Hehehehe. Sudah lihat datanya belum? Kenapa naik? Apa2 komponennya? Ada yang naik enggak?
Orang Indef sejak rachbini sampai sekarang gak banyak berubah. Coba dikasih jabatan, ane mau lihat apa bisa bikin competitive index itu naik ke level 30? Gak usah tinggi2, 30 saja. Oh ya jaman Soeharto ditingkat berapa ya? Gimana jaman presiden2 sebelumnya seperti Habibie, mega, gus dur? SBY hebat ya dilevel Kalau ane tulis begini: Indonesia’s competitiveness index turun/membaik krn rupiah turun/depresiasi kwartal kedua 2013. Lalu selanjutnya ane tulis begini: rupiah melemah seperlima terhadap US$, bikin eksport Indonesia menarik. Ngerti ndak? Ada komentar? Tempo hari bashing Jokowi katanya rupiah melemah terus. Kalau rupiah melemah utk 2014-2015 bikin Indonesia’s competitiveness naik gimana? Ente suka yg mana? Rupiah melemah atau Indonesia’s competitiveness turun/membaik? Sudah ane tulis berulang2 kali, pengetahuan ekonomi ente itu cetek. Kerjaannya ente itu bashing Jokowi dan Indonesia. Pake’ satu issue lalu bashing orang. Sedangkan gak ngerti issue yang dipakai itu sebetulnya apa. sibuknya hanya bashing saja! tempo hari bashing pake’ rupiah melemah terus. Nah competitiveness membaik/bagus itu karena rupiah melemah/depresiasi. Gimana? Mau lihat competitiveness bagus atau mau lihat rupiah melemah? Ngaco aja dah gak ngerti artinya ilmu ekonomi. Bisanya maen petak umpet saja!!!!! kalau rupiah melemah jelek???!!! Kalau competitiveness naik ketawa dikira bagus????!!! Tapi gak pernah tahu kenapa……kenapa……dan kenapa naik turunnya!!!!!!!!! Dasar otaknya gak nyampe alias goblok. Bisanya hanya bashing…..bashing melulu. http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2015-2016/economies/#indexId=GCI <http://reports.weforum.org/global-competitiveness-report-2015-2016/economies/#indexId=GCI&economy=IDN> &economy=IDN ini datanya. Keterangannya ini: Performance Overview After leapfrogging 16 places in the past two years, Indonesia posts a performance almost unchanged from last year (37th, down three) and remaining uneven across the different categories of the Index. Under new leadership, Southeast Asia’s largest economy still faces major challenges in the basic areas of competitiveness, including infrastructure (62th, down six) and institutions (53rd, down two). Our data suggest that efforts to tackle corruption—a priority for the previous as well as the current administration—are paying off, with Indonesia improving on almost all measures related to bribery and ethics. Another area of concern is public health (96th, up three), with the incidence of communicable diseases and the infant mortality rate among the highest outside sub-Saharan Africa. Lack of labor market efficiency remains the weakest aspect of the country’s performance (115th, down five), the result of persisting rigidities in wage setting and hiring and firing procedures. The macroeconomic situation remains satisfactory (33rd, up one), thanks to a moderate government budget deficit of around 2 percent of GDP, low debt levels, and a high savings rate. The fiscal situation could worsen, though, because depressed energy prices lead to lower proceeds from oil exports. Nesare From: GELORA45@yahoogroups.com [mailto:GELORA45@yahoogroups.com] Sent: Thursday, October 20, 2016 10:06 PM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: [GELORA45] Daya Saing Turun, Indef Beri Rapor Merah Dua Tahun Jokowi Daya Saing Turun, Indef Beri Rapor Merah Dua Tahun Jokowi <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> Daya Saing Turun, Indef Beri Rapor Merah Dua Tahun J... Peringkat Global Competitiveness Index Indonesia melorot dari 34 pada tahun 2014 menjadi 37 pada tahun 2015, dan 