Bagi teman2 menyimak posting saya di mailgroups dan FB.CNN-News , sejak
menjelang pilpres Amerika, waktu dan energy saya banyak terfokus untuk
menyampaikan dukungan kepada Hillary Clinton dalammenghadapi Donald Trump.
Ketika hasil pilpres 8 November 2016 mmenunjukkan hasil masyarakat AS sebut
sebagai ‘diluar dugaan’ (menurut saya: ‘Tidak wajar’), saya sependapat
dengan pemerintah Obama bahwa terjadi hacking, terutama dalam paperless
e-voting. Singkatnya, karena perkembangan situasi dan mepetnya waktu, saat
itu Presiden Obama tidak berani ambil resiko untuk minta dukungan Mahkamah
Agung untuk  melakukan demisioner dan menyelenggarakan revoting.
Singkatnya, Obama dan Hillary hadir dalam acara pelantikan Donald Trump.

Setelah menyimak pidato pelantikan Trump dilantik, saya mempertimbangkan
untuk mengakui pelantikan dirinya sebagai Presiden AS. Alasan ini karena
karena kesempatan untuk revoting sudah terlambat, serta saya menyaksikan
kesungguhan janji dan ajakan Trump yang tercermin pada saat beliau
menyampaikan pidato pelantikkannya. Dalam hati saya berpendapat, seandainya
Trump benar sungguh-sungguh akan melaksanakan apa yang dijanjikan pada hari
pelatikannya itu, saya menganggap ‘The New Trump’ sebenarnya sudah cukup
untuk memenuhi kebutuhan pemimpin bagi rakyat Amerika.  Kenapa saya
menyebutnya sebagai ‘The New Trump’?

Sebelumnya saya menganggap Trump sebagai seorang yang ‘Very Money-Oriented
Businessman’ sebagai suatu identitas dirinya. Sementara dari janji dan
ajakan kepada bangsa Amerika, saya menyaksikan ucapan dari seorang yang
memiliki identitas sebagai ‘A Strong Sincere Leader’. Apakah itu suatu
perubahan? Dalam teori NLP,  identitas hampir tidak bisa berubah karena
sifatnya nyaris permanen.  Seandainya itu terjadi, kejadiannya disebut
sebagai transformasi. Bahkan transformasi kadang terjadi sangat ekstrim
seperti halnya tokoh Saulus yang kemudian dikenal sebagai Paulus.

Karena itu saya berpikir, daripada harus memperjuangkan re-voting atau
prosedur yang penuh resiko, jika memang Trump memang adalah pemimpin yang
tulus dan tegas, lebih baik lakukan saja Win-win Solution. Dalam hati,
seandainya benar Trump adalah pemimpin yang baik, bagi negara saya, saya
juga akan meminta bantuan beliau supaya pembelian illegal  Freeport atas 1
juta ton konsentrat uranium, emas, perak, tembaga Papua Indonesia melalui
pak Sudirman Said dibatalkan dan produknya dikembalikian kepada Indonesia.

Namun, sebelum membuat closing posting atas ukungan saya bagi Hillary
Clinton saat itu, saya merasa perlu untuk mengurangi ketegangan dan
memperbaiki jam tidur saya yang kadang mengetik hingga 50jam non-stop tanpa
tidur. Sehingga saya mengganti dengan topic yang lebih mendesak dan up-to
date.

*1.        **Bendera Demokrat Menyambut Imlek 2017*

Setelah tenaga saya mulai pulih, saya teringat akan tahun baru Imlek yang
sudah mendekat. Adapun di lantai atap ruko tempat tinggal kami terdapat 2
tiang bendera setinggi 17 meter. Karena hujan angin, yang sebelah utara
sempat patah hampir setahun lalu, sementara belum sempat  diperbaiki saya
perpendek menjadi 16 meter. Sebagai penghormatan saya kepada pak SBY yang
mencabut Surat Presidium produk Orba dan serta pengakuan Presiden SBY akan
keberadaan suku Tionghoa, saya pasangkan kembali Bendera Demokrat paak da
tiang 16meter, sementara Merah Putih pada tiang 17 meter.

Karena terlanjur terlambat, saya pikir ini suatu kesempatan baik bagi saya
untuk meneruskan draft posting mengenai sejumlah p ahlawan Tionghoa
Indonesia yang tidak tercantum di buku sejarah Indonesia.  Sayangnya,
menjelang Imlek, Dona terkena demam, Bahkan setelah Imlek, Dona diketahui
positif terkena Tiphus. Karena itu, waktu saya untuk menulis kembali ttidak
memungkinkan. Bahkan karena itu pula, rencana kami untuk melakukan tradisi
kunjungan kepada para senior kami, banyak yang tidak bisa kami lakukan.  t

 Namun, sementara itu sekitar 70% selesai, tadi asisten yang baru sebulan
membantu kami yang sedang kurang sehat, minta izin untuk pulang karena
ingin beristirahat di rumahnya. Saya sempat merasa terpukul karena khawatir
tanpa bantuannya waktu saya untuk menulis, tampaknya jadi sangat terbatas.
Dasesuai dengan pertimbangan beberara hari terakhir ini, terpaksa menunda
topik peran suku Tionghoa bagi Nusantara/ Indonesia, karena merasa harus
loncat bagi posting perspektf dalam Pilkada Jakarta yang akan berlangsung
dalam waktu dekat.

*2.        **Sudut Pandang dan Wawasan Perspektif*

Suasana persaingan dalam Pilkada terasa sangatlah mempengaruhi perilaku
bangsa kita yang kadang terkesan agak aneh. Yang saya maksud di sini,
pengaruh Pilkada sangatlah mengubah perilaku banyak orang, sehingga
perilaku masyarakat seakan terhanyut suasana Pilkada. Dalam fenomena ini,
tampak hal-hal yang tidak biasa telah terjadi di tanah air yang berdampak
hingga ke luar negri.

