-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://www.antaranews.com/berita/1390246/penebusan-dosa-ekologis-ala-yulia-suparti



Artikel

Penebusan dosa ekologis ala Yulia Suparti

Oleh Helti Marini S     Senin, 30 Maret 2020 13:23 WIB

Yulia Suparti berpose di dekat pohon nangka madu yang dipupuk menggunakan pupuk 
organik dari mikroorganisme lokal (MOL) buatannya. (ANTARA/HO Yulia Suparti)
Bengkulu (ANTARA) - "Semua manusia punya dosa pada alam karena itu pola hidup 
yang memperhatikan kelestarian lingkungan adalah jalan menebus dosa ekologis," 
kata Yulia Suparti MPd mengawali perbincangan di halaman rumahnya di Kota 
Bengkulu.

Suhu Kota Bengkulu yang pada pertengahan Maret sekitar 30 derajat Celsius tak 
begitu terasa panas berkat beragam tanaman yang tumbuh di halaman rumah Yulia.

Guru fisika di SMP Negeri 11 Kota Bengkulu itu dikenal sebagai inovator pupuk 
organik cair yang disebut mikro organisme lokal (MOL). Warga dan perusahaan 
juga menggunakan jasanya sebagai konsultan dalam budidaya pertanian menggunakan 
pupuk organik.

Pupuk organik cair buatan Yulia dihasilkan dari sampah rumah tangga, termasuk 
ranting dan daun tanaman, kulit buah, serta kulit bahan bumbu seperti bawang, 
kunyit, dan jahe.

"Asal mau, siapa saja bisa membuat MOL dari sampah organik yang biasa kita 
hasilkan sehari-hari," kata Yulia, alumni pasca-sarjana Program Studi Fisika 
Universitas Bengkulu.

Kesungguhan belajar dan meracik berbagai ramuan pupuk organik cair membuat 
Yulia kini sering diundang menjadi pembicara di berbagai forum di dalam dan 
luar negeri yang membahas mengenai upaya pelestarian lingkungan melalui 
pertanian organik.

Pada 2015 ibu tiga anak itu berkesempatan menyampaikan paparan mengenai 
pertanian organik dan pendidikan lingkungan sejak dini kepada generasi muda 
dalam satu forum internasional di Nepal.

"Saya ingin sebanyak mungkin orang menerapkan ini karena merawat bumi agar 
tetap nyaman untuk ditinggali harus diusahakan semua orang," kata Yulia.

Di SMP Negeri 11, selain mengajar fisika Yulia juga mengampu mata pelajaran 
prakarya bidang budidaya tanaman sayur organik pada semester I kelas VII dan 
mata pelajaran budidaya tanaman obat organik pada semester II. Dalam pelajaran 
ekstrakurikuler, ia mengajarkan cara membuat kompos dan teknik pertamanan.

"Pertanian organik adalah cara hidup selaras dengan alam dan dapat dipraktikkan 
setiap orang, karena itu penting dikenalkan sejak dini kepada generasi muda," 
kata perempuan yang lahir di Wonogiri, Jawa Tengah, tahun 1972 itu.

Yulia mengajar siswa praktik membuat kompos menggunakan sampah organik di 
sekitar sekolah dan menggunakannya untuk memupuk tanaman di kebun percontohan 
di lingkungan sekolah.

Kepada para siswa, Yulia menekankan pentingnya mengelola sampah dengan 
menerapkan konsep mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang.

"Kami juga membuat prakarya mendaur ulang sampah plastik dengan sederhana 
menjadi ekobrik sebagai bahan baku membuat berbagai furnitur," katanya.

MOL buatan Yulia
​​​​​​​
Yulia membuat MOL dari buah maja serta limbah buah pisang dan pepaya. 

Ia menghaluskan 10 kilogram kulit pisang dan pepaya lalu memasukkannya ke dalam 
tong dan mencampurnya dengan satu kilogram gula merah serta 10 liter air kelapa 
dan air bekas cucian beras.

Tong tempat campuran ramuan pupuk itu kemudian ditutup menggunakan plastik. 
Pada tong itu kemudian dipasang selang plastik yang dihubungkan ke botol berisi 
air. Setelah didiamkan selama 10 hari, pupuk cair itu dapat digunakan.

Cairan yang sudah menjadi MOL selanjutnya harus dicampur air dengan takaran 
satu banding lima lalu ditambahi satu ons gula pasir. Setelah dicampur dengan 
air dan gula, pupuk cair bisa disiramkan ke bagian akar tanaman. Khusus untuk 
tanaman padi, 400 cc MOL bisa dicampur dengan 14 liter air lalu disemprotkan 
pada tanaman umur 55 hari.

Selain dari limbah buah-buahan, Yulia membuat MOL dengan bahan utama buah maja, 
air atau air kelapa, dan gula merah.

Caranya, satu buah maja yang sudah dibuka dan diremas-remas sampai halus di 
masukkan ke dalam ember lalu diambil airnya dan masukkan ke jerigen.

Setelah itu, masukkan gula merah cincang yang sudah dicampur dengan air atau 
air kelapa ke dalam jerigen berisi air perasan buah maja lalu tutup rapat.

Selanjutnya, beri lubang pada tutup jerigen dan dihubungkan dengan botol berisi 
air menggunakan selang plastik agar uap fermentasi MOL berpindah ke air dan 
tidak menimbulkan ledakan.

"Biarkan selama 15 hari dan selanjutnya dapat diaplikasikan ke tanaman," kata 
Yulia.

Yulia menggunakan MOL untuk memupuk pohon jambu madu, jeruk gerga, anggur, 
belimbing, dan mangga di halaman rumahnya. Penggunaan MOL, menurut dia, membuat 
buah-buahan yang dihasilkan menjadi lebih renyah dan lebih manis rasanya.

"Kami tidak pernah membeli buah lagi di pasar karena tanaman buah dari 
pekarangan ini tidak pernah berhenti berbuah, bergantian, dan rasanya lebih 
manis dan sehat tanpa pupuk kimia," katanya.

Yulia belum berpikir untuk mengurus hak cipta atas pupuk organik buatannya.

Dia hanya berharap jumlah orang yang mengikuti caranya mengolah sampah menjadi 
pupuk organik serta menggunakannya semakin banyak. Dengan demikian, setidaknya 
akan ada lebih banyak orang yang ikut menjaga bumi dari cemaran bahan kimia.

Baca juga:
Guru Besar Unsoed ingatkan pentingnya subsidi untuk pertanian organik
Petani didorong perbaiki kesuburan lahan secara biologis

Oleh Helti Marini S
Editor: Maryati
COPYRIGHT © ANTARA 2020






Reply via email to