??????.....
---Padahal, dalam Surah al-Maidah telah ditegaskan, barang siapa yang memutus 
perkara tidak memakai hukum Allah maka orang itu bisa kafir, zalim dan fasik. 
Sebab sebenarnya, tidak ada hukum yang lebih baik daripada hukum Allah bagi 
orang yang yakin kebenaran risalah Islam. Demi kepentingan politik dan ekonomi, 
anak cucu Adam yang mengaku beragama Islam itu tidak segan-segan mengambil 
teman setia orang Yahudi dan Nasrani, bahkan bersedia mengangkat musuh-musuh 
Allah itu nenjadi penguasa. Mereka seakan tidak sadar, demokrasi yang 
menyamakan agama Islam dengan semua agama, sebenarnya telah memansuhkan hakikat 
kebenaran Allah yang termaktub dalam Alquran. Akibatnya, mereka tidak lagi malu 
apalagi cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di atas kecintaan kepada makhluk. 
Mereka malah bergembira dan bermaksiat dengan sarana dunia yang disediakan oleh 
demokrasi yang menipu.
...
UU Hamidy Budayawan

Sesat Setelah Mendapat Petunjuk


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Sesat Setelah Mendapat Petunjuk - Riaupos.co
 By Riaupos.co Sesat Setelah Mendapat Petunjuk  |   |

  |

  |

 

9 Januari 2017 - 10.48 WIB > Dibaca 88 kali | Komentar
RIAUPOS.CO - Allah Yang Maha Bijaksana telah menciptakan manusia dan segala 
sesuatu dengan kebenaran. Untuk membimbing manusia berjalan menurut kebenaran, 
Allah menurunkan Alquran sebagai pedoman hidup, pembeda yang haq dengan bathil, 
halal-haram serta yang berpahala dengan yang berdosa. Bahkan, untuk 
menyelamatkan manusia, Allah membalas kebajikan dengan 10 kali lipat sampai 
beratus kali dengan tiada batas. Sementara dosa hanya dibalas setimpal dengan 
kejahatan itu. Berniat baik saja sudah berpahala. Nabi Muhammad Saw memberi 
contoh teladan memakai Alquran menjadi pedoman hidup dengan kata dan perbuatan 
kepada para sahabat, sehingga generasi sahabat menjadi generasi umat manusia 
yang terbaik di muka bumi. Mereka terhormat oleh Islam, bahagia dengan hidayah 
Islam, mulia oleh akhlak islami serta cemerlang berpikir oleh cahaya Alquran 
dan as-Sunnah. 

Sungguhpun demikian, manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang tergesa-gesa, 
mudah sekali tergelincir oleh setan sehingga lebih suka memilih hidup dengan 
aturan yang dibuatnya sendiri daripada Syariah Islam dari Allah dan Rasul-Nya. 
Banyak manusia yang pintar mengenal alam semesta tapi tidak tahu kebenaran 
ciptaan Allah pada alam itu. Mereka hanya melihat kenyataan dengan panca 
indera, tidak bisa melihat kebenaran dengan mata hati. Mereka bernafsu untuk 
hidup tetapi tidak mengenal tujuan hidup yang sejati. 

Demikianlah, banyak orang memilih jalan hidup demokrasi karena dengan aturan 
yang dibuat demokrasi dapat disalurkan hawa nafsu yang rendah. Demokrasi 
membuat manusia bergantung kepada manusia, bukan kepada Allah yang menentukan 
hidup dan mati. Demokrasi mengubah tujuan hidup manusia dari beribadah kepada 
Allah kepada hidup mencari jabatan, kekayaan dan kemashuran. Demokrasi hanya 
mencari kesenangan hidup yang palsu, bukan kebahagiaan yang kekal di akhirat. 
Dengan demikian, dari sudut kebenaran Allah, demokrasi itu tidak logis, sebab 
tak mampu membedakan mana yang lebih utama lagi beharga. Karena itu hidup dalam 
alam demokrasi sebenarnya hanyalah hidup dalam keadaan tertipu. Tertipu oleh 
angan-angan yang panjang. 

Lihat manusia yang tertipu oleh angan-angannya. Tidak seorang pun yang mampu 
menahan kehendaknya. Maka rencana dan proyek susul-menyusul tanpa timbangan 
haq-bathil, halam-haram serta dosa-pahala. Manusia yang serakah itu menjadi 
kuman kanker merusak alam. Dia bertumpu kepada teknologi dan uang. Dia 
membayangkan nasibnya akan baik oleh penguasa yang dipilih dengan suara 
terbanyak dalam demokrasi. Dia juga membayangkan keadilan dan kebenaran akan 
tegak dengan peraturan yang dibuat manusia menurut kehendak orang banyak. 
Tetapi kenyataannya, untuk mendapatkan kesenangan dunia yang sedikit itu, 
mereka mendapat bencana dan penderitaan yang semakin besar dan semakin tidak 
kunjung berakhir.

Maka sesatlah umat manusia oleh demokrasi. Meskipun demokrasi membuat aturan 
sekuler (menolak aturan Allah) tetapi perbuatan manusia yang membuat aturan itu 
tetap menghalalkan segala cara. Untuk mendapat kekuasaan, dunia demokrasi 
bermain culas, menyogok dan membohongi rakyat, mengemis kepada pemilik modal 
(kapitalis). Untuk mendapatkan kekayaan, dunia demokrasi memainkan riba, 
monopoli pasar serta membuat berbagai penipuan seperti vaksin palsu. Untuk 
popularitas, mereka membuat permainan dan seni yang mengundang magis, sihir dan 
syirik.  

Tetapi bagaimanapun juga, yang paling merugi ialah umat manusia yang mengaku 
beragama Islam, mendapat petunjuk Alquran beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, 
tetapi dalam kehidupan dunia mengikuti jalan hidup demokrasi, tidak mau hidup 
diatur oleh Syariah Islam yang sempurna. Sewaktu diangkat menjadi pejabat, 
mereka disumpah dengan Alquran, tetapi setelah berkuasa tak mau memakai hukum 
yang diturunkan Allah dalam Alquran. Padahal, dalam Surah al-Maidah telah 
ditegaskan, barang siapa yang memutus perkara tidak memakai hukum Allah maka 
orang itu bisa kafir, zalim dan fasik. Sebab sebenarnya, tidak ada hukum yang 
lebih baik daripada hukum Allah bagi orang yang yakin kebenaran risalah Islam. 
Demi kepentingan politik dan ekonomi, anak cucu Adam yang mengaku beragama 
Islam itu tidak segan-segan mengambil teman setia orang Yahudi dan Nasrani, 
bahkan bersedia mengangkat musuh-musuh Allah itu nenjadi penguasa. Mereka 
seakan tidak sadar, demokrasi yang menyamakan agama Islam dengan semua agama, 
sebenarnya telah memansuhkan hakikat kebenaran Allah yang termaktub dalam 
Alquran. Akibatnya, mereka tidak lagi malu apalagi cinta kepada Allah dan 
Rasul-Nya di atas kecintaan kepada makhluk. Mereka malah bergembira dan 
bermaksiat dengan sarana dunia yang disediakan oleh demokrasi yang menipu.***

Reply via email to