Saya sangat menyambut baik pencalonan mas Agus sebagai Cagub DKI oleh
koalisi Demokrat, dan segera menyambut baik yang saya sampaikan dalam
banyak SMS dukungan kepada pak SBY. Atas nama jaringan Komunitas Salam
Indonesia, saya juga ikut bergabung dan terdaftar di KPU DKI sebagai
relawan AHY:Dki1.

Namun prakteknya, selain terbatasnya waktu dan energi yang sempat terpecah
ketika focus dalam mendukung Hillary Clinton yang lebih mendesak, saya
sering merasa sulit dalam men-sinkronkan gagasan-gagasan saya dengan
strategi Agus& Sylvi yang terkesan lebih cocok dalam strategi yang
dirancang bersama Timses yang memang disiapkan  focus untuk menghadapi
Pilkada DKI.

Jadi seandainya dalam posisi saya saat ini, sejalan dengan etika sebagai
anggota yang mendukung kebijakan Partai Demokrat, seandainya saya memiliki
KTP DKI, saya hanya akan menyalurkannya dengan mencoblos no. 1: Mas Agus
dan Mpok Sylvi.

Namun dalam berbagai hal, saya juga menyaksikan beberapa hal yang perlu
saya sampaikan dalam sikap/ perspektif yang akan menempatkan posisi
cakrawala yang sedikit lebih tinggi dari ketiga kelompok kontestan yang
ada. Sementara kedua kaki berpijak pada ranah Partai Demokrat, saya akan
sedikit berjinjit supaya posisi mata saya sedikit lebih tinggi dari wawasan
saya sebagai anggota Demokrat. Karena posisi mata saya terangkat beberapa
cm lebih tinggi, saya memandang dengan cakrawala yang lebih leluasa dalam
menjangkau ketiga komunitas kubu dalam Pilkada DKI.

*3.        **Kekuatan dan Percaturan 3 Paslon DKI 2016-2017*

a.        Mas Agus adalah putra sulung pak SBY sebagai seorang prajurit
TNI  dengan reputasi fisik, intelektual serta prestasi sangat baik dan
nyaris tanpa cacat. Mas Agus yang demikian lama focus meniti karir militer
sesuai prosedur komando lazimnya, sebenarnya terkejut ketika tiba-tiba di
telpon pak SBY untuk kesediaannya menjadi  Bacagub DKI.  Walau mas Agus
memiliki kemampuan yang baik, dibandingkan dengan 2 cagub lain yang
memiliki pengalaman di bidang birokrasi sipil dan seluk beluk politik, mas
Agus bisa dianggap yang paling muda.

b.        Mengenai calon nomor urut 2, terdapat warna yang berbeda karena
cagub Ahok adalah seorang Tionghoa Kristen. Menurut saya beliau memiliki
kecerdasan intelektual lebih menonjol dibanding kandidat lainnya dimana
pada sisi positif kinerjanya, beliau telah melakukan pembersihan sungai dan
birokrasi.

Namun dari sisi negatif kinerjanya, beliau telah menaikkan PBB Jakarta
menjadi sangat tinggi. PBB yang tinggi, selain memberatkan masyarakat DKI
kebanyakan, merupakan tambahan income bagi Pemda dan gubernur, membuat
biaya hidup di Jakarta terus meningkat. Adapun PBB masyarakat yang mahal
itu, pastinya disambut baik oleh para pengembang yang sangat haus untuk
membeli lahan di Jakarta.

Ada suatu posisi yang menurut saya sangat janggal dalam birokrasi di kantor
Pemda.

Pada saat menjadi gubernur DKI, pak Ahok menempatkan seorang kawannya
bernama Sunny Tanuwijaya yang sedang membutuhkan sejumlah informasi Pemda
sebagai bahan yang diperlukan bagi penyusunan desertasinya. Setelah
desertasinya selesai, ia tetap mengantor sebagai konsultan politik pak Ahok
yang konon dibayari oleh  perusahaan pengembang terbesar saat ini.   Adapun
tokoh misterius itu kemudian diketahui adalah adik dari menantu boss Agung
Podomoro. Dari sumber berbeda diberitakan bahwa Sunny Tanuwijaya tersadap
dalam percakapan dengan pak Sanusi, sehingga dipastikan memahami kasus suap
PT Agung Podomoro Land bagi Sanusi (bacagub yang pernah diajukan Gerindra).
Walaupun video saat gubernur Ahok mengamuk dengan membalikan meja-meja
hakim/ jaksa (?) di pengadilan di hapus dari You Tube, saya mengira  pak
Ahok mengamuk pada saat terjadi pada gubernur Ahok dicecar pertanyaan
keterlibatan kawannya itu dalam kasus  suap Agung Podomoro Land untuk
Bacagub Sanusi.

Saya menyaksikan ada 3 kejanggalan yang mengindikasikan terjadinya kolusi
di bidang properti:

·         Jika pak Sunny sudah selesai menyusun thesisnya, mengapa ia masih
terus mengantor di kantor Pemda DKI. Sementara ketika saya menawarkan
invensi kepada Pemda DKI, Gubernur Ahok justru menyerahkan keputusannya
kepada pak Sunny Tanuwijaya (yang saat itu saya anggap sebagai sosok
misterius) yang menolak proposal saya itu.

