From: 'j.gedearka' j.gedea...@upcmail.nl [GELORA45] 
Sent: Sunday, February 18, 2018 10:50 PM



https://news.detik.com/berita/d-3873269/muncul-skenario-duet-jokowi-prabowo-di-pilpres-2019-bisa-terwujud?_ga=2.150609971.462577397.1518964918-1207507654.1518964918


Minggu 18 Februari 2018, 21:17 WIB
Muncul Skenario Duet Jokowi-Prabowo di Pilpres 2019, Bisa Terwujud?
Danu Damarjati - detikNews

 Survei Poltracking (Foto: Grandyos Zafna.) 
   Jakarta - Joko Widodo dan Prabowo Subianto merupakan lawan politik di 
Pilpres 2014. Namun kini jelang Pilpres 2019, muncul skenario duet Jokowi dan 
Prabowo.

Adalah survei Poltracking Indonesia yang mensimulasikan skenario koalisi ini 
lewat survei yang dirilis di Hotel Sari Pan Pacific, Jl MH Thamrin, Minggu 
(18/2/2018).

Survei nasional bertajuk 'Proyeksi Skenario Peta Koalisi Pilpres 2019' ini 
menggunakan 1.200 responden di 34 provinsi, dilakukan pada 27 Januari sampai 3 
Februari 2018, menggunakan metode stratified multistage random sampling.. 
Margin of error survei ini sebesar kurang lebih 2,83%.

Ada simulasi koalisi poros duet Jokowi-Prabowo versus koalisi poros SBY. 
Koalisi poros Jokowi-Prabowo berisi PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, 
PPP, Partai NasDem, dan Partai Hanura, total kursi 73,40% (411). Koalisi poros 
SBY berisi Partai Demokrat, PAN, dan PKS, total kursi 26,60% (149).

Simulasi model pertama, Jokowi jadi capres dan Prabowo jadi cawapresnya. Mereka 
melawan capres Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan cawapres Gatot Nurmantyo. 
Hasilnya Jokowi-Prabowo menang meraup 50,3% dibanding AHY-Gatot yang meraup 
11,6% suara responden. Yang tidak tahu dan tidak menjawab ada 38,1%.

Model kedua, Jokowi-Prabowo versus Gatot-AHY. Tetap Jokowi-Prabowo menang 
dengan raihan 50,6% melawan Gatot-AHY yang meraih 12,6%. Sisanya tak menjawab.

Di lokasi pemaparan survei, ada politisi PDIP Maruarar (Ara) Sirait, Wakil 
Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, politisi Partai Golkar yang juga Ketua 
DPR Bambang Soesatyo, dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo. Ara 
Sirait menilai bila Jokowi dan Prabowo bergabung menjadi satu, maka itu akan 
jadi bagus untuk politik Indonesia.

"Kalau bersatu saya rasa pemerintahan akan efektif dan efisien. Kalau mereka 
bertarung, memang mereka pantaslah bertarung. Tinggal mereka bertarung berdua 
atau bersatu berdua," kata Ara soal Jokowi dan Prabowo.

Politisi Partai Golkar Bambang Soesatyo menyatakan pertarungan politik yang 
tajam perlu dihindari. Apalagi hanya ada dua kekuatan menonjol, yakni Jokowi 
dan Prabowo. 

"Menurut saya, kalau dua kekuatan ini digabungkan menjadi satu kesatuan, ya 
selesai. Pemilu tanpa gaduh, langsung bisa recovery perbaikan ekonomi dan 
program-program pemerintah," kata politisi yang akrab disapa Bamsoet ini.

Bersatunya Jokowi dan Prabowo bisa bermanfaat bagi negara. Ini bisa mengobati 
persaingan sengit KIH vs KMP yang masih berbekas. Pasangan capres-cawapres yang 
paling ideal setelah Jokowi-JK, menurut Bamsoet, adalah Jokowi-Prabowo.

"Kalau mau menyelamatkan bangsa ini, bergabunglah dengan kekuatan besar ini, 
kekuatan baik yang ada di belakang Praboeo maupun yang ada di belakang Pak 
Jokowi, sehingga smooth. Kenapa enggak?" ajak Bamsoet.

Direktur Poltracking Indonesia Hanta Yuda AR mengatakan tak ada yang mustahil 
dalam politik, termasuk bergabungnya Jokowi dengan Prabowo. Poltracking 
meletakkan simulasi skenario Jokowi plus Prabowo karena ini memang ada peluang 
terwujud. Meski begitu, poros koalisi Prabowo tak harus Prabowo sendiri yang 
maju ke Pilpres, meski bisa saja Prabowo sendiri yang maju.

"Jokowi plus Prabowo harus ada lawannya. Lawannya adalah Partai Demokrat. Harus 
ada tiga partai dalam koalisi Demokrat. Kalau semua partai ke Pak Jokowi, maka 
calon tunggal," kata Hanta memungkasi.


(dnu/imk)









Kirim email ke