-- 
j.gedearka <j.gedea...@upcmail.nl>


https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2081-tidak-perlu-takut-resesi



Kamis 06 Agustus 2020, 05:00 WIB 

Tidak Perlu Takut Resesi 

Administrator | Editorial 

  SEPERTI yang sudah diperkirakan sebelumnya, perekonomian Indonesia akhirnya 
menyusut pada triwulan II tahun ini. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat 
penciutan produk domestik bruto (PDB) sebesar 5,32% ketimbang periode triwulan 
II 2019. Bila dibandingkan dengan triwulan I lalu, ekonomi menyusut 4,19%. 
Negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara sebagian besar bahkan sudah 
mencatatkan pertumbuhan negatif lebih awal, yakni di triwulan I tahun ini. 
Tekanan dampak pandemi covid-19 diperkirakan masih mencengkeram kuat hingga 
penyusutan ekonomi berlanjut di triwulan II. Bukan hanya di Asia Tenggara, 
sebagian negara di dunia sudah tenggelam dalam resesi ekonomi dengan mencatat 
penyusutan perekonomian dua triwulan berturut-turut. Indonesia kini pun sudah 
di tepi jurang resesi. Situasi tersebut tidak terhindarkan. Dengan wa bah 
korona yang meluas tanpa memandang status ekonomi, upaya mengatasinya mau tidak 
mau menghambat seluruh aktivitas masyarakat. Kegiatan ekonomi tidak terkecuali. 
Otoritas di tiap negara tiada hentinya dihadapkan pada pilihan sulit, 
menyelamatkan ekonomi atau menyelamatkan jiwa dari covid-19. Beberapa negara 
memilih langkah drastis, menerapkan lockdown setiap kali penularan covid-19 
melonjak. Jelas, dengan cara itu, perekonomian akan semakin terpukul. Resesi 
bagi mereka ialah lumrah, sebuah konsekuensi yang harus dialami di tengah 
pandemi. Indonesia lebih mengarah pada jalan tengah, berupaya menyeimbangkan 
penyelamatan perekonomian dengan penanganan wabah. Dengan kegiatan ekonomi yang 
masih tersendat-sendat, belanja pemerintah menjadi andalan untuk menggerakkan 
roda perekonomian. Maklum saja bila Presiden Jokowi beberapa kali mengungkapan 
kegusaran melihat lambatnya realisasi anggaran pemerintah. Sampai dengan 
triwulan II, serapan belanja baru 39%. Perlu kerja lebih keras untuk 
merealisasikan belanja pemerintah dengan lebih cepat, terutama yang berupa 
bantuan-bantuan sosial untuk masyarakat berpenghasilan rendah agar ekonomi 
tidak ter puruk lebih dalam. Seiring dengan itu, kegiatan ekonomi yang sem pat 
terhenti mulai digerakkan. Walaupun demikian, jangan sampai ketakutan terhadap 
resesi membuat kebijakan membangkitkan ekonomi menjadi grasa-grusu. Satu yang 
harus menjadi pegangan, penularan covid-19 tidak boleh lepas kendali. Penerapan 
pro tokol kesehatan memakai masker, menjaga ja rak, dan mencuci tangan dengan 
benar, ialah harga mati. Semua kegiatan ekonomi harus bisa menerapkannya 
seiring pengoperasian secara bertahap dan penuh kehati-hatian. Kita bisa 
mengambil contoh penyelenggaraan trans portasi umum. Sejak awal pandemi, 
transportasi umum langsung dikenali sebagai lokasi potensial penularan 
covid-19. Untuk itu, semua upaya pencegahan dikerahkan dan protokol kesehatan 
ditegakkan secara ketat. Hasilnya, hingga kini belum muncul lagi klaster baru 
penularan di angkutan umum. Hal tersebut tidak membuat lantas kita bisa slebor 
mengoperasikan segala moda. Semua tetap harus dilakukan secara hati-hati, 
termasuk antisipasi terhadap peningkatan penumpang angkutan umum. Begitu pun 
semestinya yang dilakukan dalam penyelenggaraan kegiatan ekonomi lainnya. 
Munculnya klaster perkantoran dan pasar membunyikan alarm yang nyaring bahwa 
protokol kesehatan tidak diindahkan di lokasi-lokasi yang bersangkutan. 
Artinya, masih perlu upaya lebih untuk menegakkan disiplin mematuhi protokol. 
Upaya memulihkan perekonomian mesti tetap menjunjung tinggi protokol mencegah 
penularan covid-19. Tak perlu takut resesi ketika pemerintah telah mengerahkan 
segala daya untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, termasuk dari wabah 
mematikan, karena itu amanat konstitusi.  

Sumber: 
https://mediaindonesia.com/editorials/detail_editorials/2081-tidak-perlu-takut-resesi






Kirim email ke