·         Jika pak Ahok membutuhkan konsultan politik Pemda, untuk apa ia
mempekerjakan pak Sunny untuk berkantor di kantor Pemda DKI setiap hari
tanpa gaji Pemda karena sudah menerima uang (dibayari oleh) perusahaan
swasta lain. Bukankan itu berarti dalam jasa konsultasinya, pak Sanusi
lebih bertanggung jawab lebih bertanggung jawab kepada boss yang sudah
membayarnya itu dibanding kepada gubernur DKI.  Seandainya sebagai
konsultan pak Sunny dibayar oleh perusahaan pengembang, bukankah ia akan
cenderung memenangkan semua tender proyek yang paling ‘basah’ bagi
perusahaan pengembang yang mensponsorinya itu.  Lebih dari kesempatan untuk
menyingkirkan saingannya, saya kira pak Sunny akan memiliki kesempatan
lebih dekat untuk menyuarakan kepentingan yang mempengaruhi kebijakan pak
Gubernur.

·         Pak Ahok menyebut bahwa pak Sunny adalah seorang kawannya.
Mengamati karakter pak Ahok yang sering membutuhkan batu loncatan, saya
kira mereka yang kawan oleh pak Ahok adalah mereka yang masih menguntungkan
beliau.

Gubernur Ahok menyatakan bahwa pak Sunny adalah kawannya yang disponsori
perusahaan swasta untuk di kantor Gubernur Pemerintah Daerah DKI, dan
memang tidak ada aturan yang berani melarang. Namun selain tampak janggal
dan kurang pantas, kehadiran utusan perusahaan swasta untuk ‘melotot’
dikantor Gubernur Pemda DKI, terkesan tidak wajar dan menyratkan indikasi
yang bisa ditafsirkan sebagai perhitungan timbal balik.

c.         Pasca penetapan 10 Bacapres Demokrat, saya cukup dikenal karena
hampir setiap hari secara aktif mengikuti Diskusi Rakyat di kantor DPP
Demokrat. Pada saat topic diskusi solusi kemacetan Jakarta, moderator
menyatakan waktu yang bicara saya sudah habis. Walau demikian, saya meminta
kesempatan untuk memberikan solusi kemacetan dalam 2 kalimat saja.
Moderator mengizinkan: “Baik; Cukup 2 kalimat saja. Kalimat pertamanya ..”
Saya katakan: “Di Jakarta ada 13 juta (mungkin kini sudah bertambah menjadi
sekitar 20 ribu) kendaraan bermotor yang terjebak dan berjuang dalam
kemacetan lalu lintas jalan raya Jakarta setiap hari, sementara memiliki
1300 bis kota yang dengan bis way serta halte beserta jembatan penyebrangan
ke sebelah kanan jalan yang membuat kagok serta menyita 30% luas jalan raya
Jakarta”.

“Oke, itu kalimat pertama. Kalimat keduanya, pak Mul ..”

“Untuk mensubstitusi kebutuhan para penumpang 13juta pengguna kendaraan
pribadi, bis kota yang dibutuhkan transportasi Jakarta tidak cukup 1.300
buah bis kota, tetapi Jakarta membutuhkan 130ribu bis kota”.

Sementara jumlah kendaraan di Jakarta kini mencapai sekitar 20juta, jumlah
bis kota yang beroperasi di bis way bisa dianggap tetap. Sementara jumlah
bis kota yang tersedia sangat sediikit yang biasa ngebut mengisi bis way
yang kosong melompong (kadang digunakan oleh para pengemudi nekat yang
meninggalkan kemacetan dengan menerobos menggunakan bis way dengan resiko
kena tilang; tol ratusan ribu rupiah). Selain itu, pak Ahok menerapkan
aturan pergantian kendaraan sehari ganjil dan sehari genap. Sementara
jumlah bis kota masih tetap, hasilnya adalah kerepotan yang semakin buat
kagok yang akan memicu pembelian kendaraan pribadi agar memiliki nomor
polisi genap dan ganjil untuk dipakai bergantian setiap hari.

Apakah gubernur Ahok tidak tahu mengenai 2 kalimat solusi kemacetan
Jakarta? Pasti pak Ahok tahu, karena dulu beliau sering saya kirimkan
posting-posting saya. Lalu kenapa beliau tetap mempertahankan bis-way di
sebelah kanan jalan dan tidak mau membeli bis kota dalam jumlah yang
memadai?

Menurut saya begini.

Kita ketahui bahwa pak Ahok berambisi akan menerapkan sistim Electronic
Road Pricing (ERP) di jalan-jalan Jakarta. Artinya, jalan raya milik umum
yang perawatannya sudah bayar melalui pajak STNK yang sebenarnya bukan
jalan tol, akan menjadi jalan berbayar (walau non tunai, karena harus
bayar, maknanya sama dengan jadi jalan tol). Jika dimana-mana banyak jalan
tol di Jakarta, secara positif akan secara pesat meningkatkan pemasukan
pemda dan gubernur akan meningkat. Namun kebalikannya, pemberlakuan tol di
jalan umum, akan menimbulkan ekonomi biaya tinggi bagi masyarakat yang
berlalu harus berlalu lintas di Jakarta atau harus menghabiskan berjam-jam
menunggu di halte-halte dekat bis way di kanan jalan.

