Ikut nimbrung.

Dlm mencari solusi untuk Papua, tidak boleh mengulang kekeliruan spt di 
Aceh.
Selain tetap miskin karena dana otonomi khusus di Aceh dikorupsi oleh 
elitenya, dg pemberlakuan syariah Islam di Aceh, ada berbagai aturan yg 
melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yg dimuat dlm Konstitusi RI /Pasal 28 A 
sampai Pasal 28 J.

Usul RR untuk mengkaji ulang status "otonomi khusus" untuk Papua bisa 
dijadikan bahan pertimbangan.

==> 
https://www.acehtrend.com/2019/09/04/rizal-ramli-aceh-tidak-bisa-jadi-contoh-yang-baik/
<https://www.acehtrend.com/2019/09/04/rizal-ramli-aceh-tidak-bisa-jadi-contoh-yang-baik/>


------------------------------------------------------------------------
Gesendet mit der Telekom Mail App
<https://kommunikationsdienste.t-online.de/redirects/email_app_android_sendmail_footer>



--- Original-Nachricht ---
Von: 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
Betreff: Re: [GELORA45] berita ekonomi
Datum: 05.09.2019, 21:32 Uhr
An: kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]




Idenya RR itu yalah untuk memotong kejahatan perampokan di tengah
perjalanan uang subsidi oleh birokrasi admininstrasi penguasa
pemerintah pusat maupun daerah, untuk menyulut kehidupan perkembangan
ekonomi sesuai keadaan kongkrit di Papua. Harap metode berfikir kaum
cerdik pandai maupun para sarjana sekolah tinggi-tinggi itu janganlah
membayangkan lebih dulu seperti dengan fantasi sebagai pengusaha atau
pedagang sukses di lingkungan masyarakat yang perputaran perekonomian
sudah berjalan normal. Itu merupakan langkah sangat-sangat permulaan.
Ada yang berfantasi bgm kalau terus mengadakan usaha dagang. Tapi kalau
konsumennya tidak ada siapa yang akan beli barang dagangannya?

Untuk menghindarkan penghamburan uang seandainya kalau sampai sudah
juga dikemukakan bgm mencegahnya, yaitu dikirimkan langsung ke
emak-emak. Jangan kepada mereka, yang rasa tanggungjawab kehidupan
kurang punya perhatian atas kesejahteraan keluarga. Dan orang akan
berfikir normal dan jernih kalau perutnya kenyang dan beban kehidupan
teratasi.

Masalah pendiskusian jumlah subsidi bisa disesuaikan dng kebutuhan
kongkrit nanti. Soal penyediaan dana yah hitung saja berapa keuntungan
dan kekayaan Freeport dari hasil pengerukan kekayaan alam tanah tumpah
darah rakyat Papua selama ini.




Am Thu, 5 Sep 2019 14:35:52 +0200
schrieb "kh djie dji...@gmail.com <mailto:dji...@gmail.com> [GELORA45]"
<GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> >:

