-- j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2093-tepis-keraguan-atas-obat-covid-19 Rabu 19 Agustus 2020, 05:00 WIB Tepis Keraguan atas Obat Covid-19 Administrator | Editorial SELURUH dunia memang sedang adu cepat menemukan obat dan vaksin covid-19. Jelas, kita juga tak boleh ketinggalan. Hal itu tidak hanya soal prestise, tapi yang terpenting juga demi keselamatan bangsa dan kemandirian kesehatan. Semakin cepat obat ataupun vaksin yang teruji hadir, berarti semakin cepat pula pemulihan ekonomi. Pengujian vaksin luar negeri ataupun pengembangan vaksin Merah Putih sama pentingnya. Begitu pula dengan riset penemuan obat covid-19 dari berbagai lembaga yang ada di dalam negeri. Justru, setiap lembaga yang kompeten semestinya merasa terpanggil untuk ikut meriset obat bagi virus korona baru ini. Di sisi lain, urgensi bukan lantas klaim gegabah. Pengujian dan data yang serba tidak jelas harus kita tolak. Sebesar apa pun lembaga yang mengusungnya, klaim remang-remang sama saja pintu petaka. Gegabah obat korona ini harus kita sadari benar karena potensi kerugiannya bisa bertambah. Kita bukan hanya bicara klaim dari perorangan, melainkan juga klaim-klaim yang dibuat oleh universitas ataupun lembaga lainnya. Seluruh klaim perorangan ataupun lembaga harus tunduk pada keputusan otoritas obat di negeri ini, yakni Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dalam konteks itu patut diapresiasi temuan obat covid-19 yang dikembangkan tim Universitas Airlangga (Unair) Surabaya bekerja sama dengan TNI-AD dan Badan Intelijen Negara (BIN). Obat tersebut bukanlah hasil ciptaan sendiri, melainkan hasil kombinasi dari obat-obat yang sudah ada yang selama ini digunakan untuk pasien malaria, HIV, dan penyakit lain. Obat-obatan yang diteliti meliputi azithromycin, hydroxychloroquine, clarithromycin, doxycycline, lopinavir ritonavir, favipiravir, dan kombinasinya. Sejak virus korona dinyatakan menjangkiti Indonesia awal Maret, BIN melakukan tes cepat, berupa rapid test serta swab test di seluruh daerah Indonesia, di antaranya Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya. BIN juga melakukan tracing serta treatment agar pasien positif covid-19 bisa kembali pulih. Langkah selanjutnya ialah menginisiasi pembuatan obat covid-19 dengan menggandeng Unair sebagai peneliti. Penelitian yang dilakukan Unair yang diinisiasi BIN bekerja sama dengan TNI-AD itu akhirnya membuahkan hasil positif dengan telah lolosnya uji klinis tahap III. Penjelasan resmi pihak Unair meyebutkan bahwa uji klinis terhadap manusia dilakukan pada Juli dengan mengikutsertakan sekitar 750 pasien covid-19 yang tersebar di 13 rumah sakit di Pulau Jawa. Pasien covid-19 yang dimasukkan uji klinis itu berstatus sakit ringan, sedang, dan berat, serta bergejala. Ketika pasien-pasien tersebut diberikan tiga macam obat kombinasi dalam rentang waktu satu sampai tiga hari atau satu hingga tujuh hari, tingkat kesembuhan diklaim mencapai 90%. Klaim boleh-boleh saja. Akan tetapi, semua pihak harus tunduk pada uji klinis yang akan dilakukan Badan POM untuk mendapatkan izin edar. Demi keselamatan bangsa, negara harus memberikan dukungan penuh kepada Badan POM untuk melakukan tugas dengan independen. Adanya tekanan yang memengaruhi kerja Badan POM harus ditindak selayaknya musuh bersama. Elok nian bila Badan POM dalam menjalankan tugas, selain independen, juga terbuka kepada publik. Keterbukaan itu sangat penting untuk menepis keraguan yang menyertai penemuan obat covid-19 oleh tiga lembaga tersebut. Sumber: https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2093-tepis-keraguan-atas-obat-covid-19