Menurut pak Ahok, keuntungan dari WRP itu akan dialokasikan sebagai subsidi
silang supaya biaya bis bisa ditekan semurah mungkin. Bagi saya, subsidi
silang, bansos ataupun BLT adalah hampir sama; arah postingnya tidak jelas.
Saya kira masyarakat yang mampu membeli mobil, BBM, parkir, pasti memiliki
cukup uang untuk ongkos bis dengan air conditioner seandainya bis kota itu
cukup tersedia. Bahkan seandainya tariff bis ber ac dirasakan terlalu
mahal, masyarakat bisa mengunakan mini bis atau mikrolet non AC yang hemat
energy. Di kabupaten Bogor, tariff angkot (kapasitas 15penumpang/ non ac)
Rp3000 untuk jarak 5km.  Bahkan seandainya bis kota digratiskan oleh Pemda
DKI, dengan besarnya PBB, iklan, sewa dan berbagai pemasukan, saya yakin
Pemda DKI sangat mampu menyediakan bis penumpang umum bagi warga Jakarta
dan sekitarnya secara murah bahkan gratis. Jika tersedia bis yang
menjangkau segenap wilayah secara murah, nyaman dan praktis, untuk apa lagi
cape-cape bawa kendaraan sendiri yang boros BBM, parkir serta resiko
lainnya? Tapi jika memang perlu/ ingin bawa mobil sendiri, ya boleh saja.
Bukankah setiap tahun kita sudah membayar pajak STNK? Namun ika itu
terjadi, maka masyarakat yang dirugikan oleh program ERP yang semakin
merajalela di Jakarta pasti protes akan kebijakan ERP itu. Untuk mencegah
itu terjadi, dalam strateginya, pak Ahok sengaja membuat aturan yang
membuat masyarakat mengalami pemborosam kemacetan yang semakin parah.
Karena dengan kesulitan dan pemborosan masyarakat dalam kemacetan,
seandainya terpilih lagi menjadi gubernur DKI, beliau mendapat kesempatan
 untuk mengajukan program ERP serta kendaraan rel yang akan sulit ditolak
serta pastinya akan sangatlah basah dan profitable bagi Pemda dan gubernur
DKI. Jadi sementara proyek-proyek yang direncanakannya akan menguntungkan,
dalam hitungan secara ekonomi, akan lebih menguntungkan bagi pak Ahok jika
jumlah  bis kota dan trayek di Jakarta tidak perlu ditambah lagi dengan
konsekwensi gubernur harus memelihara kemacetan untuk memaksa masyarakat
merogoh kantong lebih dalam lagi, sehingga terciptalah suatu tatanan
perekonomian biaya tinggi di DKI Jakarta.



d.        Kini saya akan menyampaikan pandangan saya terhadap Cagub nomor
urut 3: Anies& Sandy yang didukung koalisi Gerindra.

Jika saya perhatikan, keunggulan nomor urut 3 ini bukan karena mereka
memiliki kercerdasan yang menonjol dibanding para kandidat yang lain. Dari
yang saya saksikan dalam debat terakhir, saya menyaksikan suatu perpaduan
yang kompak dari pasangan serasi yang menunjukkan sikap yang merangkul
segenap masyarakat dengan program yang menurut saya adalah yang terbaik
dibandingkan dengan kandidat lainnya.

Dalam teori kepemimpinan, seorang pemimpin tidak harus terlalu kuat,
terlalu cerdas, terlalu kaya, terlalu hebat dan sebagainya. Namun seorang
pemimpin akan lebih efektif jika ia mampu membangkitkan
kehedbatan-kehebatan orang-orang yang dipimpinnya. Kita ambil contoh, dalam
kebaikan dan kelemahan pak Harto, beliau adalah seorang yang belum tamat
Sekolah Rakyat. Namun sebagai tokoh yang dikagumi Prof. Dr. Ir. B. J.
Habibie ini,

e.        Sebagai penyapa, paslon nomor urut 3, pak Anies dan pak Sandy
tanpa beban menyampaikan hormat paiy bagi suku Tionghoa yang memperingati
tradisi Imlek. Dari kesan pertama, saya menyaksikan kesan bahwa beliau
adalah seorang moderat yang mau merangkul segenap dalam segala perbedaan
masyarakat untuk maju bersama membangun Jakarta.

Dalam perspektif terhadap 3 Paslon Pilkada, pak Anis melukiskan:

Paslon 1:  Menjanjikan ikan (mungkin perhatian dan bantuan) bagi masyarakat
Jakarta.

Paslon 2: Menjanjikan kail (mungkin program ERP dan proyek transportasi
rel) untuk menangkap ikan.

Paslon 3: Menjanjikan ketersediaan kolam ikan (mungkin dunia usaha dan
usaha kemitraan bersama Pemda) untuk masyarakat.

Sementara kesan pertama dari pak Anis adalah suatu sikap yang merangkul dan
mengundang potensi dan kreativitas (mudah-mudahan terbuka bagi inventor
nih..) dalam masyarakat untuk ikut dan maju bersama sebagai mitra dalam
program OK-OCE (One Kecamatan- One Central Enterpreunership) yang menurut
konon akan membuka banyak lapangan kerja.

Walau paslon 3 ini tampak serasi, namun saya memandang bahwa pak Sandi
lebih banyak ide untuk memajukan ekonomi masyarakat. Ini tampak dari
idenya; Sampah rumah juga bisa dijadikan mata pencaharian..







Paslon Nomor Urut 3 adalah untuk ajakan dalam memberdayakan peran
masyarakat kecamatan untuk ikut aktif maju bersama-sama.

Dari 3 paslon yang ada, saya baru mendengar dari paslon 3 yang  menyadari
pentingnya angkutan umum di Jakarta. Beliau menyadari bahwa cukupnya
tersedia bis kota, metro mini, mikrolet, bajaj, ojek akan sangat mengurangi
kemacetan.

Dari ide ini saya ingin melengkapi:



·         Jumlah Bis (Besar) Kota saat ini tidak memadai dan harus
ditambah. Bis Way perlu dipindah ke sebelah kiri jalan raya supaya haltenya
mudah  bdicapai oleh para penumpang langsung dari trotoir serta mudah
berkoordinasi dengan angkutan umum lainnya yang juga yang haltenya juga di
sebelah kiri jalan. Bis (besar) Way boleh dipakai bersama sebagai Bis Mini
Way= Taxi Way= Ojek Way= Mobil Pribadi Way. Tapi Bis Kota, Mini Bis Kota,
Ojek, Bajaj, Taxi tidak boleh masuk ke jalur bis pribadi karena
diperkirakan akan sering berhenti untuk melayani/ mencari penumpang di
sebelah kiri jalan.