> Ideenya Rizal Ramli memang bisa langsung kelihatan hasilnya:
> Penduduk hidup lebih makmur, dan ekonomi mungkin bisa jalan (uang bisa
> berputar) ?
> Tetapi butuh dana besar sekali "Penduduk Pap1ua Barat : 915. 361
> (tahun 2017).
> Penduduk Papua
> :3.265.202 ( 2017).
> Total
> 4.2 juta
> Kalau tiap orang diberi 1 juta per bulan, tiap bulan butuh 4.2 juta X
> 1 juta = 4.2 trilyun.
> Berarti setahun = 4.2 trilyun X 12 = 50.4 trilyun.
> Khusus untuk alokasi dana otonomi khusus Provinsi Papua dan Provinsi
> Papua Barat, pemerintah menganggarkan Rp 8,4 triliun (Papua Rp 5,8
> triliun dan Papua Barat Rp 2,5 triliun).
> 
https://republika.co.id/berita/pwj7n3370/jokowi-sediakan-dana-otonomi-khusus-papua-rp-84-triliun
<https://republika.co.id/berita/pwj7n3370/jokowi-sediakan-dana-otonomi-khusus-papua-rp-84-triliun>
>
> Lalu dari anggaran2 mana untuk Papua dan Papua Barat mau dipakai
> menutup kekurangan 50.4 - 8.4 = 42 trilyun ?
> Yang dikatakan RR sebesar 67 trilyun itu dana dari tahun 2001 hingga
> 2017 : Sejak digelontorkan pada 2001 hingga 2017, total dana otsus
> untuk Papua dan Papua Barat sebesar Rp67 triliun.
> https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46289211
<https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46289211>
> Bagaimana kalau penduduk selain dapat uang bulanan juga diajari
> bercocok tanam yang paling mudah dengan tanaman tahan penyakit
> misalnya singkong, dan ternak tahan penyakit, misalnya bebek ?
>
> Pada tanggal Kam, 5 Sep 2019 pukul 13.27 'Lusi D.' lus...@rantar.de
<mailto:lus...@rantar.de>
> [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com <mailto:GELORA45@yahoogroups.com> > 
menulis:
>
> >
> >
> > Berikut sekedar berita tentang perkembangan ekonomi terakhir.
> > Selamat membaca. Lusi.-
> >
> > 1.:
> >
> > Rizal Ramli: Aceh Tidak Bisa Jadi Contoh yang Baik
> >
> > By
> > Muhajir -
> > 04/09/2019
> >
> > ACEHTREND.COM, Jakarta- Pakar Ekonomi Rizal Ramli mengatakan
> > penyelesaian persoalan Papua dan Papua Barat tidak bisa secara
> > simbolik. Otonomi khusus di sana tidak efektif, karena membuka
> > peluang korupsi.
> >
> > Hal ini disampaikan oleh Rizal Ramli dalam acara Indonesa Lawyers
> > Club (ILC) bertema Papua: Mencari Jalan Terbaik di tvOne, Selasa
> > (3/9/2019).
> >
> > Perihal tidak efektifnya pelaksanaan otonomi khusus, Rizal Ramli
> > merujuk kepada Aceh, yang menurutnya tidak bisa menjadi bukti
> > kesuksesan pelaksanaan otonomi khusus. Di Aceh, menurut Rizal Ramli,
> > pelaksanaan otsus tidak sesuai harapan.
> >
> > Sebagai propinsi yang mendapatkan mandat menjalankan otonomi khusus
> > serta mendapatkan uang yang tidak sedikit, Aceh tidak kunjung keluar
> > dari problem klasiknya yaitu kemiskinan. Saat ini Aceh menjadi
> > daerah termiskin di Sumatera. Dengan angka pengangguran tertinggi.
> > Menurut Rizal, dana otsus untuk Aceh dikorupsi oleh elit Aceh.
> >
> > Rizal, pada kesempatan itu mengatakan, bila ingin menyelesaikan
> > persoalan Papua, maka Pemerintah perlu menjadikan negara bagian
> > Alaska, Amerika Serikat, sebagai contoh. Di sana, Pemerintah Alaska
> > memberikan uang tunai setiap bulan untuk warga asli. Meski kemudian
> > warga tersebut tetap bertahan dengan profesi sebagai nelayan, tapi
> > mereka punya uang untuk hidup sejahtera.
> >
> > “Beri warga Papua satu juta per orang setiap bulan. Jadi kalau ada
> > empat orang dalam satu keluarga, beri mereka empat juta. Pemerintah
> > bisa meminta BRI untuk menyediakan ATM buat mereka. Transfer
> > langsung ke warga. Tapi berikan pada mama-mama, sebab jika
> > diberikan pada laki-laki, itu akan habis dibuat untuk mabuk,” ujar
> > Rizal Ramli.
> >
> > Sumber: ILC
> >
> > 2.:
> >
> > Rizal Ramli Ungkap Salah Penanganan Aceh dan Timor Timur, Jangan
> > Ulangi di Papua!
> >
> > By Mahameru Alfaraby |
> > September 4, 2019
