RENUNGAN :  Sebuah masyarakat yang mampu mempertahankan kehidupan ialah
masyarakat yang mampu memuaskan kebutuhan-kebutuhannya tanpa mengurangi
prospek generasi-generasi masa depan. 

 
(Lester Brown dari Worldwach Institute)

 

 


UTANG YANG DIBERIKAN OLEH KAUM NEOLIBERAL ADALAH PINTU MASUK BAGI
NEOKOLONIALISME DI NKRI.

 

Jutaan orang telah mulai meraih impian janji-janji palsu Jokowi dalam
pilpres 2014, sekarang mereka ini sudah bersiap untuk membuang mimpi yang
tidak akan pernah menjadi kenyataan itu. Kita perlu mengatasi mimpi palsu
tersebut;  Untuk maksuud itu kita memerlukan proyek yang meyakinkan, yang
berdasarkan pada analisa yang andal,bukti,dan draf yang dapat membenarkan
suatu sejarah Ekonomi Pancasila berdasarkan Pasal 33 UUD 45, suatu ekonomi
yang akan memungkinkan kehidupan yang berumur panjang dalam kehidupan di
NKRI.Tentu saja kita dapat memperkirakan sejauh mana skenario dari kalimat
ini sesuai dengan realitas, oleh karena itu kita harus menganalisis empat
elemen yang memungkinkan kemajuan 

neo-liberalisme-, dan pada saat yang sama menghancurkannya. Empat elemen itu
adalah :

 

 

1.``Fiatgelt``, adalah yang memungkinkan untuk menjawab setiap negara yang
sedang berkembang, seperti NKRI, dimana pertumbuhan ekonominya lemah, dengan
pertolongan kridit  yang sifatnya ``longgar``,  tergantung dari pada jangka
waktu pengembaliannya dan pada tingkat bunga yang telah ditetapkan.
Kebijakan semacam ini telah ditetapkan oleh negara-negara Neoliberal, dengan
menggunakan model yang disebut ``pemompaan`` terhadap negara berkembang,
agar supaya bisa hidup dan terus  mendukung  kehidupan yang berkelanjutan
dari negara-negara Neoliberal. Dalam konteks ini negara-negara Neoliberal
telah mempunyai projek untuk mempertahankan kehidupannya.   Projek itu
dinamaman ``Pemompaan`` (kridit – memberian utang) , untuk menjamin
kehidupan negara-negara yang sedang berkembang yang pertumbuhan ekonominya
lemah, seperti Indonesia, yang akan  terus dipompa (diberi Utang) , yaitu
utang luar negeri dalam bebtuk kridit ``longgar`` agar supaya bisa hidup.
Karena kehidupan negara-negara yang dipompa itu (yang diberi utang itu),
katakanlah Indonesia,  ia akan dapat terus merupakan pemasok surplus ekonomi
yang setia kepada pihak investor asing, yaitu negara-negara neoliberal, atau
secara singkat dapat dikatakan bahwa Indonesia merupakan sandaran kehidupan
bagi negara-negara neoliberalisme, seperti misalnya: AS. Jerman, Tiongkok,
Jepang dll.

 