Bis Besar Kota ber AC, ditargetkan bagi penumpang jarak menengah, agar
tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di halte-halte yang terlalu banyak.

Diharapkan Bis (Besar) Kota selalu tersedia datang dan berangjkat di setiap
halte bis kota ber AC dengan Ngetem Timer =  90 detik = Come + Stop +  Go.
Secara setiap bus akan datang dan pergi secara Non Stop 2 menit sekali
tanpa jeda (malam/ dinihari yang sepi, waktunya boleh diperpanjang sesuai
percobaan)

Penumpang masuk dari pintu depan, turun dari pintu belakang sekaligus
berbarengan.

Sesama Bis Kota tidak boleh susul-susulan berebut penumpang.

Fekwensi kedatangan yang tiba di halte Bis Besar adalah 1 Bis Kota setiap 2
menit.

Pada Halte, dituliskan jadwal prakiraan kedatangan Bis (besar) Kota sesuai
trayeknya dengan tujuan agar semua penumpang yang akan naik, sudah berdiri
dan siap untuk naik secara tertib belum Bis Kota yang akan ditumpangi
penumpang bersangkutan tiba pada halte.

Kebutuhan Bis Kota sementara saya taksir 1 buah Bis Kota cukup untuk
substiutsi 100-200 kendaraan umum. Taksiran ini harus diuji coba secara
bertahap, dengan target setiap Bis Kota idealnya rata-rata melayani
masyarakat supaya kapasitas penumpang Bis Kota rata-rata 70-90% penuh
terisi.

Seandainya kecepatan tempuh Bis (besar) Kota bisa mencapai 60km/ jam
(termasuk waktu berhenti pada Halte Bis Besar) berarti metode ini sudah
berhasil. Jika ingin dipercepat lagi, bisa diterapkan inovas-inovasi
praktis yang lain.

·         Mengingat jumlah angkot yang melebihi kebutuhan penumpang di Kota
‘Sejuta Angkot’ Bogor, sebaiknya jumlah mikrolet tidak usah ditambah lagi,
namun digantikan oleh mini bus/ metro mini yang ditargetkan melayani
penumpang jarak dekat dan memasuki ke tempat-tempat pemukman.

Menurunkan dan menaikkan penumpang, harus pada halte-halte Bis Mini yang
pada tempat-tempat strategis (misalnya  menjelang persimpangan, dekat
pasar, mall, sekolah, tempat ibadah dan dekat tempat-tempat keramaian)
pada tepi kiri jalan raya/ pemukiman yang terpisah dari halte Bis (besar)
Kota. Tujuannya agar  supaya hemat energy (Rem + Gas= Pemborosan) dan hemat
waktu (jika naik/ turun naik/ turun sedikit penumpang tidak pada tempatnya
akan sering berhenti dan menyita waktu penumpang lainnya).

Untuk membantu penumpang, sebaiknya pada setiap halte, ditampilkan display
yang menunjukkan prakiraan kedatangan minibus sesuai trayeknya, serta
jumlah penumpang yang diperkirakan mampu diangkutnya dari halte tersebut)

Jumlah Mini Bis yang dibutuhkan untuk operasional harus diuji coba, dengan
target perhitungan 1 menit = 1 mini bis dengan waktu ngetem = 2 menit /
Mini Bis. (untuk saat sepi, waktu ngetem boleh ditambah. Pada saat Mini Bis
sudah penuh dan tidak menurunkan penumpang, Mini Bis tidak usah berhentu
pada halte yang bersangkutan).

Target penumpang rata-rata= 60%-90% kapasitas Mini Bis.

Karena lebih sering berhenti, tariff mini bis bisa lebih murah dibanding
dengan Bis (besar) Kota.

·         Selain halte-halte Mini Bis yang tersebar di sebelah kiri jalan,
disediakan juga halte untuk bajaj, taxi, dan ojek. Agar menyingkat waktu,
pada setiap bajaj, ojek seperti halnya taxi, disediakan argo meter supaya
setiap penumpang yang terdepan dalam antrian bisa langsung naik kendaraan
langsung menyebutkan tujuannya tanpa perlu menyita waktu untuk negosisasi
harus tawar menawar.

Perhitungan kebutuhan bis kota yang mensubstitusi kendaraan umum yang saya
usulkan saat Diskusi Rakyat DPP Demokrat 2014 adalah 1:100. Pada prakteknya
tentu perlu uji coba dengan pembelian bis kota secara bertahap. Saya
berpendapat jika bis bisa terisi penumpang rata-rata terisi 60% hingga 90%
kapasitas penuh dengan kecepatan rata-rata (termasuk berhenti) minibus = 30
km/ jam dan bis besar = 60km,  maka jumlah bis itu sudah mencapai angka
yang ideal bagi Jakarta. Jika ingin agar kecepatan transportasi
ditingkatkan, bisa diterapkan inovasi kreatif lainnya.

*4.   **Fenomena 2016, Rambu-Rambu Pilkada DKI 2017*

Menjelang Pilkada, berbagai fenomena yang tidak biasa telah terjadi di
Indonesia. Dari isyu penistaan agama, isyu penyadapan telepon pak SBY serta
isyu kasus penyadapan cinta Firza Hussein dengan habib Riziek.