41 pada tahun ini. <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> View on www.cnnindonesia.com Preview by Yahoo Daya Saing Turun, Indef Beri Rapor Merah Dua Tahun Jokowi Safyra Primadhyta, CNN Indonesia Kamis, 20/10/2016 11:52 WIB * Sebarkan: * <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> * <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> * <http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20161020115211-78-166735/daya-saing-turun-indef-beri-rapor-merah-dua-tahun-jokowi/> <http://images.cnnindonesia.com/visual/2016/10/14/8b732863-1f1f-42a1-9bcd-3445a8b54dd5_169.jpg?w=650> Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menorehkan rapor merah atas upaya pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memperbaiki daya saing. Menurut Indef, selama dua tahun terakhir, indikator daya saing Indonesia semakin terpuruk. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari). Jakarta, CNN Indonesia -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menorehkan rapor merah atas upaya pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) memperbaiki daya saing. Menurut Indef, selama dua tahun terakhir, indikator daya saing Indonesia semakin terpuruk. "Karena, indikator daya saing memburuk, kami memberikan rapor merah atau C minus," ujar Direktur Eksekutif INDEF Enny Sri Hartati, Kamis (20/10). Hal ini sangat disayangkan, mengingat perbaikan daya saing merupakan salah satu agenda nawacita Jokowi. Lebih lanjut, Eko Listyanto, peneliti Indef bilang, peringkat Global Competitiveness Index Indonesia yang dirilis World Economic Forum melorot dari 34 pada tahun 2014 menjadi 37 pada tahun 2015, dan 41 pada tahun ini. "Di kacamata global, peringkat daya saing Indonesia memburuk," kata Eko di tempat yang sama. Penilaian GCI diambil berdasarkan belasan aspek kunci. Memburuknya peringkat Indonesia utamanya disebabkan oleh aspek institusi, kesehatan, dan pendidikan, inefisiensi pasar, ketersediaan teknologi, kecanggihan bisnis, termasuk inovasi yang belum menunjukkan perbaikan berarti. Sebagai pembanding, India dalam tempo dua tahun berhasil menaikkan peringkat daya saing globalnya dari 55 pada tahun lalu menjadi 39 pada tahun ini. Dalam temuan itu, Indonesia cuma lebih baik dari India dalam aspek penyediaan kebutuhan dasar dan ukuran pasar. Tak hanya itu, paket kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan investasi masih minim implementasi. Akibatnya, kemudahan melakukan bisnis di dalam negeri belum meningkat secara signifikan. Tahun ini, Bank Dunia mencatat, peringkat kemudahan melakukan usaha (ease of doing business) Indonesia masih ada di posisi 109 atau jauh di bawah Malaysia (18), Thailand (49), Vietnam (90), dan Filipina (103). "Padahal, paket kebijakan ekonomi nyaris 80 persen bercerita untuk mendongkrak investasi dan menaikkan kegiatan ekonomi," imbuh Eko. Turunnya daya saing Indonesia juga diperparah dengan peran industri manufaktur yang kian rontok. Sekalipun pertumbuhan ekonomi masih berkisar 5 persen, tapi kontrobusi sektor industri pengolahan/manufaktur bagi pertumbuhan ekonomi semakin mengalami penurunan. "Posisi saat ini, kontribusi industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi tinggal 20 persen padahal di tahun 2001 nyaris 30 persen-an," terang dia. Implementasi hilirisasi industri juga masih minim, sehingga ketergantungan atas hasil ekspor komoditas belum dapat teratasi. Akibatnya, nilai ekspor Indonesia sangat rentan terhadap gejolak perekonomian global. Mengutip data keluaran Deloitte, kontribusi sektor manufaktur terhadap ekspor Indonesia masih rendah, yaitu hanya 40 persen. Sementara, Malaysia 62 persen, Thailand 73 persen, dan China 94 persen. (bir)