Dalam konteks utang luar negeri  ada sedikit pelajaran yang perlu kita
renungkan, yang berkaitan dengan apa yang disebut  FIATGELD, yang telah
mengantar kematian negara Texas. Dalam waktu dekat menjelang tahun
1837didirikanlah suatu negara Republik Texas, yang mempunyai simpanan awal
Uang di  Bank. Dalam mosium di Texsas masih terdapat beberapa lembar uang
kertas Texas itu. Pada saat itu Negara baru itu belum mempunyai cadangan
Emas sebagai jaminan bagi uwangnya yang di Bank, namun demikian dijamin
bahwa negara baru itu bisa mendapatkan bunga setiap tahunnya 10%. Dalam
waktu 2 tahun berjalan, nilai tukar 1 dolar Texas sama dengan 4 cend dolar
AS. Lima tahun setelah berdirinya negara Texas, simpanan uang di Bank menjdi
tidak nyaman, negara Texas melarang warganya untuk membayar pajak. Tidak
lama kemudian mulailah  warganya dianjurkan untuk mengabungkan diri pada
Amerika Serikat. Tidak lama kemudian pada tahun 1845, sebagian dari nilai
dolar Texas bisa kembali nilainya.  Tapi setelah 5 tahun berlalu yaitu pada
tahun 1850 pemerintah AS mendeklarasikan atau mengumumkan bahwa utang Texas
sudah pada posisi sangat tinggi yaitu 10 Million Dolar AS(10 juta Dollar
AS). Penomena Dolar Texas inilah yang kemuduian dijadikan sebagai suatu
pelajaran yang perlu kita cermati, yaitu problim tentang ``Fiatgeld`` , yang
dimaksud disini adalah valuta yang tidak didasari oleh cadangan Emas.
Perkataan Fiat berasal dari bahasa Latin, yang dalam konteks ini diartikan
sebagai Sinar terang >>Fiat Lux<< yaitu Uang sebagai sinar terang, yang
disamakan dengan Tuhan (uang ada diatas segala-galanya).  Uang Texas itu
tidak mempunyai kekuatan, karena Texas hanya mempunyai lahan tanah, sapi dan
perusahaan; semuanya itu tidak diakui sebagai tanggungan utang yang
jumlahnya berjuta-juta Dolar AS. Jadi Uang kertas Texas kehilangan nilainya,
dampaknya adalah  Negara Texas lenyap ditelan AS.    Pada bulan Agustus 1971
pemerintah AS memutuskan untuk mengulangi kembali penomena  dolar Texas,
tapi   saat sekarang ini seluruh dunia akan dijadikan sebagai
laboratoriumnya. Presiden Richard Nixon secara sepihak membuat suatu
peraturan bahwa sememua mata uang harus di dasarkan pada Dollar AS, yang
didukung oleh cadangan  emas. Pada saat itulah semua nilai mata unang secara
global telah mengikuti nilai uang yang bersandar pada Fiatgeld.

 

2.Finansialisasi.


 

Bila terjadi stagnasi pendapatan (APBN), maka kaum buruh di negara-negara
yang sedang berkembang dibayar dengan utang luarnegeri. Bisa dipercaya bahwa
Penomena ini juga terjadi di NKRI. Finansialisasi dalam konteks ini
diartikan sebagai ``penghalang``, namun demikian finansialisasi adalah
merupakan unsur utama dari proyek  neoliberal, oleh karena itu kita perlu
mengetahuinya.

Dalam konteks ini Neoliberal selalu menekan upah buruh, dan merusak
jaringan sosial di kota-kota industri, itu adalah merupakan awal untuk
mempersiapkan pembangunan pabrik-pabrik denagn cara menyita lahan-lahan
tanah pertanian rakyat. Penomena penyiataan tanah-tanah milik petani yang
terjadi di Indonesia adalah dampak langsung dari kebijakan neoliberal.

Dalam dekade pertama ini dengan mudah mereka melakukan kejahatan,
pengangguran, mengabaikan AMDAL, dll; yang merugikan rakyat banyak.
Kejahatan seperti itu juga terjadi Indonesia, misalnya yang aktuil sekarang
ini adalah Penomena Gunung Kendeng, dimana para petani Rembang dan
sekitarnya telah kehilangan tanah garapannya sebagai sandaran utama
kehidupannya.

Para Ekonom di Post Kapitalisme, menggunakan istilah finansialisasi tersebut
untuk menggambarkan adanya empat perubahan yang dimulai pada tahun delapan
puluhan, yaitu:

Pengusaha harus menguras bank secara aktif dalam soal keuangan, untuk
membiayai ekspansi mereka dengan cara: Mencari sumber-sumber pendapatan
baru, Bank berpaling ke konsumen dalam menghadapi beberapa risiko dalam
kegiatan yang kompleks, yang di disebut Investmembanking. Konsumen yang
terlibat langsung dalam pasar keuangan, misalnya dalam bentuk:  Kartu
kredit, rekening koran, hipotek, pinjaman (kridit) kepada mahasiswa,  kredit
mobil, kridit rumah, dan barang –barang untuk kehidupan sehari-hari.
Sebagian dari pertumbuhan ekonomi tidak akan memadai untuk kebutuhan hidup,
karena barang-barang jasa yang disediakan, harus dibayar dengan pendapatan
mereka yang tidak memadai. Keuntungan yang didapat oleh pengusaha dengan
cara meminjam uang dari para pekerja untuk barang dan jasa, misalnya kartu
makan di pabrik, yang dibayar mingguan atau bulanan, kartu abonemen kereta
yang di bayar bulanan atau tahunan, dsb.

