----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: Jonathan Goeij 
jonathango...@yahoo.com [GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: 
Yahoogroups <gelora45@yahoogroups.com>Terkirim: Selasa, 15 Mei 2018 02.03.19 
GMT+2Judul: [GELORA45] Dekan dan 3 Dosen Dipecat Karena Sebarkan Paham 
Radikalisme
     



Dekan dan 3 Dosen Dipecat Karena Sebarkan Paham Radikalisme


| 
| 
| 
|  |  |

 |

 |
| 
|  | 
Dekan dan 3 Dosen Dipecat Karena Sebarkan Paham Radikalisme

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyatakan akan 
menindak tegas pemimpin perguruan ...
 |

 |

 |



Oleh: Dhita Seftiawan 14 Mei, 2018 - 19:01

Menristekdikti Mohamad Nasir/DOK HUMAS KEMENRISTEKDIKTI


JAKARTA, (PR).- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir 
menyatakan akan menindak tegas pemimpin perguruan tinggi yang gagal membendung 
atau menyebar radikalisme di kampus. Sanksi bisa sampai pemecatan hingga 
diproses secara hukum. Nasir mengaku sudah memecat seorang dekan dan tiga dosen 
di Institut Teknologi Sepuluh November yang diduga kuat menebar radikalisme.

Ia mengatakan, benih radikalisme di pendidikan tinggi terjadi sejak awal tahun 
1980, saat pemerintah menerapkan Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi 
Kampus (NKK/BKK). Kebijakan tersebut menimbulkan kampus terbebas dari panggung 
politik tetapi mulai disusupi kegiatan yang menebar paham-paham baru yang 
eksklusif.

"Jadi radikalise di kampus tak hadir begitu saja. Sudah lama dan saya minta 
rektor terus memantau. Jika ditemukan indikasi (kegiatan) radikal, segera 
tindak dan lapor ke polisi," ujar Nasir di Hotel Sari Pan, Jakarta, Senin 14 
Mei 2018.

Ia mengaku berempati terhadap kejadian pemboman di Surabaya, dan setiap kampus 
harus menjadi gerbang utama penangkalan radikalisme. "Terorisme tidak ada 
hubungannya dengan agama apapun. Kalau sudah diduga dan terbukti ada dosen dan 
mahasiswa yang melenceng ke arah terorisme, laporkan segera ke kepolisian," 
katanya menegaskan.

Nasir menuturkan, pencegahan radikalisme di kampus bisa dilakukan dengan 
memperketat pengawasan organisasi kegiatan mahasiswa dan pembinaan terhadap 
dosen. Pasalnya, radikalisme di kampus berkembang bukan pada mahasiswa, tetapi 
pada sivitas akademika kampus, seperti dosen dan tenaga kependidikan lainnya.

"Saya besok akan mengumpulkan 82 rektor untuk membahas peningkatan pengawasan 
radikalisme di kampus," ucapnya.

Nasir menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan mengecam aksi 
teroris yang terjadi di berbagai tempat di Surabaya. Ia mengatakan, teror yang 
menimbulkan korban jiwa tersebut merupakan tindakan biadab dan tak bertanggung 
jawab.

Kecaman Forum Rektor

Forum Rektor Indonesia (FRI) mengecam tindakan teror yang terjadi di Mako 
Brimob dan Surabaya. Ketua FRI, Dwia Aries Tina Pulubuhu, menuturkan bahwa 
perguruan tinggi harus selalu mendahulukan kebersamaan dalam berbangsa dan 
bernegara. Warga kampus harus menjadi teladan dalam kehidupan politik, sosial, 
budaya dalam koridor NKRI.

"FRI siap untuk bekerja sama dengan semua pihak yang menginginkan perdamaian, 
ketenangan, dan keselamatan NKRI. Kejadian menyedihkan ini pertanda bahwa 
radikalisme yang biadab ini masih ada di Indonesia," kata Dwia. "Padahal 
perilaku sadis atas dalih apapun sangat merusak hubungan kemanusiaan dan keluar 
dari perilaku bangsa Indonesia yang beradab."

Ia menyatakan, Forum Rektor Indonesia mendorong penuh aparat utuk bertindak 
tegas melawan terorisme.

"Kami meminta semua pemuka agama, tokoh masyarakat, dan pemimpin kampus untuk 
selalu menabur benih dan mengajarkan kebaikan, perdamaian, serta toleransi. 
Ingat Indonesia mempunyai ideologi Pancasila yang baik untuk hubungan dengan 
Tuhan secara vertikal dan hubungan dengan sasama manusia secara horizontal," 
ujar Rektor Universitas Hassanudin Makasar ini.***


    
  • [GELORA45] Dekan dan 3 D... Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com [GELORA45]
    • Fw: [GELORA45] Deka... Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]

Kirim email ke