"Gunung itu kayak perempuan" - Gunung AgungBukan Gunung Api Biasa, PVMBG Beberkan Kondisi yang Selama Ini Masih TandaTanya Selasa, 24 Oktober 2017 10:13 WIB TRIBUN-BALI.COM, SEMARAPURA - Puncak GunungAgung masih mengeluarkan asap berwarna putih. Bahkan pada Senin (23/10/2017) asap yangkeluar dari kawah Gunung Agung tampak membumbung lebih tinggi dan lebih tebaldaripada sebelumnya. Berdasarkan pantauan visual PMVBG, tinggikepulan asap putih kemarin mencapai 200-500 meter Kepala Sub-Bidang Mitigasi PemantauanGunungapi Wilayah Timur PVMBG, Devy Kamil Syahbana menjelaskan, fenomena asaptebal berwarna putih dari kawah Gunung Agung mengindikasikan bahwa magmayang bergerak menuju permukaan dan uap magma terus mengalirkan panasnya kepermukaan puncak kawah. "Aktivitas vulkanik belum kembalipulih. Tekanan di dalam tubuh gunung masih banyak dan belum dilepaskansepenuhnya. Masih ada magma di tubuh Gunung Agung dan itu belum keluar.Magma itu tidak akan hilang begitu saja," jelas Devy ketika dihubungi,Senin (22/10/2017). Ia menekankan kembali, hal tersebutmengindikasiksn masih ada magma yang berada di tubuh Gunung Agung saat ini, danposisinya sudah lebih dangkal dari sebelumnya. Berikut ini penjelasan panjang-lebar Devykemarin kepada media terkait kondisi Gunung Agung, dalam format pertanyaan yangkemudian dijawabnya. Kenapa sih asap kawah yang keluarmasih tinggi, kan gempanya udah turun? (1) Meskipun gempa menurun, kita tidakboleh lupa bahwa puluhan ribu gempa yang terjadi sebulan terakhir inimengindikasikan adanya magma yang bergerak menuju permukaan. Magmanya masih adadi bawah kawah Gunung Agung, dia nggak hilang. Estimasi kita kemarin, sudah nangkring18,5 juta meter kubik magma di bawah Gunung Agung. Nangkringnya magma di perut gunungterekam oleh peralatan deformasi kita, yang menunjukkan adanya uplift (posisinaik magma) di area puncak hingga 6 cm. Jadi meskipun jumlah gempa saat ini samaseperti saat masih status Waspada dulu, tetapi kala itu gunungnya belum gendut. Sekarang Gunung Agung sudahgemukan atau alami penggelembungan. Beda kondisi kan? (2) Uap magma masih terus mengalirkanpanasnya ke permukaan. Ini hal yang logis, karena ada perbedaan temperaturantara magma dengan sekitarnya. Buoyancy dan arus konveksi adalah hukumfisika yang menjelaskan kenapa asap naiknya ke atas. (3) Aktivitas belum kembali pulih,tekanan di dalam tubuh gunung masih banyak dan belum dilepaskan sepenuhnya. Kenapa gempa sudah sama jumlahnyadengan saat berstatus Waspada dulu, tapi status saat ini masih Awas danbelum diturunkan? (1) Karena status gunung tidak hanyaditentukan satu parameter, misalnya hanya dari parameter jumlah gempa. Kalau hanya itu yang kita lakukan, tidakbutuh orang capek-capek belajar vulkanologi.Cukup tukang catat gempa saja. (2) Karena metode lain seperti visual(tinggi asap, perubahan fitur kawah, dll), seismik (8 metode yang digunakan),deformasi (mendeteksinya dengan GPS, tiltmeter, dan InSAR) maupun metodelainnya seperti penginderaan jauh belum menunjukkan pola yang beriringanmengindikasikan penurunan status. Kalau sudah menurun, pasti PVMBG akanturunkan statusnya. Terus sekarang Gunung Agung ini“maunya” apa sih? Gempa sudah puluhan ribu kali, inflasi sudah, tapi kok nggakmeletus? Saat