----- Pesan yang Diteruskan ----- Dari: Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com 
[GELORA45] <GELORA45@yahoogroups.com>Kepada: Gelora 45 
<GELORA45@yahoogroups.com>; kh djie <dji...@gmail.com>Terkirim: Senin, 2 
Oktober 2017 01.46.11 GMT+2Judul: Re: [GELORA45] Fwd: 
[chinese-indonesian-discussion-group] HTI gigit jari
     


Koran HTI adalah Harian Terbit

2017-10-02 0:05 GMT+02:00 kh djie dji...@gmail.com [GELORA45] 
<GELORA45@yahoogroups.com>:

     


---------- Forwarded message ----------


HTI GIGIT JARI..

Persis seperti apa yang saya ungkapkan dalam tulisan "Jakarta mulai panas, 
pakde Jokowi", demo 299 itu sejatinya adalah demo HTI..

HTI mempunyai kepentingan utama bukan karena masalah kebangkitan PKI, tapi 
karena Perppu pembubaran ormas. Seperti kita tahu, HTI masih menjadi korban 
satu2nya ormas yang dibubarkan karena perppu itu.

Dan HTI ini ormas militan. Kerja mereka adalah demo dan demo.

Demo yang sering mereka lakukan sebenarnya bukan karena mereka perduli tethadap 
situasi lokal maupun internasional, tetapi lebih besifat dagang.

Dengan sering turun ke jalan, mereka mencari nama - dengan diliput media - dan 
dengan nama itu mereka merekrut banyak kader maupun simpatisan. Yang ujungnya 
adalah "dana perjuangan".

Nah, yang menarik bagi saya, ternyata ada di keberhasilan pemerintah - terutama 
aparat kepolisian - dalam meredam aksi demo tersebut.

Cara polisi memang aduhai. Mereka membuktikan profesionalitas dalam mengawal 
aksi massa. Mereka melebur di tengah peserta demo, dan mengawal dari dalam 
dengan pakaian yang sama dengan pendemo.

Begitu juga barisan polisi penghadang. Mereka memakai sorban yang sama dan 
shalat Jumat bersama.

Ada yang lebih menarik, yang tidak terlihat di permukaan.

Para peserta demo yang awalnya diperkirakan berjumlah 30ribu sampai 50ribu, 
tiba2 mundur lebih dari separuhnya. Mereka menarik diri di saat terakhir.

Saya lalu mencoba mencari informasi, kenapa mereka akhirnya mundur dari aksi 
massa itu ?

Dari info yang saya dapat, ternyata kepada peserta demo "diingatkan" bahwa aksi 
299 dinilai akan berpotensi rusuh. Ada potensi "kudeta" yang akan dilancarkan 
dengan menduduki DPR. Dan kudeta ini dilakukan HTI dengan menunggangi 
ormas-ormas yang memang niat awalnya hanya demo tentang kebangkitan PKI.

Mendengar bahwa demo akan ditunggangi HTI untuk melakukan kudeta, banyak ormas 
yang takut. Mereka - para pentolan ormas yang nama namanya sudah dipegang 
polisi - langsung mundur teratur, karena perkara kudeta itu bukan perkara 
biasa. Itu kejahatan luar biasa.

Begitu juga dengan para sponsor. Mereka langsung menarik diri bersamaan, ketika 
diingatkan untuk tidak terlibat dalam aksi demo karena berarti mereka mendukung 
kudeta. Dengan begitu logistik berkurang jauh dan hanya bergantung pada 
logistik dari HTI yang jelas tidak memungkinkan untuk membuat skala demo 
menjadi lebih besar.

Begitu juga media massa diminta untuk tidak meliput demo secara massif. Dengan 
begitu, aksi massa tidak mendapat dukungan luas hanya berupa pemberitaan kecil 
yang tidak menarik.

Disinilah pentingnya perang kontra intelijen.

Permainan pikiran sangat menentukan dalam memperoleh kemenangan. Untuk itu saya 
harus mengangkat secangkir kopi kepada "pasukan senyap" operasi intelijen dari 
gabungan BIN, TNI dan Polri yang bermain tanpa terlihat.

Saya juga harus angkat secangkir kopi untuk Kapolri Tito Karnavian yang mampu 
berfikir 10 langkah ke depan dalam menghadapi potensi rusuh di aksi massa. Dan 
semua itu tentu karena latar belakang beliau yang sangat kuat dalam ilmu 
terorisme.

Pada akhirnya, diperkirakan demo kemarin hanya diikuti 5 sampai 10ribu massa 
saja. Malah mungkin lebih kecil. Mereka tidak bisa mengulang kesuksesan di 411 
dan 212. Polisi sudah belajar banyak bagaimana menghadapinya..

HTI pun gigit jari...

Tidak banyak orasi yang membakar di demo tersebut. Bang Thoyib yang biasanya 
suka membakar2, tidak mau pulang kalau demo belum sukses. Yang ada hanya orasi 
si kwetiaw yang menyamakan Jokowi dengan firaun.

Seharusnya situasi ini bisa dimanfaatkan betul oleh ormas Islam moderat seperti 
NU melalui organ pemudanya Ansor dan Banser.

Ansor dan Banser harus muncul dalam bentuk aksi besar ke jalan, mendukung 
Perppu Ormas. Gerakan massa Ansor dan Banser akan merebut panggung jalanan yang 
selama ini dipakai kelompok fundamental untuk promosi dirinya.

Ansor dan Banser harus menjadi leader dalam mempromosikan "Islam rahmat yang 
cinta NKRI". Dan sudah pasti ketika mereka muncul, para silent majority akan 
terwakili. Tidak boleh ada ormas yang mengatas-namakan agama untuk kepentingan 
politik yang haus kekuasaan..

Ah, jajaran pakde Jokowi masih terlalu tangguh buat kaum radikal sampai saat 
ini.

Meski begitu, saya terus bertanya "sampai kapan ?".  Karena jika polisi 
belajar, merekapun akan belajar untuk menyempurnakan isu dan aksinya.

Sudah saatnya berfikir "mencegah" daripada satu waktu kita harus "mengobati".

Seruput dulu ah...

www.dennysiregar.com


Von meinem iPhone gesendet

--
You received this message because you are subscribed to the Google Groups 
"Chinese Indonesian Discussion Group" group.
To unsubscribe from this group and stop receiving emails from it, send an email 
to chindodiscuss+unsubscribe@goog legroups.com.
To post to this group, send email to chindodisc...@googlegroups.com .
Visit this group at https://groups.google.com/grou p/chindodiscuss.
To view this discussion on the web visit https://groups.google.com/d/ms 
gid/chindodiscuss/B2D6BA0A-8DB 3-46BC-A58C-B68FE52C4EE7%40gma il.com.
For more options, visit https://groups.google.com/d/op tout.



   

    

Kirim email ke