> >
> > KedaiPena.Com – Tokoh Nasional Rizal Ramli kembali menegaskan tidak
> > boleh menggunakan pendekatan kekerasan dalam menangani masalah
> > Papua.
> >
> > Ia pun meminta Pemerintahan Jokowi meniru langkah pendahulunya
> > Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang menganggap Papua sebagai
> > saudara.
> >
> > “Saya ini menteri kabinet Gus Dur. Pendekatan Gus Dur beda karena
> > Gus Dur anggap kita semua saudara,” kata Rizal Ramli di Jakarta,
> > ditulis Rabu (4/9/2019).
> >
> > Ia pun mengambil analogi jika dalam satu keluarha, ada seorang anak
> > bilang mau ke luar rumah. Maka ada tiga pilihan, yang pertama
> > ditangani dengan kekerasan atau dipukuli. Kedua mengusir anak
> > tersebut. Dan yang ketiga, adalah instropeksi diri.
> >
> > “Bapak yang benar instropeksi. Mungkin saya kurang adil, kurang
> > sayang. Jadi kita duduk bareng, jangan main gebuk. Sama seperti
> > Papua. Kalau kita main gebuk sama saja membantu kampanye Papua
> > merdeka,” tegas dia.
> >
> > Rizal pun menceritakan awal mula kemerdekaan Timor Leste dari
> > Indonesia yang dimulai dari sekelompok kecil orang. Namun menjadi
> > besar karena Indonesia salah urus konflik.
> >
> > “Xanana (Gusmao, tokoh Fretilin Timor Leste) itu temen deket saya..
> > Saya sempet tanya dulu bagaimana bikin gerakan politik, lalu sayap
> > politik. Ternyata modalnya kurang dari 100 orang,” cerita Menko
> > Ekuin era Presiden Gus Dur ini.
> >
> > Tapi karena aparat Indonesia main kekerasan kepada sipil, maka
> > rakyat Timor Timur, ketika itu, ikut gerakan politik dan bersenjata
> > ini.
> >
> > Demikian juga di Aceh. Informasi yang dihimpun Rizal dari salah satu
> > Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mereka merintis gerakan politik
> > dan sayap militer hanya dengan 60 orang.
> >
> > Sama seperti cerita Timor Leste, karena aparat juga main kekerasan,
> > maka rakyat bergabung dan GAM makin berkuasa. Barulah setelah
> > tsunami pada 2004, barulah tercipta perdamaian di bumi Serambi
> > Mekah.
> >
> > “Gerakan bersenjata harus ditangani dengan sepatutnya. Tapi jangan
> > represif ke sipil di mana saja di Indonesia termasuk Papua. Karena
> > kalau kita represif bantu kampanye gerakan tersebut,” tandas Gus
> > Romli, sapaan Rizal di kalangan Nahdliyin.
> >
> > Laporan: Muhammad Lutfi
> >
> > 3.:
> >
> > Sri Mulyani Akui Ekonomi RI Tidak Mencapai Target, Menkeu Era
> > Soeharto Prediksi Lebih Buruk
> >
> > By Irfan Murpratomo |
> > September 4, 2019
> >
> > Fuad melanjutkan prediksi tersebut bisa lebih buruk, jika melihat
> > dan menghitung dampak yang ditimbulkan dari kerusakan lingkungan
> > khususnya pembakaran hutan yang saat ini marak di Indonesia.
> >
> > “Itupun tanpa mengukur dan mempertimbangkan kerusakan yang
> > ditimbulkan bisa mencapai dua persen dan tiga persen. Kerusakan
> > yang saya maksud adalah kerusakan kehutanan dan lain- lain,” tutur
> > Fuad.
> >
> > Fuad meminta pemerintah sebaiknya tidak membantah dan melakukan
> > pembelaan terkait prediksi tersebut. Menurut Fuad ‘nyungsep’ ekonomi
> > sudah terlihat jelas.
> >
> > “Dari segi penerimiaan pajak termasuk PPN (Pajak Pertambahan
> > Nilai)itu seret. Sehingga daya beli turun, jadi itu tidak usah
> > dibantah lagi oleh pemerintah,” tandas Politikus Partai Gerindra
> > ini.
> >
> > Sri Mulyani Akui Pertumbuhan Ekonomi Tidak Sesuai Target
> >
> > Saat melakukan rapat paripurna di DPR beberapa waktu lalu, menteri
> > Keuangan Sri Mulyani menyebut perekonomian Indonesia kemungkinan
> > hanya tumbuh di kisaran 5,08 persen sampai akhir tahun 2019 ini.
> >
> > Menurut Sri Mulyani proyeksi ini jauh lebih rendah dari outlook
> > semula sebesar 5,2 persen dan asumsi makro Anggaran Pendapatan dan
> > Belanja Negara (APBN) 2019 yang 5,3 persen.
> >
> > “Total semester II, pertumbuhan ekonomi sekitar 5,11 persen, yang