Semua transaksi keuangan yang normal, sekarang ini dirubah menjadi sistem
transaksi keuangan yang lebih kompleks, misalnya: Layanan telpun, layanan
listrik, air, semuanya  dikemas dalam suatu instrumen keuangan, untuk
menjamin keuntungan pengusaha.

 

Indonesia adalah negara yang haus pemompakan (baca : haus utang), dan siap
menyediakan buruh murah bangsa Indonesia, oleh karena itulah maka Indonesia
telah dijadikan ladang subur bagi negara-negara neolibelal dalam konteks
untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam konteks ini Para politiker
neoliberal  mengklaim untuk meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas,
tapi dilihat dari kenytaannya, termasuk ongkos produksi dan buruh murah,
semuanya itu telah menyebabkan ketidak nyamanan kerja dan kesejahteraan
hidup.

Jadi biar bagaimanapun kehidupan neoliberal akan terancam oleh situasai yang
menyebabkan ketidak nyaman hidup, yang akan memicu terjadinya kesejangan
ekonomi, yang cepat atau lambat akan membentuk  polarisasi sosial, dengan
berbagai macam bentuknya seperi  eklusivisme, parokalisme, antagonosme dan
ketidak selarasan sosial, yang kemudian akan mempengaruhi  kadar kohesi
nasional.

Upah buruh murah akan memungkinkan dapat mendorong kemajuan neoliberalisme,
tetapi pada saat yang bersamaan akan mengantar kearah kehancurannya.

 

3.Ketidak adanya keseimbangan gelobal.

 

Adalah sesuatu yang tak terelakkan bahwa dalam  system Neoliberalisme disitu
tidak ada keseimbangan gelobal dalam hal perdagngan, tabungan dan
investasai. Ini tercermin dalam suatu penomena di negara-negara yang
perusahaannya hancur, sebagian besar mereka telah memindahkan (relokasi)
industri mereka untuk memanfaatkan buruh murah di negara-negara yang sedang
berkembang, dan meningkatkan konsumsi kredit, ini mau atau tidak mau akan
menyebabkan defisit eksternal berkembang, karena utang  yang tinggi akan
menyebabkan terjadinya ketidak stabilan peningkatan sektor keuangan. Guru
neoliberalisme menuntut dunia untuk mengambil sistem Anglo-Saxon (Model
Anglo-Saxon yang didominasi oleh individualisme, preferensi yang kuat untuk
keuntungan jangka pendek, atau provit), dan berharap memdapatkan kebenaran,
namun sebagian negara-negara kunci tidak akan melakukannya. Ini berarti
bahwa kita harus dari awal memahami bahwa neoliberalisme tidak bisa hidup,
karena beberapa negara kunci tidak mau melakukan sistem Anglo-Saxon itu.
Misalnya Jerman,Tiongkok dan Jepang mengoperasikan Neomerkantilime*. Mereka
memanipulasi posisi perdagangannya, investasinya dan mata uang mereka, untuk
mengumpulkan cadangan mata uang asing sebesar-besarnya.  Ini tercermin dalam
projek neoliberalisme dalam bentuk :Trans-Atlantik Free Trade Agreement
(TTIP) dan CETA ( Comprehensive Economi and Trade Agreement) yaitu Canada –
EU Trade. Negara-negara surplus ini sebelumnya dianggap sebagai negara yang
ekonominya terbelakang, tetapi setelah krisis, mereka adalah merupakan
negara yang ekonominya stabil. Bahwa Jerman dapat mendikte Yunani, adalah
kondisi yang memalukan.. Ukuran yang paling penting dari ketidakseimbangan
global adalah rekening koran (giro) , yaitu perbedaan antara impor barang
dan ekspor, jasa dan investasi. Ketidakseimbangan transaksi global berjalan
dan tumbuh terus di tahun sembilan puluhan, tetapi setelah pergantian
milenium itu meledak: Antara tahun 2000 dan 2006 naik dari satu sampai tiga
persen dari GDP** global.  Defisit tertinggi menumpuk ke Amerika Serikat dan
sebagian besar Eropa, adapun China, Jerman, Jepang , dan sisanya yaitu
negara surplus Asia dan negara mengekspor minyak terkena dampaknya.

 

(**Arti GDB sebagai indikator kemakmuran ekonomi.  : Gross Domestic Product
(GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran
utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP
mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara
geografis).