ini magma masih belum cukup kuatuntuk menembus jalur ke permukaan puncak gunung.Masih ada lapisan penahan di atas (magma)yang masih lebih kuat dari kekuatan magma saat ini. Jadi, magma dan lapisan penutup itusedang berperang, adu kuat. Setidaknya ada tiga kemungkinan per saatini (besok-besok bisa berubah karena gunung suka gitu. Pinginnya gini-gitu, tapi bisa berubahkapan aja. Gunung itu kayak perempuan. Kamu nggak bisa cuma memacari, kamu harusmenikahinya untuk bisa lebih memahaminya): * Kemungkinan 1: Jika masih ada suplaibaru dan cukup banyak, maka magma akan re-energized atau kembali memilikienergi untuk bergerak naik. Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalamwaktu yang lebih dekat dapat terjadi. * Kemungkinan 2: Jika masih ada suplaibaru tapi belum banyak, maka magma akan mengakibatkan gempa namun sedikit demisedikit saja. Jika ini yang terjadi, maka potensi letusan dalam waktu dekatmasih kecil. Namun potensi letusan dalam waktu yang lebih lama dari sekarangmasih ada. * Kemungkinan 3: Jika suplai baru tidakada, maka proses degassing magma (keluarnya gas ke permukaan) akan membuatmagma kehilangan mobilitasnya, dan lama-lama akan mengalami kristalisasi. Danketika itu yang terjadi, ancaman letusan baru bisa dikatakan berkurang. Terus kapan statusnya berubah? Danapa indikatornya? PVMBG setiap saat update data untukdimasukkan ke 3 skenario tersebut di atas. Kita lihat persentasenya, mana yangpaling mungkin. Nah, berdasarkan itulah status danrekomendasi akan dibuat. Kenapa sih radius kawasan rawanbencana Gunung Agung jauh banget, lebih jauh dari gunung-gunung lainnya? Gunung Agung pernah “bersabda” di tahun1963-1964. Salah satu “sabdanya” adalah letusan pembuka Gunung Agung dulumemang letusan kecil. Terus kecilnya itu dibandingkan denganmana? Ya dibandingkan dengan letusanmaksimumnya. Kecilnya letusan Gunung Agung tahun 1963lalu itu berkekuatan VEI III, dimana di letusan awal tingginya (kolom asap)mencapai 6 Km. Itu kecilnya Gunung Agung ya. Kalau Gunung Sinabung, segede-gedenyaletusannya selama ini, maksimum hanya berkekuatan VEI II atau sepersepuluhnyaletusan pembuka Gunung Agung. Gunung Agung ini bukan gunung api biasa,the majestic Agung is not just a volcano. Dengar saja, namanya Agung. Pada 2 hari letusan pembukanya dulu,bayangkan ya, dalam dua hari saja nih, semua sudah keluar: balistik, awanpanas, abu vulkanik, jatuhan piroklastik. Dan masih di letusan pembuka, beberapahari kemudian sudah turun lahar. Balistik terlontar sampai 8 Km, awan panassampai 6 Km, sedangkan abu sudah menyebar lebih luas lagi. Di letusan pembuka saja Sang Agung sudahberhasil merenggut ratusan jiwa. Letusan utamanya sebulan kemudian, nggakusah saya ceritakan lagi. Intinya, kala itu letusan utamanya (paroxisma) ituujung kolom letusannya nggak pernah ada yang bisa lihat, karena sakingtingginya. Jadi mohon dipahami, status danrekomendasi itu bukan sebatas grafik. Sang Agung ini diamati secanggih apapunmasih susah dipahami. Tapi kita jangan sesekali melupakansejarah. Kita pasang status Awas, karena potensiancaman bencana Gunung Agung ini masih ada meskipun belum terlihat, dan kalauboleh pilih, mending jangan pernah lihat di seumur hidup ini.Tolong pahami juga, status