Sekolah Akomodasi di Xinjiang Mendapat Sambutan Para Kepala Keluarga Siswa
http://indonesian.cri.cn/20200123/9ec15d29-4d8e-cc15-d74a-151374fdcb6e.html
2020-01-23 11:00:14
Pemerintah Daerah Otonom Uighur Xinjiang Tiongkok baru-baru ini
mengadakan jumpa pers. Penanggung-jawab terkait menyatakan, sekolah
akomodasi Xinjiang Tiongkok dengan efektif mengurangi beban keluarga
siswa dan mendapat dukungan para kepala keluarga siswa berbagai etnis.
Jurubicara kantor penerangan pemerintah Daerah Otonom Uighur Xinjiang
Yilijiang Anayiti mengatakan, Xinjiang sangat luas dan jarak antar desa
dan kota relatif jauh sehingga para siswa amat sulit pergi ke sekolah
dan para kepala keluarga siswa juga merasa keberatan antar dan jemput
anak. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, jauh pada tahun 1980-an,
Xinjiang telah membangun sekitar 400 sekolah dasar dan menengah
akomodasi. Selama beberapa tahun ini, negara telah mengadakan pengaturan
mengenai pembangunan sekolah akomodasi. Biaya penyelenggaraan sekolah
akomodasi semuanya ditanggung oleh pemerintah dan semua siswa di sekolah
akomodasi seperti siswa sekolah lagi semuanya bebas ongkos sekolah dan
ongkos buku, sementara bebas ongkos akomodasi. Para siswa akomodasi dari
daerah pedesaan malah mendapat tunjungan kehidupan yang khusus, siswa SD
1,250 yuan pertahun dan siswa SMA 1,500 yuan per tahun sehingga dengan
efekatif meringankan beban ekonomi keluarga para siswa. Anayiti
mengatakan, sekolah akomodasi bukan hanya ada di Tiongkok. Dilihat dari
sejarah, negara yang paling awal menyelenggarakan sekolah akomodasi
adalah Inggeris. Sekolah Negeri Eaton dan Sekolah Negeri Winchester
adalah sekolah akomodasi yang bersejarah ratusan tahun. Sekolah
akomodasi AS tersebar di seluruh negeri dan terdapat banyak sekolah
serupa di Negara Bagian New Jersey dan Negara Bagian Indiana. Harian New
York Times mengatakan, sekolah akomodasi di Xinjiang memungkinkan para
siswa berpisah dengan keluarganya dan mengalami pelukaan, dan ini
sepenuhnya adalah pemutar-balikan fakta. Anayati bertanya kepada
wartawan New York Times, anak dari daerah mana dan sekolah mana di
Xinjiang terpaksa memisahkan diri dengan keluarga dan mengalami
pelukaan? Kepala keluarga mana yang tidak ingin mengantarkan anaknya ke
sekolah akomodasi?
Kepala sekolah akomodasi Desa Keshipi Kabupaten Hetian Kaidierting Kehar
mengatakan, di Xinjiang diterapkan prinsip anak bersekolah di sekolah
yang dekat dan para siswa yang rumahnya jauh dari sekolah boleh
mengajukan permohonan akomodasi. Sekolah menyediakan akomodasi dan
makanan yang gratis kepada para siswa dari desa. Itu sepenuhnya pilihan
sukarela para siswa dan kepala keluarganya, tiada apa yang disebut
akomodasi paksaan. Ia mengatakan, Harian New York Times menyebut adanya
akomodasi paksaan sementara mengakui pula bahwa banyak keluarga di
daerah jauh terpencil rela mengantarkan anaknya ke sekolah akomodasi,
dan perkataan itu ternyata kontroversial.