> > kalau dibulatkan satu digit sebesar 5,1 persen atau 5,08 persen itu
> > adalah forecasting (sampai akhir tahun),” ujar Sri Mulyani.
> >
> > Sri Mulyani menjelaskan proyeksi ini berasal dari realisasi
> > pertumbuhan ekonomi semester I 2019 sebesar 5,06 persen. Sementara
> > pada semester II 2019, ekonomi akan tumbuh mencapai 5,11 persen.
> >
> > “Outlook 5,2 persen masih kami taruh di sana, tapi internal kami
> > lihat 5,08 persen,” beber Sri Mulyani.
> >
> > RR Ramal Pertumbuhan Ekonomi Tidak Sesuai Target dan Nyungsep
> >
> > Tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi RI di tahun 2019 ini
> > sedianya sudah diprediksi oleh Begawan Ekonomi Rizal Ramli.
> >
> > RR begitu ia disapa memprediksi ekonomi Indonesia bakal ‘nyungsep’
> > tahun ini. Rizal memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019
> > cuma sebesar 4,5%.
> >
> > “Kami ingin mengatakan bahwa tahun ini ekonomi Indonesia akan makin
> > nyungsep, pertumbuhan ekonominya paling hanya 4,5%,” kata pria yang
> > akrab disapa RR di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, beberapa waktu
> > lalu.
> >
> > RR menambahkan artinya pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan
> > pemerintah 5,2% di tahun ini menurut Rizal tak akan tercapai.
> >
> > “Pemerintah awal tahun mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia
> > bakal 5,2% tapi data terakhir 5,0%. Dugaan kami anjlok terus jadi
> > 4,5%. Kemudian indikator makro menunjukkan kecenderungan makin
> > merosot,” jelas RR.
> >
> > Laporan: Muhammad Hafidh
> >
> > 4:
> >
> > Sri Mulyani, Indonesia Krisis!
> >
> > By Mahameru Alfaraby |
> > September 2, 2019
> >
> > BUKAN Sri Mulyani kalau tak jago berkelit. Perempuan yang dua kali
> > didapuk menjadi Menteri Keuangan (era Presiden SBY dan Jokowi) ini
> > benar-benar ngeyel. Berkali-kali dia menyatakan ekonomi Indonesia
> > aman-aman saja, jauh dari terjangan krisis. Sri juga bolak-balik
> > mengklaim APBN dikelola dengan prudent alias hati-hati. Namun pada
> > saat yang sama, dia terus menumpuk utang berbunga tinggi dalam
> > jumlah superjumbo dengan segala konsekwensi dan risiko yang amat
> > mengerikan.
> >
> > Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan total utang luar negeri (ULN)
> > Indonesia sampai akhir triwulan II 2019 tercatat US$391,8 miliar.
> > Dengan kurs BI hari ini, Senin (2/9) yang Rp14.190, utang tersebut
> > setara dengan Rp5.556 triliun. Angka ini tumbuh 10,1% ( year on
> > year/yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang
> > sama tahun sebelumnya yang 8,1%.
> >
> > Yang membuat tambah miris, utang-utang itu dibuat dengan bunga yang
> > dikerek tinggi-tinggi. Berikut contoh tujuh surat utang bertenor dua
> > tahun yang dia terbitkan. Yaitu, SBR006 (7,95%), ST004 (7,95%),
> > SBR005 (8,15%), ST003 (8,15%), ST002 (8,55%), SBR004 (8,55%), dan
> > SBR003 (8,55%).
> >
> > Padahal bila mengacu pada kurva yield untuk surat utang SBR003-006
> > tenor 2 tahun untuk periode Mei 2018, Sept 2018, Januari 2019 dan
> > April 2019, Sri yang sangat disukai kreditor asing itu menawarkan
> > bunga/kupon 1%-1,9% lebih tinggi. Begitu juga untuk surat utang
> > ST002-004 yang seharusnya besar bunganya mengambang (floating).
> > Bila mengikuti kurva yield Juli 2019 di 6,2% terjadi kelebihan
> > membayar bunga sebesar 1,7% hingga 2,23%.
> >
> > Bahkan jika dibandingkan dengan Vietnam dan Thailand yang rating-nya
> > lebih rendah ketimbang Indonesia, angka kelebihan bunga itu mencapai
> > 3%. Dengan peringkat yang lebih bagus, semestinya bunga utang yang
> > kita bayar lebih rendah daripada Vietnam dan Thailand.
> >
> > “Karena perilakunya yang terus-menerus menyenangkan kreditor walau
> > menyengsarakan rakyat, Sri lebih pas disebut sebagai Menkeu