danrekomendasi ini menyangkut nyawa manusia. Bagaimana PVMBG melihat mitigasigunung api? Begini, bayangkan gunung itu adalahhewan, ini analogi saja. Pegunungan Cartens, Jayagiri, dansejenisnya adalah hewan jinak seperti empus, gogog, dan lain-lain. Gunung api seperti Agung, Merapi,Sinabung adalah hewan buas seperti singa, ular dan lain-lain. Katakanlah saat krisis seperti sekarang,hewan buas ini sedang lapar. Lalu saya melihat masyarakat harusseperti saya melihat anak saya sendiri supaya saya sayang dengan mereka. Begini, anda coba bayangkan yang sama. Ada hewan buas berada 12,5 Km dari kita. Kita punya kelebihan tahu bahwa hewan itusedang lapar. Lalu pada jarak berapakah anda relamenaruh anak anda atau orang paling anda kasihi, misal ibu anda, dari sangsinga? 10 meter? 3 km? 6 km? 9 km? 12 km? dst. Kita tahu si singa pernah “makan” lebihdari seribu orang. Berapa jarak yang aman untuk orang yanganda sayangi agar aman dari terkaman singa ?Itulah yang ada di kepala saya danteman-teman di PVMBG. Kita itu sayang sekali pada masyarakat. Nggak ada untungnya kok untuk kita distatus Awas. Malah kita lebih capek dan kurang tidur. Sebagian orang dengan entengnya menyebutbahwa PVMBG menaikkan status Awas Gunung Agung itu terlalu cepat. Bagaimana? Coba tanyakan ke mereka, lalu kapan waktuyang tepat untuk menaikkan status menjadi Awas? Apakah ketika kita sudah melihat tremorterus-menerus? Setelah letusan pembuka?Itu sama saja dengan ada anak-anak banyakdekat kandang singa, terus tiba-tiba kandang singa itu terbuka. Kita memang tidak tahu kapan kandangnyaterbuka, kita tidak tahu kapan Gunung Agung ini meletus. Tapi kita tidak mau terlambat, menyuruhanak-anak ini lari ketika kita mulai melihat kandangnya terbuka. Kandang mulai terbuka itu ya tremorterus-menerus. Dulu saat menaikkan ke Awas, saya danteman-teman dihadapkan pada dua pilihan: 1) Naikkan ke Awas sebelum tremor menerusatau setelah itu? Kalau hitung-hitungan kemungkinan kitanya 'benar atau salah',maka kita akan menaikkan status saat tremor menerus, toh kita masih benar,yaitu ngasih tau sebelum singa keluar. Tapi apakah cukup waktunya untuk lari(kalau singanya keluar)? Kalau sudah ada mobil Ferrari di sekitar anak-anakkita untuk membawa mereka kabur cepat sih nggak apa-apa. Tapi disuruh lari sendiri?Berbondong-bondong lagi? Saat kita menyatakan Awas dalam kondisitremor menerus, letusan bisa kapan saja terjadi dari hitungan menit, jam bahkanberminggu-minggu. Kita tentu masih bisa dianggap 'benar'hitungannya, karena sudah memberi warning.Tapi memberi warning saat gunung sudahtremor menerus, apakah itu mitigasi yang baik? Apa sih mitigasi yang baik? Dalam hal Gunung Agung ini, dengankondisi dimana kita belum memahami betul karakter gunung ini, kita saat itudihadapkan dengan dua pilihan: apakah akan menaruh risiko untuk masyarakat ataurisiko untuk PVMBG? Saat itu kita lebih memilih menaruhrisiko itu di pundak kita (PVMBG). Lebih baik salah dalam artian GunungAgung tidak meletus, tapi masyarakat selamat.Daripada salah karena terlambatmemberikan peringatan dini.( *)
[GELORA45] ayo mencintai gunung, karena Indonesia juga dihuni ratusan gunung berapi
ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45] Tue, 24 Oct 2017 06:16:05 -0700