Tinggal di Bedeng, 4 Warga Korban Gusuran Kampung Akuarium Wafat  


  
|  
|   
|   
|   |    |

   |

  |
|  
|   |  
Tinggal di Bedeng, 4 Warga Korban Gusuran Kampung Akuarium Wafat
 Sudah setahun, ratusan warga korban gusuran Kampung Akuarium tinggal di tenda 
dan bedeng. Banyak yang sakit hipe...  |   |

  |

  |

 

JUM'AT, 19 MEI 2017 | 07:27 WIB   
   - 
   - 
   - 
   - 
Seorang anak bermain di tengah pemukiman darurat dan puing-puing bekas 
penggusuran Kampung Akuarium, Jalan Pasar Ikan, Jakarta Utara, 17 Mei 2017. 
TEMPO/IrsyanTEMPO.CO, Jakarta - Sejak tiga pekan lalu ada 4 warga Kampung 
Akuarium, Jalan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara yang menjadi korban 
penggusuran, meninggal dunia karena sakit.

 

“Kami pernah ikut pemeriksaan kesehatan gratis, hasilnya sebagian besar warga 
mengalami hipertensi atau tekanan darah tinggi,” kata Dharmadiyani, warga RT 
012, RW 04, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Kamis 18 Mei 2017.

 

Baca juga:

 

Saefullah Minta Warga Kampung Akuarium Segera Pindah ke Rusun
Kampung Akuarium Akan Dibangun Lagi dengan Tema Pesisir
Anies Baswedan Janji Bangun Kampung Deret di Kampung Akuarium

 

Empat warga yang wafat adalah Anton, 45 tahun menderita hipertensi dan Untung, 
53 tahun mengalami tekanan darah tinggi. Lalu Eka Juanti, 22 tahun akibat 
kekurangan kalium dan  Supina, 49 tahun sakit paru-paru.

 

“Sebelum terjadinya pengusuran pemukiman warga tidak pernah ada kejadian 
begini," ujar perempuan berusia 42 tahun itu.

 

Pada 11 April 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok 
memerintahkan Satpol PP untuk menggusur ratusan rumah warga yang lokasinya 
menjadi satu dengan Pasar Ikan.

 

Belasan eskavator meratakan pemukiman itu yang dikawal ratusan aparat keamanan. 
Padahal banyak warga yang sejak tahun 1950-an tinggal di pemukiman itu. 
Rencananya bekas pemukiman seluas 11.080 meter persegi itu akan dijadikan plaza 
dan alun-alun.

 

Pemerintah daerah menyediakan rumah susun di Marunda (Jakarta Utara) dan Rawa 
Bebek (Jakarta Tumur) untuk ditempati warga korban gusuran.

 

Namun 163 keluarga masih bertahan. Mereka menyingkirkan puing-puing bangunan 
dan mendirikan empat tenda besar dan 132 bedeng darurat untuk tempat tinggal.

 

Warga mendirikan delapan tempat mandi, cuci, dan kakus (MCK) untuk digunakan 
bersama. Sejumlah politisi dari Partai Demokrat dan lainnya memberi bantuan. 
Begitu juga dengan lembaga swadaya masyarakat yang menolak kebijakan 
penggusuran Gubernur Basuki Purnama.

 

Kamis pagi 18 Mei 2017, Tempo mengunjungi pemukiman darurat warga korban 
penggusuran di Kampung Akuarium.

 

"Kalau siang begini orang-orang pada kerja," kata Danang Setiawan, remaja yang 
mendampingi Tempo.

 

Pada April 2017,  kata Dharmadiyani, pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan 
gratis oleh satu lembaga. Hasilnya, sebagian besar warga mengalami hipertensi 
atau tekanan darah tinggi.

 

Ia menunjuk kumpulan anak-anak sedang bermain, mereka mengalami kekurangan 
berat badan. "Pemeriksaan dokter kurang gizi," kata Dharma.

Menurutnya, sebelumnya ada delapan tenda besar yang ditinggali 4 sampai 5 
kepala keluarga di dalamnya. "Saat musim hujan roboh ditiup angin," katanya.

Selesai berkeliling pemukiman, Dharma kemudian meminta Suharti, ibu dari Eka 
Juanti yang meninggal karena kekurangan kalium, menjelaskan penyebab kematian 
anaknya. "Ini ibunya Eka," ujar dia.

Suharti menjelaskan bahwa anaknya tidak mempunyai sakit bawaan. Eka meninggal 
pada 2 Mei 2017. Sebelum meninggal sempat dirawat di Rumah Sakit Koja selama 
delapan hari.

 

"Dokter bilang sih kekurangan kalium dan gangguan paru-paru," ujar Suharti.

Dharma kembali menambahkan bahwa pasca pengusuran. Warga rawan mengalami batuk 
dan sesak napas. Liat saja debu yang berterbangan. Di sini juga rawan 
gatal-gatal.

Kirim email ke