Tahun 2008 akan berakhir dalam hitungan
hari_bahkan dalam hitungan jam. Seperti tradisi yang banyak dianut selama ini, 
momentum pergantian tahun  senantiasa ingin dirayakan dengan kegiatan yang 
unik, di tempat-tempat yang sangat berkesan (unforgetable moment). Terlepas 
dari hiruk-pikuknya berbagai rencana dan agenda Old & New nanti,
tentu saja setiap kita memiliki harapan untuk dapat menjalani hidup yang lebih
baik di tahun 2009. Sedikit flashback; 

Kita mungkin lupa bahwa di Tahun Tikus_2008_ini, bangsa Indonesia
memperingati beberapa momen bersejarah. Mulai dari Seabad Kebangkitan Nasional 
yang diperingati setiap tanggal 20 Mei;
63 Tahun Proklamasi yang diperingati
17 Agustus; dan Hari Pahlawan pada 10
Nopember; 80 Tahun Peristiwa Sumpah
Pemuda diperingati 28 Oktober; serta 10
Tahun Reformasi. Belum lagi pesta demokrasi pemilihan eksekutif dan legislatif 
dari tingkat nasional hingga ke pelosok kecamatan. Seremonial demi seremonial 
berlangsung hampir setiap
saat di setiap tingkatan masyarakat bahkan sering membuat kita terlena dan lupa
bahwa krisis bangsa ini belumlah usai. 

Laporan-laporan Tahunan dari berbagai
lembaga _baik resmi maupun independen, nasional maupun internasional_ 
menunjukkan
kondisi ekonomi, sosial, politik dan penegakan hukum di negeri ini masih sangat
mengecewakan. Dalam salah satu aspek ekonomi (tinjauan pertumbuhan ekonomi)
saja, terdapat beberapa kelemahan; 

Pertumbuhan ekonomi tahunan yang dicapai
regional (antarwilayah) maupun nasional masih relatif lebih rendah dibanding 
negara-negara
tetangga yang sudah lebih dahulu lepas dari krisis. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia tahun 2008 yang diproyeksikan pemerintah pada kisaran 6,5 persen,
(6,4 persen tahun 2007) tidak mampu menaikkan daya beli masyarakat. Ini
disebabkan inflasi riil masih tetap tinggi. Inflasi tahun 2007 yang menurut
pemerintah sebesar enam persen, dalam realisasinya tak sesuai kenyataannya.
Harga barang-barang di pasaran mengalami kenaikan berulangkali dalam setahun,
bahkan ada yang menyentuh kenaikan jauh diatas ambang psikologis. Kondisi
inflasi ini tidak berbeda dengan tahun 2008, akibat pengaruh krisis ekonomi dan
politik dunia yang belum stabil. 

 



Bank Dunia dalam Outlook terbaru
memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara ekonomi baru di Asia Timur
bakal mencapai 8,2 persen. Ekonomi China sendiri diperkirakan bakal tumbuh 10,8
persen, Vietnam 8,2 persen, Korea 5,1 persen, Thailand 4,6 persen dan Jepang
tumbuh 1,8 persen, di tahun 2008 ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2008 
ditopang
oleh pertumbuhan investasi yang diperkirakan meningkat menjadi 10,6 persen
dibandingkan investasi 2007 yang mencapai 7,7 persen. Sedangkan untuk inflasi 
diperkirakan
turun menjadi 6,0 persen dibandingkan tahun 2007 yang mencapai 6,5 persen. 
Pertumbuhan ekonomi Indonesia salah
satunya didorong oleh ekspor komoditas seperti perkebunan, pertambangan,
mineral, minyak dan gas yang semakin menguat dibandingkan ekspor 
manufaktur.Perekonomian
Indonesia juga mengalami anomali. Disaat krisis pasar keuangan AS yang diikuti
menguatnya beberapa mata uang asing (Yen, Euro dll) terhadap Dollar, Rupiah
justru semakin terdepresiasi. Melonjaknya harga minyak dunia pada akhir tahun
2007 hingga tahun 2008, telah meningkatkan biaya produksi yang sangat besar di 
dalam
negeri. Akibatnya, daya beli masyarakat sekalipun dilakukan kenaikan gaji
hingga 10-20 persen tidak berubah karena tingginya inflasi riil. 

Pertumbuhan ekonomi 2008 tidak dibarengi
dengan penguatan daya beli masyarakat. Pendapatan masyarakat relatif stagnan, 
bahkan
laporan-laporan tentang kenaikan jumlah orang miskin dan gejolak sosial yang
ditimbulkan oleh kemiskinan semakin parah. Di tahun 2008 tetap ada kegelisahan
dalam iklim investasi di Indonesia dan salah satu indikatornya masih tingginya
suku bunga pinjaman di perbankan dalam negeri dewasa ini (berkisar 12-16 
persen).
Keadaan demikian, akan mempengaruhi pertumbuhan di sektor riil, seperti
lambannya perluasaan usaha serta angka pengangguran yang masih tetap tinggi. 
Pemerintah
perlu melakukan perbaikan kebijakan fiskal dan moneter terutama dalam
pembangunan infrastruktur guna mendorong tumbuhnya investasi lokal. Argumennya,
jika investasi lokal berkembang, sektor riil pun akan bergerak. Tumbuhnya
sektor riil itu selain ditentukan oleh penurunan suku bunga perbankan juga
sangat ditentukan oleh efektivitas kebijakan fiskal yang diberlakukan
pemerintah.
Salam,HM* Pendapat pribadi 




      Bersenang-senang di Yahoo! Messenger dengan semua teman. Tambahkan mereka 
dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

Kirim email ke