From: 'K. Prawira' k.praw...@ymail.com [GELORA45] 
Sent: Friday, October 14, 2016 5:18 AM
  

Supaya lebih gamblang, setelah baca/buka tautan ini    
WADUH! Nusron Wahid Hampir Tamp4r Lawan Debatnya Gara Gara Belain Ahok hina Al 
maidah 51, bacalah artikel tercantum  dibawah ini




Wahyu Prabowo feeling cool.
2 hrs
Cup .... Cup .... Cup ....
Jangan mewek doooonk .....
KataKitaLike Page
Yesterday at 8:00pm 
https://mg.mail.yahoo.com/neo/launch?.rand=1s0s6ucjj34ep#8661577806


LUCU, YUSUF MANSIR NANGIS KARENA ‘ULAMA’ DIPELOTOTIN NUSRON


Panasnya ILC semalam membuat Yusuf Mansur ikut gagal paham. Saya pernah dulu 
menegur Yusuf Mansur te...rkait bahasa arab adalah bahasa surga yang 
disampaikannya di ruang publik sehingga membuat kehebohan, karena salah 
menempatkan sesuatu. Sesuatu yang benar belum tentu benar jika disampaikan di 
tempat umum, mengingat kapasitas masing-masing kita berbeda.
Akhir dari kehebohan tersebut, Yusuf Mansur menghubungi saya via WA. Kami 
akhirnya sepakat mengakhiri kehebohan tersebut.
Hari ini kasusnya lain. Yusuf Mansur mengomentari Nusron Wahid dengan sangay 
sedih sambil bercucuran air mata.
“Bismillahirrohmanirohim, kepada adik-adik saya, anak-anak Indonesia, para 
remaja. Jangan ya, jangan ditiru melotot-melotot ke ulama. Jangan, jangan 
ditiru. Sesalah-salahnya ulama itu sebenar-benarnya kita. Jamgan ditiru yang 
suka maki-maki orang, jangan ditiru, yang suka bilang orang bodoh, goblok, 
tolol, jangan ditiru ya nak.”

Gara-gara pernyataan Yusuf Mansur, saya baru sadar bahwa Nusron Wahid memang 
selalu melotot. Namun bukannya saya terenyuh melihat tangis Yusuf Mansur, malah 
tertawa ngakak. Ini mirip seperti temanmu yang mengajak jalan-jalan ke tempat 
wisata menarik, dikiranya mau dibayarin, tapi ternyata malah disuruh bayar 
sendiri. Uasem. Salah paham.
Nah Yusuf Mansur ini sama seperti yang disampaikan Nusron Wahid. Kita ribut itu 
kalau tidak salah paham berarti pahamnya salah. Hahaha

Nusron Wahid ini memang memiliki mata lebar. Berbeda dengan Ahok atau Jokowi 
yang agak sipit. Nusron ini mirip Deddy Corbuzier atau Mario Teguh, matanya 
belo. Jadi senyantai-nyantainya Nusron, tetap akan terlihat lebih melotot 
dibanding melototnya Jokowi atau Ahok.

Maka wajar kalau kemudian Nusron menanggapi santai namun nyelekit.
“Tapi ya memang beginilah saya dilahirkan dengan wajah seperti ini. Kalau 
ngomong kelihatan melotot. Tidak ganteng seperti antum. Ya inilah saya memang 
marah melihat keadaan NKRI yang terganggu dengan pemahaman ayat yang sempit. 
Sebagaimana kyai dan guru-guru saya juga marah. Semoga antum mafhum. Sebagian 
kyai dan guru-gutu saya juga marah Indonesia diganggu seperti ini,” kata Nusron 
Wahid.
Entah apakah Yusut Mansur juga termasuk fakir kuota yang tidak pernah melihat 
Nusron Wahid menyampaikan opini, atau ini memang cara Yusuf Mansur mengalihkan 
materi yang sebenarnya?

Sebab satu Indonesia tau, bahwa ucapan Nusron Wahid sangat-sangat telak 
membantah semua pendapat dan orang-orang yang mengaku ulama, serta mengharamkan 
Ahok menjadi Gubernur karena alasan Almaidah 51. Sangat telak. Tidak ada yang 
bisa menjawab Nusron sebab memang berdasarkan ilmu yang sesuai dan fakta 
sejarah.

Saya jujur ragu Yusuf Mansur baru semalam melihat Nusron Wahid menyampaikan 
sesuatu. Lalu sekarang tujuan Yusuf Mansur apa?

