua identifikasi jenazah korban kecelakaan pesawat
<https://www.antaranews.com/berita/1080842/dvi-polda-papua-identifikasi-jenazah-korban-kecelakaan-pesawat>*
*Medan sangat terjal*
Yulius Oktovianus Silubun yang biasa disapa Yongky selaku komandan regu
menuturkan kondisi medan di lokasi jatuhnya pesawat Twin Otter PK CDC
itu sangat terjal, berada pada ketinggian sekitar 4.558 meter di atas
permukaan laut.
"Medan di sana memang sangat terjal. Jarak dari lokasi kami mendarat ke
serpihan pesawat hanya sekitar 60 meter, tapi untuk menjangkau lokasi
serpihan pesawat butuh waktu sekitar dua jam. Kami harus turun ke bawah,
lalu naik dan turun lagi baru sampai di lokasi serpihan pesawat," kata
Yongky menggambarkan ekstrimnya medan yang harus mereka lalui.
Mengingat kondisi medan tidak memungkinkan untuk pendaratan helikopter,
personel Basarnas menggunakan teknik/fast-roping/(Fast Rope Insertion
Extraction System) yaitu turun ke lokasi serpihan pesawat menggunakan
bantuan tali.
Sebelum mengangkat jenazah para korban, terlebih dahulu personel
Basarnas memasang tali carmantel untuk jalur evakuasi di tebing terjal
bebatuan tersebut.
"Kami tiba di lokasi pukul 06.20 WIT. Lalu, kami membuat jalur evakuasi
untuk bisa mengevakuasi jenazah para korban," kata Yongky.
Begitu sampai di lokasi serpihan pesawat, personel Basarnas terlebih
dahulu mencari jasad para korban yang terpencar satu sama lain akibat
kerasnya benturan pesawat saat menabrak tebing terjal di dekat lokasi itu.
*Baca juga:KNKT harapkan kotak hitam pesawat Twin Otter bisa ditemukan
<https://www.antaranews.com/berita/1080742/knkt-harapkan-kotak-hitam-pesawat-twin-otter-bisa-ditemukan>
Baca juga:Jenazah korban kecelakaan pesawat Twin Otter dievakuasi ke
Timika
<https://www.antaranews.com/berita/1080344/jenazah-korban-kecelakaan-pesawat-twin-otter-dievakuasi-ke-timika>*
*Gerak cepat*
Yongky menuturkan semua pekerjaan tersebut dilakukan dengan gerak cepat
namun tetap hati-hati mengingat kondisi cuaca di lokasi itu cepat sekali
berubah atau tertutup kabut.
"Kami memang sudah dilatih untuk melakukan penyelamatan dan pencarian
korban di medan seperti itu. Kendala yang kami temui medannya sangat
berat, kondisi cuaca cepat berubah sehingga kami harus berburu dengan
waktu. Tapi syukurlah semua korban ditemukan," ujar Yongky.
Setelah semua jenazah korban dimasukkan dalam kantong jenazah,
selanjutnya jenazah para korban dievakuasi ke Ilaga bersama personel
Basarnas Timika.
Selanjutnya jenazah para korban dievakuasi ke Timika menggunakan
penerbangan pesawat DHC6 PK CDJ milik PT Carpediem untuk dilakukan
proses identifikasi oleh Tim DVI Polda Papua dan Mabes Polri bertempat
di kamar jenazah RSUD Mimika.
Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Budi Purnomo terlihat
antusias menyambut kedatangan empat personel Basarnas Timika saat tiba
di Bandara Mozes Kilangin Timika pada Rabu (25/6) sekitar pukul 11.00
WIT usai sukses menjalankan misi kemanusiaan mengevakuasi jenazah para
korban kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC.
"Sampai dengan hari ke-delapan operasi SAR, kita mengucap syukur kepada
Tuhan karena telah selesai melaksanakan tugas pertama yaitu mengevakuasi
korban ke Timika," kata Brigjen Budi.
*Baca juga:Pesawat Twin Otter PK-CDC diduga jatuh setelah menabrak
gunung
<https://www.antaranews.com/berita/1078396/pesawat-twin-otter-pk-cdc-diduga-jatuh-setelah-menabrak-gunung>
Baca juga:Evakuasi korban kecelakaan pesawat di Papua libatkan VRI
<https://www.antaranews.com/berita/1078292/evakuasi-korban-kecelakaan-pesawat-di-papua-libatkan-vri>*
*Tertutup awan tebal*
Menurut dia, pencarian pesawat Twin Otter PK CDC yang hilang kontak
dalam penerbangan dari Timika menuju Ilaga pada Rabu (18/9) itu memakan
waktu cukup lama karena kondisi cuaca di lokasi kecelakaan pesawat itu
tidak mendukung lantaran selalu tertutup awan tebal disertai hembusan
angin kencang hingga 30 knots.
"Sejak hari pertama hingga hari ke-empat baru bisa kita menemukan
kepastian lokasi kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC. Selanjutnya hari
ke-lima kami mengulangi pencarian untuk menentukan landing zone agar Tim
SAR bisa diturunkan untuk mengevakuasi para korban," kata Brigjen Budi.
Selama operasi SAR tersebut, katanya, jajaran Basarnas Timika mendapat
dukungan penuh dari jajaran TNI, Polri, Airnav, UPBU Mozes Kilangin, PT
Freeport Indonesia dan sejumlah maskapai penerbangan lainnya di Timika.
Tim SAR dari jajaran TNI dan Polri (Koorps Brimob Polri) juga disiagakan
di sekitar Kampung Mamontoga, Distrik Hoeya yang bertugas mendukung
material logistik, peralatan komunikasi dan kesehatan serta pengamanan
selama operasi SAR berlangsung.
