Sedikit bahan untuk mengenal Haris Azhar - Direktur Lokataru Foundation, yang menganjurkan selain belajar teori dan undang-undang, belajar juga bagaimana memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
BERITAPendidikan Haris Azhar: Mahasiswa Fakultas Hukum Harus Peka Penulis Redaksi Panjinasional - 07/09/2019 www.panjinasional.net Yogyakarta — Haris Azhar, SH, MA, Direktur Lokataru Foundation, hadir dalam Stadium General mahasiswa baru dalam rangka Program Pengenalan Kampus (P2K) 2019 Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta di Kampus 4 Jl Ring Road Selatan, Kragilan, Tamanan, Banguntapan, Bantul, Jum’at (6/9/2019). Belajar di Fakultas Hukum, dikatakan Haris Azhar bukan hanya belajar teori dan undang-undang. “Tetapi belajar juga bagaimana memperjuangkan nilai-nilai,” kata Haris. Saat ini, menurut Haris, banyak permasalahan hukum yang terjadi di masyarakat. “Untuk itu, mahasiswa hukum harus lebih peka,” kata Haris Azhar, mantan Koordinator Kontras dan Pegiat HAM. Pada kesempatan itu, Haris Azhar menjelaskan perihal membentuk moral mahasiswa untuk Indonesia berkeadilan. “Anda jangan pernah takut. Harus berani. Beranilah untuk bergerak maju dan berjuang melawan penindasan,” kata Haris Azhar, yang menambahkan peran masyarakat sipil menjadi semakin penting untuk menegakkan HAM. Kalimat yang menggelorakan asa sekaligus membakar semangat diucapkan Haris Azhar di hadapan mahasiswa baru Fakultas Hukum UAD Yogyakarta. Haris yang dikenal sebagai aktivis HAM ini menyentak kesadaran mahasiswa yang hadir, tentang kondisi pelanggaran HAM di Indonesia. Di depan Rahmat Muhajir, SH, MH (Dekan FH UAD), moderator Habibi Miftahul Marwa dan Dr Norma Sari, SH, MHum (Wakil Dekan FH UAD), Haris mengatakan bahwa berderet pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia hingga hari ini belum tuntas seluruhnya. Menurut Haris Azhar, ada yang salah dalam sistem pendidikan. “Di semester awal belajar pengantar ilmu hukum Indonesia sangat penting,” kata Haris yang menambahkan biasanya sikap mahasiswa Fakultas Hukum di semester awal sibuk cari UKM. “Nilai-nilai hukum sangat penting di semester awal untuk belajar ilmu hukum. Selain itu jug pengantar ilmu negara dan pengantar ilmu hukum serta dasar-dasar ilmu hukum,” papar Haris. Bagi Haris, kerja di bidang hukum sering berurusan dengan orang lain yang cari kebenaran dan penyelesaian. “Ada masyarakat pasti ada hukum. Hukum punya nilai dan melulu tidak punya aturan,” terang Haris. Dikatakan Haris, manifestasi dari hukum ada aturan-aturan yang bisa tertulis dan tidak tertulis. “Bukan sekadar peraturan perundang-undangan,” papar Haris. Hukum bukan sekadar tertulis, tapi dalam hukum punya pesan bagaimana manusia dan antarmanusia itu hubungannya terjaga baik. Bagai Haris, kuliah di Fakultas Hukum mesti banyak membaca. “Kalau tidak mending keluar saja,” kata Haris. Hukum membutuhkan orang yang bekerja di bidang hukum. Dan hukum tidak mungkin sempurna. Sebab Faktor manusia menjadi penting di belakang hukum. “Karena dia yang menjadi aplikasi di bidang hukum,” terang Haris. Sebagai mahasiswa Fakultas Hukum, menurut Haria, tidak semata-mata menjadi instrumen saja. “Tapi orang yang akan mengubah Indonesia dan hukum butuh agen dengan standar yang baik,” tandas Haris. Nilai keadilan butuh kebijaksanaan dan pengetahuan yang terus-menerus. Selain itu nilai dan konsep dalam hukum harus bisa diaplikasikan. Moralitas hukum itu ada pada manusia sebagai pelaksana hukum. Untuk itu perlu mengasah aspek belajar ilmu hukum agar dari sisi aplikasinya berguna bagi orang yang membutuhkan. “Aspek moralitas dan integritas perlu dikedepankan,” kata Haris lagi. Menyinggung makna anak muda dan mahasiswa hukum, harus menyuarakan masalah-masalah, bukan tulisan-tulisan aturan hukum. “Harus menjadi penafsir di luar masalah hukum. Jangan pernah membaca teks tanpa konteks,” ungkap Haris. Ketertarikannya ke dunia hukum mengantarkan Haris Azhar menjadi aktivis Hak Asasi Manusia (HAM). Ia bergelut dengan pendidikan hukum dan terjun langsung mendampingi korban. Haris berharap, dengan pekerjaannya ini bisa berkontribusi untuk membangun budaya yang lebih baik di Indonesia. “Dengan lebih sedikit imunitas dari negara terhadap anggota masyarakat yang kurang beruntung,” kata Haris. Perjuangan Haris bukan sekadar modal nekat dan ikut-ikutan. Tapi ia memang dibekali dengan pengetahuan hukum dari pendidikan yang ia peroleh. Ia adalah lulusan Universitas Trisakti dengan gelar Bachelor of Laws pada tahun 1999. Selain itu, ia juga pernah belajar di Program Magister Filsafat di Universitas Indonesia. Sementara untuk memperdalam ilmu hukumnya, Haris mengambil master bidang teori dan praktek Hak Asasi Manusia di University of Essex , Inggris. Lebih spesifik lagi, Haris juga memiliki keahlian, minat dan pengalaman tentang hak asasi manusia Indonesia dan hukum konstitusi, reformasi sektor keamanan, LSM, keadilan transisional, resolusi konflik dan hubungan ASEAN. Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum UAD, Rahmat Muhajir, menyampaikan sejarah masa lalu soal HAM dan pelanggaran HAM di berbagai daerah, termasuk di dalamnya yang terjadi di Papua. Berharap kepada mahasiswa baru untuk berpikir kritis terkait yang terjadi di Indonesia. Selama ini, Fakultas Hukum UAD sangat konsen dengan isu-isu yang ada melalui analisis hukum dan sosial. Juga melakukan pembelaan terhadap orang-orang yang tidak mampu. (Affan)