> > Terbalik, bukan menkeu terbaik,” ujar ekonom senior Rizal Ramli...
> >
> > Rp317,7 triliun lebih mahal
> >
> > RR, begitu mantan anggota tim Panel Ahli Perserikatan Bangsa Bangsa
> > biasa disapa, memaparkan sebagai Menkeu SBY, 2006-2010, Sri
> > menerbitkan bond senilai Rp454,9 triliun. Rinciannya, Fixed Coupon
> > Rp281,8 triliun, Variable Coupon Rp25,6 triliun, Fixed Coupon
> > (Islamic) Rp25,7 triliun, dan Fixed Coupon (non tradable) Rp121,7
> > triliun. Dengan yield kemahalan, beban yang harus ditanggung rakyat
> > akibat ulah perempuan ini mencapai Rp199,7 triliun.
> >
> > Sedangkan di era Jokowi (2016-2019), dia menerbitkan bond senilai
> > Rp790,7 triliun. Masing-masing Fixed Coupon sebesar Rp461 triliun,
> > Zero Coupon Rp49,1 triliun, Zero Coupon (Islamic) Rp22,1 triliun,
> > Fixed Coupon (Islamic) Rp240,9 triliun, Variabel Coupon (non
> > tradeble) Rp10,7 triliun dan Fixed Coupon (non tradeble) sebesar
> > Rp7 triliun. Yield kemahalan ini menambah beban rakyat dari yang
> > semestinya sebesar Rp118 triliun. Total kelebihan bayar bunga utang
> > itu mencapai Rp317,7 triliun.
> >
> > Di tangan Sri yang pejuang neolib sejati, APBN dia susun untuk
> > menyubsidi investor pasar uang. Sementara rakyat yang telah bekerja
> > ekstra keras dipajaki habis-habisan. Sudah begitu pajak yang diperas
> > dari keringat rakyat, diutamakan alokasinya untuk membayar kupon
> > surat utang yang bunganya terlalu tinggi.
> >
> > Data yang ada menunjukkan, hingga Juni 2019 pembayaran bunga utang
> > mencapai Rp127,1 triliun. Angka ini naik 13% ketimbang periode yang
> > sama tahun sebelumnya. Sebaliknya, subsidi untuk keperluan dasar
> > rakyat cuma kebagian Rp50,6 triliun atau turun 17%. Dengan
> > angka-angka seperti ini, Sri telah ibarat demang yang memeras
> > rakyat demi menyenangkan penjajah Belanda yang jadi majikan
> > asingnya.
> >
> > Sikap inlander Sri yang creditors first membuat sebagian besar
> > anggaran APBN tersedot untuk membayar utang. APBN 2019
> > mengalokasikan pembayaran pokok utang sebesar Rp400 triliun.
> > Ditambah dengan pembayaran bunga yang Rp249 triliun, maka total
> > beban utang mencapai Rp649 trilliun. Angka ini sekitar 150%
> > anggaran infrastruktur maupun anggaran pendidikan yang sekitar
> > Rp400-an triliun.
> >
> > Makro-mikro merah
> >
> > Sri juga sering ngeles dengan mengatakan ekonomi kita aman-aman
> > saja. Pada saat yang sama fakta dan data menunjukkan terjadinya
> > deindustrialisasi yang dampak langsungnya adalah pemutusan hubungan
> > kerja.
> >
> > Sejumlah indikator makro dan mikro jelas-jelas menunjukkan ekonomi
> > kita sama sekali tidak aman-aman saja, sebagaimana yang sering
> > diklaim Sri. Defisit Neraca Pembayaran (Current Account
> > Deficit/CAD) hingga triwulan II-2019 menunjukkan angka US$8,4
> > miliar. Jumlah ini naik dibandingkan triwulan pertama yang US$7
> > miliar. Artinya, hanya dalam tempo tiga bulan, CAD membengkak
> > US$1,4 miliar.
> >
> > Indikator merah lainnya, juga terjadi pada neraca perdagangan yang
> > defisit. Pada triwulan pertama 2019, defisitnya tercatat US$1,450
> > miliar. Pada kwartal II, defisit naik menjadi US$1,870 miliar.
> >
> > Kinerja ekspor nonmigas juga melorot seiring perekonomian dunia yang
> > melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang turun. Ekspor
> > nonmigas tercatat US$37,2 miliar, turun dibandingkan triwulan
> > sebelumnya sebesar US$38,2 miliar. Defisit neraca perdagangan migas
> > juga meningkat menjadi US$3,2 miliar. Padahal, pada triwulan
> > sebelumnya defisit itu masih U$ 2,2 miliar.
> >
> > Salah satu parameter sukses-tidaknya Menkeu adalah rasio pajak alias
> > tax ratio. Ternyata, tax ratio juga terus terjun. Pada 2010, rasio
> > pajak tercatat 9,82%. Sampai 2018, angkanya melorot menjadi 8,85%.
> > Kalau dihitung termasuk pendapatan bea cukai dan royalti