·         Pada awal isyu penistaan ayat Al Quran oleh Ahok (versi editan
Buni Yani ), saya menganggap Ahok memang sudah kelewatan. Saat itu saya
mengirm SMS kepada pak SBY (cc pak Prabowo Subiyanto) bahwa incumbent
arogan memang terbiasa meninggikan diri dengan menghina pihak lain.  Disitu
saya memang adalah salah seorang yang menyampaikan pendapat kepada Ketum
SBY bahwa ucapan “ ..dibohongin Al Maida 51..” adalah penistaan terhadap
ayat suci Al Qur’an. Namun setelah diketahui bahwa Buni Yani telah
menghapus kata ‘orang’  dari kata aslinya “..dibohongin pake Al Maida 51..”
saya sampaikan kepada beliau bahwa tuduhan bahwa Ahok telah menista Al
Qur’an adalah lemah, karena dalam ucapannya di pulau Seribu yang asli
 (sebelum diedit oleh Buni Yani), Ahok tidak pernah menyatakan bahwa Al
Maida pembohong. Saya katakan bahwa gossip baik positif maupun negative,
seperti perlakuan Orba kepada PDIP, membuat yang digosipkan semakin
terkenal. Ini kemudian sempat mendatangkan dukungan bagi Ahok hingga ke
luar negri.

·         Ulah Buni Yani yang dikembangkan menjadi demo isyu Ahok sebagai
penista ayat suci Al Quran. Adapun aksi dipimpin Habib Riziek bersama FPI
dengan orasi-orasi yang justru menyulut kepada aksi-aksi yang menyulut
kebencian dan penistaan terhadap SARA.  Sebagai seorang yang berwawasan
kebangsaan dan kemajemukan, walaupun bukan teman dari Ahok, saya merasa
kurang cocok jika tuduhan penistaan yang disebarkan oleh Buni Yani itu
dibalas dengan penistaan yang diberlakukan terhadap agama dan suku yang
sama dengan Ahok. Dari pengalaman sebagai pejuang partai yang teraniaya
dalam masa Orba, saya memahami serangan sewenang-wenang kepada pihak yang
tidak bersalah justru bisa bersifat kontra produktif.

Adapun sadapan telepon serta gambar-gambar pribadi wa Firza untuk habib
Riziek, saat ini disangkal keras oleh Habib Rizik dan FPI. Namun sementara
Firza  dalam penyidikan polisi, informasi yang saya dapati adalah foto-foto
yang tersebar itu adalah asli bukan hasil editan karena menunjukkan
kesamaan dengan bagian-bagian yang tersembunyi pada diri Firza.

Setelah mempelajari informasi itu, saya mengatakan kepada istri saya bahwa
seandainya Habib Riziek telah berzinah, berarti justru Habib Rizieklah yang
telah menista Al Quran.  Bukan hanya menista, bahkan tindakan zinah adalah
melanggar dalam hukum Islam. Itu berarti, seandainya menghormati dan patuh
pada Al Qur’an, saya kira Habib Riziek yang sudah menikah itu harus siap
untuk didera, dicambuk 100x dan dirazam dengan cara dimasukkan untuk
berdiri di dalam lubang, dikubur dengan tanah sebatas dada hidup-hidup dan
lalu harus dilempari batu-batu besar sampai meninggal dunia.

·      Telah lama saya biasa mengirimkan SMS kepada pak SBY yang
tembusannya saya forward cc pak Prabowo dan rekan-rekan KMP. Menanggapi
isyu penyadapan telepon pak SBY kepada ketua MUI, tanggal 3 Februari 2017,
kembali saya mengirim SMS

*Pak SBY yth*

*cc pak PS*

*Dh,*

*BIN :& KPK miliki wewenang penyadapan.*

*Teknologi pnyadapan jg bisa dlakukan oknum perorangan.*

*Krn BIN nyangkal telah mnyadap, smtr pihak AHOK tidak klarifikasi sumber,
sebainya pak SBY jangan tanggapi komentar2 yg kontra produktif.*

*Sy yakin dg komitmen Demokrat& Gerindra, kekuasaan incumbent Cagub arogan
yg td tahu terimakasih akan segera usai.*

*Salam Demokrat,*

*Mulyadi Dharmadi*



 Sebenarnya, sebagai warga negara yang merdeka, pak SBY berhak untuk
mengusukan pimpinan manapun apa yang menurutnya baik. Dan memang, saya juga
adalah seorang yang sempat menyampaikan kepada pak SBY bahwa kata-kata Ahok
(versi Buni Yani) adalah sebagai bentuk arogansi yang sudah kelewatan.

Sebelum 1979, ketika masih semester 6 Eksakta di SMA Fons Vitae, saya
adalah seorang heboh yang tidak pernah belajar di rumah. Walaupun tidak
selalu medapat nilai 10, saya dan seorang kawan heboh (yang selalu dapat
nilai 10), selalu adu cepat keluar kelas (karena sudah selesai) saat
ulangan. Namun sejak kelas 3 SMA itu, saya selalu belajar bersama dengan
seorang teman saya yang rajin dan pintar. Ia selalu mencari dan memilihkan
soal-soal paling sulit untuk kami kerjakan bersama di rumahnya. Saat itu
kami mempunyai target agar lulus Perintis sehingga diterima di FT ITB atau
UI. Menjelang akhir SMA, saya ditemani ayah, ibu diantar kakak sepupu untuk
menemui kawannya seorang dosen UI dengan permohonan agar nilai saya
diperhatikan sehingga bisa diterima di ITB atau setidak-tidaknya FT UI.
Ketika pamit saya mengucapkan terima kasih, beliau mengatakan tidak usah
terima kasih dulu, toh belum tentu saya diterima.