 

Mengapa  begitu buruk? Karena ketidakseimbangan  mudah membakar terjadinya
ledakan, seperti yang tercermin pada tahun 2008,yang  berkelanjutan,
sehingga membebani sistem keuangan Amerika Serikat, Inggris dan Eropa dengan
utang yang berkelanjutan. Mereka memaksa negara-negara seperti Yunani yang
tidak mampu membebaskan diri dengan ekspor yang lebih tinggi, yang
menyebabkan terjadinya  krisis  Austerritäts spirale yang mematikan; yang
dimaksud dengan Austeritäts (austerity)  adalah projekt penghematan dari
neoliberalisme yang berarati bahwa :  Pengusaha neoliberal yang mempunyai
jutaan keuangan, secara terbuka tanpa malu-malu megatakan bahwa memberikan
hak-hak pada pekerja dan upah yang layak bagi penghidupan, itu brarti akan
menghidupkan kembali kapitalisme di jalan yang lurus, oleh karena itu harus
dicegah. Demikianlah projet Austerität Neoliberalisme.  Bisa dipercaya bahwa
projek Austerität ini juga diberlakukan di Indonesia.

 

Jadi kesimpulan saya adalah : Neoliberalalisme telah mendorong dunia untuk
kembali ke zamannya yang serupa dengan periode``Social Darwinism`` yang
terjadi pada gelombang ke II dari evolusi kebudayaan manusia. Seperti yang
sudah saya utarakan dalam tulisan saya yang terdahulu yang temanya
Kecerdasan Buatan.

 

 Catatan* : Teori merkantilisme* mengatakan bahwa kesejahteraan nasional itu
akan didapatkan melalui perdagangan luar negeri dan bahwa kekayaan nasional
itu dapat diperbanyak dengan adanya tambang-tambang seperti: emas, dan Perak
dll.  Teori semacam itu telah dibantah oleh bapak ekonomi Kapitalis Adam
Smith. Bagai Adam Smith; Kerja manusia adalah merupakan dasar dari  adanya
produkasi, sedangkan kekayaan alam seperti pertambangan ( emas perak,
batubara dll) adalah merupakan sumber dari adanya kesejahteraan nasional.
Kekayaan dari suatu Nasion adalah tergantung dari prosentasi banyaknya
penduduk yang berpendidikan, dan mempunyai kemampuan untuk ikut berproduksi..
Kemampuan kerja adalah sebagai dasar dari berkembangnya Produksi,
demikianlah menurut Smith dan juga Petty.

 

4.Teknologi informasi :

 

Dengan segala kemungkinan apapun, namun demikian dalam keadaan tertentu
dimasa depan tidak akan cukup memadahi untuk memperbanyak pertumbuhan yang
berberkelanjutan. Usaha positif yang kita hadapi dari semua perkembangan ini
bisa membahayakan karena revolusi teknologi yang dibawa oleh neoliberalisme
ke depan, di bawah krisis ekonomi yang tak terbendung, akan mengancam
terjadinya pelanggaran kenyamanan lingkungan hidup (AMDAL), pelanggaran HAM,
merusak ekosistem dunia, dan mencelakaan orang banyak.


Sichcksal Neoloberakisme tergantung apakah empat faktor tersebut diatas akan
dapat belangsung berkelanjutan atau tidak; Dan Schicksal dari kapitalisme
menggantung pada apa yang akan terjadi jika mereka kehilangan efeknya.

 

Menurut pengamatan saya, kebijakan ekonomi rezim Jokowi-JK , yang
menjalankan sistem ekonomi neoliberal, akan selalu menjamin  4 unsur yang
diperlukan oleh negara-negara Neoliberal, dengan caca apa saya, dan yang
terutama yaitu menutup kemungkinan berlakuknya Demokrasi ekonomi, yaitu
ekonomi Pancasila yang berdasarkan pada Pasal 33 UUD 45, agar supaya dapat
menyelamatkan sistem ekonomi Neoliberal.

(Data-data yang ada dalam tulisan ini diambil dari Buku yang berjudul : POST
KAPITALISMUS GRUNDRISSE EINER KOMMENDEN ÖKONOMI SURKAMP. Oleh PAUL MASON)

 

Demikianlah sepintas lalu pengenalan tentang ideologi Neoliberalisme, yang
bisa disebut juga Paham Neoliberalisme, yang harus kita lawan!!!

 

Roeslan.

 

 

 

Kirim email ke