> > Migas-tambang, angkanya bergerak dari 14,66% pada 2011 menjadi
> > 11,45% di 2018.
> >
> > Perlambatan penerimaan perpajakan ini membuat Sri uring-uringan.
> > Pasalnya, kontribusi pajak terhadap penerimaan negara mencapai
> > hampir 80%. Sampai akhir Juli 2019, pajak yang masuk Rp810,7
> > triliun atau 45,4% dari target APBN.
> >
> > Terus terjunnya penerimaan pajak inilah yang membuat Sri kalap dan
> > kalang-kabut. Maka, dia pun memajaki pempek palembang, pecel lele,
> > gado-gado, dan UMKM. Padahal, sebelumnya UMKM sudah kena pajak final
> > 0,5% dari omset, tidak peduli usaha rakyat kecil ini menangguk laba
> > atau diterjang rugi.
> >
> > Tetap jumawa
> >
> > Kendati sudah babak-belur dihajar angka-angka rapor yang merah, toh
> > perempuan itu tetap saja berkoar Indonesia masih jauh dari krisis.
> > Tidak tanggung-tanggung, sikap jumawa ini dia sampaikan saat rapat
> > kerja dengan Komisi XI DPR RI, Kamis (29/8). Saat itu Sri menegaskan
> > kendati Indonesia harus waspada, itu tidak berarti bahwa krisis
> > sudah di ambang pintu.
> >
> > Padahal, tiga hari sebelumnya saat menggelar konferensi pers APBN
> > Kita, Senin (26/8/2019), dia mengakui bahwa ekonomi dunia telah
> > melemah dan risikonya bakal makin meningkat. Kondisi ini
> > terkonfirmasi dalam statement atau indikator sesudah eskalasi pada
> > Juli Agustus. Pengakuan Menteri Sri ini adalah kali kedua dalam
> > bulan ini.
> >
> > Menurut dia, perlambatan ekonomi dunia ditandai dengan bertaburnya
> > data ekonomi di berbagai negara terus membuat cemberut. Jerman,
> > Singapura, negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Meksiko,
> > Brasil dalam situasi sulit. Eropa dan China pun mengalami hal sama.
> > Bahkan kawasan Asia, termasuk India, yang jadi lokomotif penghela
> > ekonomi di pasar berkembang juga melemah.
> >
> > Tapi dasar kopeg, babak-belurnya perekonomian dunia justru
> > membuatnya bertepuk dada. Katanya, di tengah perekonomian dunia
> > yang lesu, Indonesia masih bisa tumbuh 5%. Kalau saja dia mau
> > sedikit humble, tentu pernyataan seperti itu tak bakalan keluar
> > dari mulutnya. Terlebih lagi dengan potensi yang ada dan
> > menanggalkan kebijakan ekonomi non neolib, seharusnya Indonesia
> > bisa terbang di 6,5-7%. Setidaknya, begitulah jualan Jokowi waktu
> > maju di ajang Pilpres 2014.
> >
> > Sebelumnya, Rizal Ramli berkali-kali memperingatkan ekonomi kita
> > jauh dari baik-baik saja. Berdasarkan rentetan indikator yang
> > memburuk, dia menyebut Indonesia tengah mengalami the creeping
> > crisis, krisis yang merangkak. Seabrek indikator makro dan mikro
> > yang disorongkannya memang dengan fasih bercerita ekonomi Indonesia
> > terseok-seok, kalau tidak mau disebut amburadul.
> >
> > Tutupnya sejumlah gerai penyandang nama besar, adalah bukti
> > melemahnya kinerja sektor ritel yang diperkirakan masih akan
> > berlanjut. Daya beli dan consumer goods juga masih akan turun.
> > Pukulan telak dialami sektor properti, kecuali untuk beberapa
> > segmen.
> >
> > Indeks Nikkei menyebut sekitar seperempat perusahaan yang melantai
> > di BEI telah berubah jadi zombie company. Keuntungan yang mereka
> > terima tidak cukup untuk membayar utang. Perusahaan ini hanya bisa
> > hidup dengan refinancing terus menerus. Gejala gagal bayar utang
> > alias default juga melanda sejumlah perusahaan besar.
> >
> > Seperti tidak cukup, McKinsey & Company menyebut 25% utang valas
> > jangka panjang swasta kita memiliki rasio penutupan bunga (interest
> > coverage ratio/ICR) kurang dari 1,5 kali. Artinya, perseroan
> > menggunakan mayoritas labanya untuk membayar utang. Jelas rawan.
> >
> > Jadi, Sri, ekonomi kita tidak sedang baik-baik saja. Data dan fakta
> > seperti apalagi yang bisa membuka mata-hatimu?
> >
> > Oleh Edy Mulyadi, wartawan senior
> >
> >
> >