Selain mengiktui test Perintis (PT Negri), saya juga mengikuti test 5
universitas terbaik swasta. Saya begitu yakin bahwa saya dalam kondisi
begitu prima sehingga menganggap bahwa jawaban saya saat itu adalah benar
semua. Namun kenyataannya, walau saya diterima di 5 universitas swasta pada
gelombang pertama, nama saya tidak tercantum pada daftar lulus pada test
perintis di FTA ITB/ UI/ GM.  Saat itu saya berkesimpulan bahwa saya lulus
bukan karena nilai saya kurang baik, namun justru karena nilai saya saat
itu terlalu baik. Memang pada masa Orba, suku Tionghoa sering mengalami
diskriminasi di lembaga-lembaga negara.  Begitu juga dulu ketika orasi pak
Sri Bintang Pamungkas menjuluki suku Tionghoa sebagai Aseng dan Asing, saya
tidak tersinggung dan menyalami beliau dengan ramah.



·         Pengalaman sebagai pengamat dan pendukung berbagai pemilu didalam
dan luar negri, mengingatkan bahwa berbagai manipulasi  sering dilakukan
dalam prosesnya. Walau sering ditemukan kecurangan dan manipulasi, kita
perlu bersyukur karena kita menggunakan kertas suara yang bisa dilhat
secara fisik. Kenapa,? Karena jika menggunakan digital voting, jika terjadi
kecurangan/ hacking pada softwarenya, karena tidak ada record secara fisik/
kertas, sehingga sulit diidentifikasi. Akan lebih baik lagi jika kertas
suara yang digunakan memiliki nomor seri, sehingga setiap manipulasi kertas
suara akan lebih mudah diidentifikasi.

·      Berdasarkan pengalaman pada Pilkada di Jakarga pada saat-saat yang
lampau, kecurangan dan manipulasi banyak terjadi dengan hadirnya suara
siluman/ joki suara dengan KTP ganda, ataupun DPT melebihi KTP, saksi
palsu, pembongkaran segel kotak suara oleh penyelenggara dan lain-lain.
Selain itu, dikenal juga dengan istilah serangan fajar, money politic serta
janji imbalan bagi yang menunjukan foto kertas suara untuk yang memilih
kontestan tertentu. Walau tidak bisa mencegah kecurangan yang terjadi,
dengan kewaspadaan, kita bisa meminimalisir kecurangan yang mungkn terjadi.
Sementara saat ini hp bisa digunakan untuk membuat foto dan video, saya
sarankan agar segenap kontestan membuat rekaman proses penyelenggara
pilkada ini. Bahkan sebaikanya, setiap pendukung kontestan bukan hanya
merekam/ memotret hasil kubunya  saja supaya jangan ada yang hilang, tetapi
juga harus antisipasi jika terjadi penggelembungan angka dari kubu lain.
Rekaman fisik dan wajah juga bisa bermanfaat untuk mengenali setiap illegal
voters/ multiple voters ataupun mereka yang bermaksud tidak baik untuk
mengacau pilkada itu.

Saya juga menghimbau agar semua warga Jakarta yang berhak menggunakan hak
pilihnya. Ini bukan hanya merupakan hak politik, tetapi juga tanggung jawab
politik dari warga Jakarta. Siapapun yang teman pilih, pilihlah mereka yang
teman-teman percayai akan dan mampu mewujudkan harapan saudara-saudarku
warga Jakarta keseluruhan. Seandainya teman tidak menggunakan hak dan
tanggung jawab politik, maka ada kemungkinan hak suara teman disalah
gunakan bahkan bisa menimbulkan konsekwensi mendatangkan penyesalan bagi
pengelolaan Ibu Kota kita hingga 5 tahun yang akan datang.



*5.   **Strategi Percaturan 3 Kubu Paslon Pilkada*

·      Adapun sebagai pimpinan koalisi pendukung Mas Agus & Mpok Sylvi,
Partai Demokrat sebenarnya suatu kekuatan tersendiri yang berperan sebagai
kekuatan penyeimbang dalam Pilpres 2014 yang berdiri di tengah antara KMP
dan KIH. Dalam perspektif saya, sesuai dengan karakter pak SBY, pemimpin
berwawasan Demokrasi yang sangat toleran, koalisi Demokrat tidak pernah
menunjukkan niat intervensi terhadap Koalisi Pendukung Paslon 2 maupun
Koalisi Pendukung Paslon 3.

·      Koalisi PDI Perjuangan bersama pemerintah yang berkuasa yang
mendukung Ahok dan Jarot. Adapun koalisi ini banyak menggunakan back-up
strategy yang disebut sebagai meminjam kekuatan lawan untuk memukul lawan.
Ini tampak dengan menggunakan seorang mantan tokoh senior Demokrat untuk
melawan Paslon nomor 2.

Dari gelagat yang saya baca, menyadari tidak mungkin bisa menang dalam 1
putaran, kubu Paslon 2 terkesan akan menerapkan strategi 2 langkah.

Pada langkah pertama, dengan bantuan institusi-institusi pemerintah
berkuasa, koalisi pendukung Paslon 2 akan fokus mencecar Koalisi dan
pendukung Paslon 1 dengan tujuan mencegat Paslon 1 agar lebih dulu kalah
dan keluar dan tidak ikut ronde 2. Sementara focus menyingkirkan Paslon 1,
Paslon 2 akanmenghemat energy dengan  membiarkan Paslon 3 untuk bisa terus
maju ke putaran 2.

Pada langkah kedua, berdasarkan metode yang pernah digunakan koalisi PDI
Perjuangan dalam Pilpres 2014, saya menduga koalisi Paslon 2 dengan
dukungan pemerintah beserta institusi dan aparat berkuasa, akan menggunakan
cara apapun untuk habis-habisan melawan Paslon 3.

Berdasarkan pengalaman tahun 2014, seandainya tidak mendapat dukungan dari
koalisi Paslon 1, Paslon Incumbent yang didukung Koalisi PDI Perjuangan,
Pemerintah beserta institusi dan aparat yang berkuasa didukung kekuatan
konglormerasi yang berada di belakang kubu Paslon 2 yang mampu melakukan
segala cara, hampir dapat dipastikan bahwa Paslon nomor 3 tidak akan
berdaya menghadapinya.

