Ada analisa prediksi yang lain? Saya tunggu substansi analisisnya yang
argumentatif.
Salam. Lusi.-

 

SIAP-SIAP, EKONOM RIZAL RAMLI PREDIKSI KRISIS BERAKHIR MEDIO 2022

Oleh Admin - 25 Agustus 2020

https://heraldmakassar.com/2020/08/25/siap-siap-ekonom-rizal-ramli-prediksi-krisis-berakhir-medio-2022/

HERALDMAKASSAR.com – Pandemik virus corona baru (Covid-19) yang melanda
dunia, berimbas kepada krisis perekonomian dalam negeri. Ekonom Rizal
Ramli memprediksi, krisis akan berakhir satu setengah tahun lagi, atau
sekitar pertengaban 2022.

Penyebabnya, kata RR (akronim akrab Rizal Ramli), karena persoalan
krisis ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu cepat oleh Presiden Joko
Widodo.

RR melihat sejumlah sektor yang menjadi tulang punggung pemulihan
ekonomi dalam negeri tidak disupport dengan baik oleh pemerintah.
Sebagai contohnya, sosok yang kerab disapa RR ini menyebutkan program
kredit perbankan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
dialokasikan pemerintah lebih sedikit ketimbang usaha besar.

“Hari ini total kredit perbankan untuk usaha kecil dan menengah kurang
dari 20 persen. Yang 80 persennya ke yang pengusaha besar, padahal
pengusaha besar banyak cara untuk cari modal,” ujar RR dalam acara
virtual Ngopi Bareng RR bersama Gus Aam bertajuk ‘Membangkitkan Ekonomi
Pesantren di Tengah Pandemik, Keniscayaan atau Ilusi?’, Senin (24/8).

Padahal, sambung RR, UMKM bisa mendokrak perekonomian domestik karena
mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan ujungnya meningkatkan konsumsi
masyarakat. Sementara pengusaha besar tidak akan mau meningkatkan
kapasitas produksinya di tengah kondisi corona ini. Justru yang ada
mereka membeli emas, obligasi, dan atau suatu aset untuk mengamankan
uangnya. “Tentu saja yang besar akan cari jalan sendiri. Jual obligasi,
saham, pinjam duit ke luar negeri, mereka tau kok pilihannya. Walaupun
mereka dinina bobokan di sistem perbankan yang ada,” ungkapnya.

Sejalan dengan itu, seharusnya pemerintahan Jokowi juga bisa
meningkatkan ekonomi petani dan pertanian di Indonesia. Namun
sayangnya, kebijakan pemerintah untuk basis ekonomi kerakyatan ini
tidak menyejahterakan, malah justru memberi untung para kartel impor.

Hal itu bisa disaksikan melalui kebijakan harga (pricing policy)
penjualan dan pembelian pupuk yang tidak diatur baik oleh pemerintah,
sebagaimana yang dilakukan oleh Vietnam, Thailand dan bahkan Presiden
Soeharto selama puluhan tahun memimpin.

“Profesor, ahli ekonomi pangan dari Stanford (University, California)
sarankan ke Pak Harto sederhana, pokoknya setiap mau panen tentukan
harga dasar gabah dengan harga pupuk. Rasionya minimal 3 banding 2,
kalau pupuk harganya 200 harga gabah dasarnya 300, supaya petani ada
untungnya setengah,” ungkap RR.

“Nah, hari ini sudah enggak jelas. Harga pupuknya naik karena
subsidinya dicabut. Harga gabahnya jatuh pada saat panen. Jadi mungkin
rasio 1 banding 1, atau bahkan mungkin negatif. Jadi petani yang panen
padi rugi. Ngapain tanam padi, lebih bagus jadi supir ojek aja di
kota,” sambungnya.

Sumber: rmol.co
(HM)

Kirim email ke