------------------------------------
Posted by: "Lusi D." <lus...@rantar.de <mailto:lus...@rantar.de> >
------------------------------------

Berita dan Tulisan yang disiarkan GELORA45-Group, sekadar untuk diketahui 
dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili 
pendapat dan pendirian GELORA45.

Untuk merubah status pengiriman berita/tulisan, kirim saja email kosong 
kealamat: Hanya saja ingat, status baru berubah setelah bung me-reply email 
konfirmasi dari yahoogroup!
No Mail : gelora45-nom...@yahoogroups.com
<mailto:gelora45-nom...@yahoogroups.com>
Normal : gelora45-nor...@yahoogroups.com
<mailto:gelora45-nor...@yahoogroups.com>
Daily Digest: gelora45-dig...@yahoogroups.com
<mailto:gelora45-dig...@yahoogroups.com> (Diterima dalam SATU email dari 
sekian kumpulan email yg masuk di grup-milis)
------------------------------------

Yahoo Groups Links


(Yahoo! ID required)

<mailto:gelora45-fullfeatu...@yahoogroups.com>



  • [GELORA45] ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
    • Re: [G... kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
      • RE... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
      • Re... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
        • ... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
        • ... 'arif.hars...@t-online.de' arif.hars...@t-online.de [GELORA45]
        • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
          • ... jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
    • RE: [G... 'nesare' nesa...@yahoo.com [GELORA45]
    • [GELOR... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
      • [G... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
        • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
          • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]
            • ... ajeg ajegil...@yahoo.com [GELORA45]
            • ... 'Lusi D.' lus...@rantar.de [GELORA45]

Kirim email ke