Personel SAR gabungan menerima arahan sebelum mencari keberadaan pesawat
Twin Otter PK CDC yang hilang kontak dalam penerbangan Timika-Ilaga,
Rabu (18/9/2019) (ANTARA/Evarianus Supar)
*Baca juga:KNKT: Penyebab kecelakaan pesawat Twin Otter belum bisa
dipastikan
<https://www.antaranews.com/berita/1075750/knkt-penyebab-kecelakaan-pesawat-twin-otter-belum-bisa-dipastikan>
Baca juga:Pilot Senior: Dasep Sobirin berpengalaman terbangi wilayah
Papua
<https://www.antaranews.com/berita/1075682/pilot-senior-dasep-sobirin-berpengalaman-terbangi-wilayah-papua>*
*Pencarian kotak hitam*
Menurut pemilik Bintang Satu di jajaran Koorps Marinir TNI AL itu, masih
ada tahapan tugas berikutnya yaitu mengevakuasi kotak hitam atau/black
box/pesawat Twin Otter PK CDC dari lokasi kecelakaan.
Kotak hitam tersebut berisikan/Voice Data Recorder/VDR/dan/Flight Data
Recorder/FDR./
"Operasi SAR diperpanjang sampai hari Jumat (27/9). Kami dari Basarnas
akan tetap membantu KNKT untuk menemukan dan mengevakuasi/black box/,"
katanya.
Adapun Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi/KNKT
Chaerudin mengharapkan kotak hitam (black box) pesawat Twin Otter
DHC6-400 PK CDC yang jatuh di kawasan pegunungan Distrik Hoeya bisa
segera ditemukan pada pencarian yang berlangsung Kamis (26/9) pagi ini.
Peralatan FDR dan VDR yang merekam penerbangan dan merekam semua
pembicaraan di kokpit sangat penting untuk mengetahui penyebab pasti
kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC.
Jika sudah ditemukan, peralatan tersebut akan dibawa ke Kantor KNKT di
Jakarta untuk diunduh. Pengunduhan data yang tersimpan dalam peralatan
blck box pesawat hanya membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam, namun untuk
menganalisisnya membutuhkan waktu yang cukup lama.
"Untuk/download/-nya hanya 1-2 jam selesai. Tapi untuk menerjemahkan apa
yang ada di situ, itu butuh waktu. Peraturan internasional memberi waktu
ke KNKT selama 12 bulan. Namun dalam banyak kecelakaan pesawat di tanah
air sebelum 12 bulan sudah bisa kami selesaikan. Seperti saat kecelakaan
pesawat Sukhoi bisa selesai dalam waktu delapan bulan, kecelakaan
pesawat Air Asia pas 12 bulan. Ada yang enam bulan selesai, tapi tidak
bisa hanya dalam waktu 1-2 bulan," kata Chaerudin.
Sehubungan dengan itu, Chaerudin menyatakan belum bisa menyimpulkan
penyebab kecelakaan pesawat Twin Otter PK CDC pekan lalu itu.
"Kalau ditanya mengapa sampai terjadi kecelakaan pesawat ini, saya belum
bisa jawab. KNKT bicara apa adanya," kata Chaerudin.
Adapun mengenai peralatan Emergency Locator Transmitter (ELT) pesawat
Twin Otter PK CDC yang tidak mengeluarkan signal, Chaerudin mengatakan
hal itu bisa terjadi lantaran peralatan tersebut rusak atau hancur atau
antenanya terputus saat terjadi benturan.
*Baca juga:Tiga helikopter angkut korban kecelakaan pesawat Twin Otter
<https://www.antaranews.com/berita/1075486/tiga-helikopter-angkut-korban-kecelakaan-pesawat-twin-otter>
Baca juga:Flash - Tim SAR temukan puing diduga pesawat Twin Otter
<https://www.antaranews.com/berita/1074824/flash-tim-sar-temukan-puing-diduga-pesawat-twin-otter>*
*Libatkan pendaki VRI*
Untuk mencari dan menemukan kotak hitam pesawat Twin Otter PK CDC yang
berisikan peralatan FDR dan VDR tersebut, Basarnas dan KNKT melibatkan
dua orang pendaki gunung dinding tegak dari organisasi/Vertical Rescue
Indonesia//VRI yang khusus didatangkan dari Bandung.
Komandan Pangkalan TNI AU Yohanes Kapiyau Timika Letkol Penerbang Sugeng
Sugiharto mengatakan pencarian kotak hitam pesawat dilakukan pada Kamis
pagi ini masih menggunakan helikopter Bell SA-315 B Lama PK IWV milik PT
Intan Angkasa Air.
"Untuk pengambilan/black box/akan menggunakan helikopter yang sama saat
evakuasi jenazah para korban karena lokasinyapun sama. Setelah/black
box/ditemukan akan digeser ke Ilaga dan selanjutnya akan digeser lagi ke
Timika menggunakan penerbangan Twin Otter PK CDJ milik PT Carpediem,"
kata Letkol Sugeng.
Dengan selesainya evakuasi para korban, seluruh personel pendukung
operasi SAR termasuk pasukan pengamanan Brimob yang ditempatkan di
kampung Mamontoga telah diangkut kembali ke Timika.*
*Baca juga:SAR minta warga Hoeya bantu cari pesawat hilang
<https://www.antaranews.com/berita/1074572/sar-minta-warga-hoeya-bantu-cari-pesawat-hilang>
Baca juga:Masyarakat Hoeya dilibatkan cari pesawat hilang melalui jalur
darat
<https://www.antaranews.com/berita/1074540/masyarakat-hoeya-dilibatkan-cari-pesawat-hilang-melalui-jalur-darat>*
Pewarta: Evarianus Supar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
--
此電子郵件已由 AVG 檢查病毒。
http://www.avg.com