Kalau Yusuf Mansur meminta Nusron untuk tidak arogan, sebenarnya kebalik. 
Nusron bersikap arogan karena memang ulamanya yang bikin muak dan arogan. 
Memgancam polisi dan pengadilan rakyat jika tidak ditindak secara adil, 
maksudnya mungkin sampai Ahok dipenjara. Coba Yusuf Mansur mau mikir, siapa 
yang arogan?

Saya sendiri muak dengan orang yang menyebut dirinya ulama atau ustad. Sangat 
muak. Mereka-mereka yang hilir mudik di televisi itu hampir semuanya memiliki 
tarif profesional selayaknya artis. Jadi sangat sulit disebut ustad apalagi 
ulama dalam arti yang sebenarnya. Coba tanya Yusuf Mansur, berapa tarif minimal 
perjamnya? Apa fasilitas yang perlu disediakan? Coba tanya, saya sedikit tau 
tapi tak mau menyebutnya karena malas nanti dianggap fitnah. Kalau tak mau 
tanya, coba undang Yusuf Mansur ke daerahmu.

Dengan kenyataan “ustad profesional” seperti itu kemudian Yusuf Mansur mau 
bicara soal islam, ulama dan mewek melihat melototnya Nusron Wahid?
Ulama MUI? kalian pikir mereka memikirkan ummat Islam? Coba anda punya produk 
makanan dan minta sertifikat halal sama mereka, kalau tak ada uangnya mana bisa 
mereka halalkan? Lalu yang seperti itu mau disebut ulama yang sesalah-salahnya 
ulama itu sebenar-benarnya kita? Omong kosong.

Kyai-kyai yang saya kenal di pesantren, sampai mufassir Quraish Sihab pun tidak 
pernah mau melabeli dirinya sendiri ulama. Bahkan banyak kyai yang malu 
dipanggil kyai. Mereka lebih nyaman dipanggi abah.
Nah sampai di sini saya berpikir tentang dua hal. Pertama, Yusuf Mansur salah 
paham tentang melototnya Nusron Wahid. Bahwa kemudian argumennya pasti tidak 
bisa dibantah itu soal lain, dan semoga Yusuf Mansur menangis bukan karena 
orang yang mengaku ulama itu ternyata ilmunya cukup cetek. Kedua, label dan 
sebutan ulama saya pikir sudah seharusnya dikoreksi. Agar orang-orang seperti 
Yusuf Mansur ini tidak salah paham dan baper. Mentang-mentang pengurus MUI jadi 
otomatis ulama. Wah ini salah kaprah namanya.

Lagipula MUI ini memang aneh. Mereka berkumpul membetuk LSM dengan nama Majelis 
Ulama Indonesia. Tapi karena nama LSM nya ada kata “ulama” maka mereka tinggal 
pakai daster putih dan sorban supaya kemudian disebut ulama.

Berhubung ini LSM, mungkin sebaiknya penggunaan kata ulama itu dikoreksi dengan 
nama lain. Gus Mus sebelumnya juga kebingungan.
“MUI itu sebenarnya makhluk apa? Enggak pernah dijelaskan. Ujuk-ujuk 
(tiba-tiba) dijadikan lembaga fatwa, aneh sekali. Itu MUI makhluk apa? Instansi 
pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahankah? Tidak jelas, kan? Tapi 
ada anggaran APBN. Ini jadi bingungi (membingungkan).” kata Gus Mus, 30 Maret 
2015.

Nah, agar masyarakat Indonesia paham, serta orang seperti Yusuf Mansur ini 
tidak baper karena ulamanya ‘dipelototi’ Nusro Wahid, saya pikir ini saatnya 
MUI berganti nama. Biarkan satu Indonesia tau bahwa mereka hanyalah LSM dan 
orang di dalamnya bukan otomatis ulama.

Mari jadikan MUI seperti NU atau Nahdatul Ulama, yang hanya menjadi organisasi 
namun tidak otomatis menggelari diri mereka dengan ulama. Tidak sok-soan 
keluarkan fatwa halal haram dan seterusnya.
Jangan sampai kebenaran tentang agama Islam dimonopoli oleh LSM bernama MUI. 
Negara ini berdiri, salah satunya berkat perjuangan NU dan Muhammadiyah. Mereka 
ikuy berkontribusi memerdekakan negara ini. Jika dua ormas terbesar di 
Indonesia ini tidak sok-soan dalam bernegara, apa hak MUI? LSM yang baru 
berdiri setelah Indonesia 30 tahun merdeka.

Begitulah kura-kura.


https://m.facebook.com/story.php…

Kirim email ke