Kelompok nomor urut 2 menerapkan strategi 2 langkah.

Dalam putaran pertama koalisi ini menerapkan strategi yang berfokus untuk
menyerang kubu nomor urut 1 supaya Mas Agus dan Mpok Sylvi tidak masuk
putaran kedua. Seandainya berhasil mencegat nomor 1, pada putaran kedua
kubu ini akan focus untuk menyerang habis-habisan kubu nomor urut 3.

·      Sebagai relawan dari Koalisi Merah Putih, pak Prabowo tidaklah asing
bagi saya. Selain mengetahui sejumlah fitnahan jahat terhadap beliau, saya
juga mempelajari perjalan karir serta karakternya, sehingga memahami bahwa
beliau adalah orang yang mampu menanggung kekecewaan akibat perlakuan tidak
adil dari orang-orang yang sebenarnya tidak layak mengkhianatinya.



Koalisi Demokrat tidaklah menyiapkan serangan terhadap Koalisi/ Pemerintah
pendukung Paslon 2, maupun terhadap Koalisi Paslon 3;

Koalisi 2 menyiapkan kekuatan untuk menyerang Koalisi dan Pendukung Paslon
1;

Koalisi  Gerindra menyiapkan pak Bambang, suatu kekuatan yang mampu
menyandera Koalisi dan Pemerintah pendukung Paslon 2. Namun menurut
pengalaman dan pengamatan saya, tanpa bantuan Partai Demokrat sebagai
partai penyeimbang, Koalisi Gerindra hanya akan berusaha bertahan dan  jika
dicurangi, akan sulit untuk membela Paslonnya jika dicurangi.

Apalagi, seperti yang kita pahami bahwa Sistim Pertahanan yang terbaik
adalah dengan Penyerangan.

·      Sebuat survey memperkirakan saat ini posisi dukungan bagi ke 3paslon
berada pada kisaran 25:35:25.

Ini adalah suatu posisi yang nyaris seimbang dan tidak aka nada pemenang
dalam 1 putaran.

Kenyataan keseimbangan survey ini, tetap harus diwaspadai karena manipulasi
bisa saja menyebabkan mengubah hasil menjadi sesuatu yang tidak masuk akal.

Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah:

1.   Apakah incumbent saat ini sudah cukup baik?

2.   Jika sudah cukup baik, untuk apa diganti lagi?

Walaupun tersirat sejumlah indikasi kolusi bersama pengusaha besar, adanya
mal-program serta rencana program yang cenderung akan mengeksploitasi
rakyat serta menimbulkan ekonomi biaya tinggi, saya mengelompokkan
incumbent saat ini sebagai seorang administrator yang melakukan kinerja
cukup baik.

Namun seandainya ada kesempatan suatu program atau tokoh pembaharuan yang
mampu dan dipercaya akan membawa Ibu Kota kepada taraf yang lebih baik,
untuk mencapai sesuatu yang lebih maksimal demi kemajuan Indonesia, kita
perlu melakukan suatu upaya upgrading/ updating demi penyempurnaan dalam
bentuk regenerasi. Tindakan ini juga sering dilakukan oleh Microsoft, Nokia
dan lain-lain  yang dulu sering melakukan upgrading dengan versi-versinya
yang lebih sesuai dengan kemajuan jaman.

Namun dalam hal ini, sebagai Relawan AHY:Dki1, Pejuang PDI, Relawan Koalisi
Merah Putih, seorang Warga Negara yang berwawasan Kebangsaan Indonesia dan
sebagai pengamat dari kabupaten Bogor, saya akan menyerahkan keputusan
kepada pertimbangan logis dan etis dari teman masing-masing.



Teman2,

Sejak awal saya sering mengusulkan kepada pak SBY cc pak Prabowo, agar
terjalin kerja sama dan hubungan baik antara Paslon 1 dan Paslon 3 untuk
mencegah Pilkada ini selesai dalam 1 putaran. Walaupun saya tidak tahu
apakah ada komunikasi antara pak SBY dengan pak Prabowo, dengan mengenal
karakter pak SBY maupun pak Prabowo, saya yakin hubungan mereka adalah
sangat baik.

Namun setelah menyimak teori strategi 2 langkah yang akan dilakukan oleh
Kubu Paslon 2, kembali saya ingin mengusulkan Komitmen 2 langkah yang
sebaiknya diterapkan oleh Kubu Paslon 1 dan Kubu Paslon 3.

Maksud saya begini:

Dalam langkah pertama, tanpa mengabaikan hubungan baik, baik Paslon 1
maupun Paslon 3 akan bersaing sungguh bersama dengan Paslon 2.

Dalam langkah kedua, seandainya salah satu dari Paslon 1 atau Paslon 3
tersingkir dan tidak masuk ke dalam putaran kedua, seandainya disetujui
oleh pak SBY & tim mas Agus dan mpok Sylvi dan juga pak Prabowo dan tim
Anis & Sandi, saya mengusulkan agar calon yang tersingkir akan menyampaikan
dukungan dan menyarankan dukungan supaya suara para pendukung Paslon yang
tersingkir akan diberikan pada Paslon yang masih bertahan Seandainya ini
bisa terlaksana dengan baik, sinergi Koalisi Demokrat dan Koalisi Gerindra,
Insya Allah akan menghasilkan suatu Pilkada Jakarta akan menghasilkan
gubernur yang fenomenal  demi kebaikan Indonesia. Amin.


(teman, maaf saya belum sempat melakukan koreksi, karena 1 jam lagi akan
diselenggarakan debat final Cagub DKI 2017).



Salam Indonesia,

Mulyadi Dharmadi

Anggota Demokrat

Kirim email ke