-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>



https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5221724/ri-tolak-permintaan-as-daratkan-pesawat-militer?tag_from=wp_cb_mostPopular_list



RI Tolak Permintaan AS Daratkan Pesawat Militer

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance

Selasa, 20 Okt 2020 20:55 WIB
40 komentar
SHARE
URL telah disalin
Seperti fungsinya yang super canggih, pesawat-pesawat militer produksi Amerika 
Serikat ini harganya juga super mahal.
Ilustrasi Pesawat Militer AS (Foto: Istimewa/financesonline.)
Jakarta -

Indonesia tahun ini menolak proposal Amerika Serikat (AS) untuk mengizinkan 
pesawat pengawas maritim P-8 Poseidon mendarat dan mengisi bahan bakar. Hal itu 
diungkapkan empat pejabat senior Indonesia yang mengetahui hal tersebut.

Mengutip Reuters, Selasa (20/10/2020), pejabat AS telah melakukan beberapa 
pendekatan 'high level' pada Juli dan Agustus kepada menteri pertahanan dan 
menteri luar negeri sebelum Presiden Joko Widodo (Jokowi) menolak permintaan 
tersebut.

Perwakilan presiden dan menteri pertahanan Indonesia, kantor pers Departemen 
Luar Negeri AS dan kedutaan besar AS di Jakarta tidak memberikan tanggapan. 
Perwakilan Departemen Pertahanan AS dan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno 
Marsudi menolak berkomentar.
Baca juga:
Pesanan 150 Pesawat Boeing Dibatalkan

Para pejabat mengungkap, meningkatnya persaingan AS dan China untuk mendapat 
pengaruh di Asia Tenggara mengejutkan pemerintah Indonesia. Sebab, Indonesia 
memiliki kebijakan luar negeri yang netral sejak lama. Indonesia tak pernah 
mengizinkan militer asing beroperasi.

Sementara, P-8 memainkan peran sentral dalam mengawasi aktivitas militer China 
di Laut China Selatan, yang sebagian besar diklaim oleh Beijing sebagai wilayah 
kedaulatan. Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Brunei memiliki klaim tandingan 
atas perairan kaya sumber daya tersebut, yang dilalui perdagangan senilai US$ 3 
triliun setiap tahun.
Baca juga:
Menhan Prabowo Akan Berkunjung ke Pentagon, Senator AS Mengecam

Dalam laporan itu disebutkan, Indonesia bukan penuntut resmi jalur strategis 
ini, tapi menganggap sebagian Laut China Selatan sebagai milik Indonesia. 
Indonesia secara teratur mengusir kapal penjaga pantai dan nelayan China dari 
daerah yang diklaim Beijing memiliki sejarah.

Indonesia juga memiliki hubungan ekonomi dan investasi yang berkembang dengan 
China. Indonesia tidak ingin memihak dalam konflik dan khawatir dengan 
meningkatnya ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.

"Kami tidak ingin terjebak oleh persaingan ini," kata Retno dalam sebuah 
wawancara di awal September.
(acd/dna)





Kirim email ke