Sekedar sharing aja....
Satu lagi putra gorontalo akan memperoleh penghargaan Doktor HC pada sidang 
terbuka ITB, pada tgl 23 Januari 2010
bertepatan dengan memperingati hari patriotik 23 Januari Gorontalo.

Salam hangat







________________________________
 From: Cardiyan HIS <cardiyan_his@ yahoo.com>
To: ia-...@yahoogroups. com
Cc: senyum-...@yahoogro ups.com
Sent: Fri, 22 January, 2010 7:16:16
Subject: [IA-ITB] ITB Berubah: Menghargai Entrepreneur Arifin Panigoro dengan 
Doktor HC

  
ITB Berubah: Menghargai Entrepreneur Arifin Panigoro dengan Doktor HC 
Oleh Cardiyan HIS  
  
ITB berubah. ITB yang sangat pelit dalam memberikan gelar doktor kehormatan 
(DR. HC) karena kriterianya sangat ketat dan baru memberikan DR. (HC) kepada 6 
(enam) orang saja. Salah satu yang mendapat penghargaan pelit ITB ini adalah 
Ir. Soekarno, Presiden Pertama RI sekaligus alumnus ITB angkatan pertama 
(1920).   ITB akan mengubah sejarahnya dengan memberikan DR.(HC) kepada seorang 
entrepreneur papan atas Indonesia; Ir. Arifin Panigoro. Rencananya Arifin 
Panigoro, pendiri dan pemilik utama Medco Group akan diganjar DR.(HC)  bidang 
Technopreneur pada Sidang Terbuka ITB, di Aula Barat ITB, Sabtu, 23 Januari 
2010.  
Penghargaan ITB untuk Arifin Panigoro, seorang Entrepreneur atau lebih spesifik 
lagi Technopreneur papan atas Indonesia patut disambut baik. Terlebih 
sebelumnya ITB telah mengundang kontroversi atas rencana pemberian DR. (HC) 
kepada Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI sekarang, yang berujung dengan 
“pembatalan” karena SBY sendiri meminta untuk “menunda”-nya karena alasan 
politis yang bakal merugikan citranya dan citra ITB pula. 
Keputusan ITB kali ini sangat tepat karena Arifin Panigoro adalah salah satu 
alumnus ITB (Teknik Elektro) yang sangat menonjol dalam proses pencapaian 
kewirausahaannya, sehingga meraih derajat “world class genuine entrepreneur 
especially in energy industry”.  Kakang Pipin (begitu nama akrab dan egaliter 
yang dipanggil teman-temannya) memulai kewirausahaannya dari perusahaan kecil 
yang didirikannya sejak lulus dari ITB awal tahun 1970an. Kecerdasannya dalam 
mengendus peluang dan (terutama) keberaniannya dalam mengambil risiko telah 
membawanya meniti tangga demi tangga menjadi seorang Wirausaha Sejati kelas 
dunia.  
ITB sebenarnya sangat terlambat dalam memberikan apresiasi DR.(HC) bagi 
kalangan Wirausaha Sejati. UGM telah lebih dulu memberikan DR.(HC) kepada salah 
seorang alumnus terkemukanya, Jakob Oetama, Founder and Chairman Kompas 
Gramedia Group dan bahkan kepada Ir. Ciputra, yang nota bene adalah alumnus 
Departemen Arsitektur ITB!. Tetapi seperti pepatah masih lebih baik terlambat 
dari pada tidak berbuat sama sekali, bolehlah kita menghargai keputusan ITB 
ini.  
Dan yang lebih penting keputusan ITB ini tidak berhenti hanya kepada memberikan 
DR. (HC) kepada seorang Wirausaha Sejati, Arifin Panigoro, tetapi bertindak 
nyata dalam mengukuhkan kerjasama yang lebih intens dengan kalangan dunia 
usaha. ITB harus aktif jemput bola, mendatangi industri agar mau memanfaatkan 
invensi dan inovasi kampus ITB dalam upaya meningkatkan skala usahanya. Banyak 
kolega penulis yang “curhat” kepada penulis bahwa ITB terlalu sombong untuk mau 
“door to door” mendatangi perusahaan-perusaha an yang sebenarnya merupakan 
“potential clients”. 
Kita sangat berharap, pemberian DR.(HC) oleh ITB kepada yang berhak dengan 
latar belakang Technopreneur sekelas Arifin Panigoro akan memberikan inspirasi 
kepada para alumni ITB, baik yang baru memulai maupun yang tengah didera banyak 
masalah dalam proses kewirausahaannya untuk tetap tidak menyerah dalam 
mengarungi samudra ganas dunia usaha. Perjuangan Anda seperti halnya Wirausaha 
Sejati Arifin Panigoro, Aburizal Bakrie, Ciputra, TP Rachmat, Beny Subianto, 
Iman Taufik, Achmad Kalla dan masih banyak lagi, suatu ketika akan terbukti 
dapat memberikan solusi terhadap permasalahan bangsa Indonesia dalam membuka 
kesempatan kerja yang sangat luas. 
Dan last but not least, ITB harus pula mengubah mindset dalam cara pandang 
menangani mahasiswa ITB secara keseluruhan terlebih lagi kepada para mahasiswa 
yang memiliki minat tinggi kepada dunia kewirausahaan. ITB hendaknya memandang 
mahasiswa sebagai bagian dari proses pendidikan untuk suatu “human investment” 
berjangka panjang dan bukan menganggap menangani mahasiswa adalah suatu “cost 
centre” yang buang uang dan buang waktu.  Maka ITB hendaknya memberikan lebih 
banyak lagi proses latihan kepada para mahasiswanya yang merupakan bibit unggul 
terbaik di kawasan Asia Pasifik dalam hal Selektifitas Mahasiswa. Cetak lebih 
banyak lagi “Business Incubator” pada unit-unit kegiatan mahasiswa. Dari 
sinilah awalnya sebenarnya puluhan tahun kemudian akan dijumpai banyak alumni 
ITB yang berkelas Arifin Panigoro bahkan akan melampaui skala ekonominya juga 
proses pencapaiannya yang bermartabat. 
ITB akan dicap gagal total kalau tak mampu menaikkan nilai tambah kepada para 
mahasiswanya yang talentanya sangat hebat (high achiever) kalau hanya berkutat 
pintar mengawasi bahkan memata-matai kegiatan mahasiswa ITB dan hanya pintar 
memberikan sanksi akademis. ITB memang harus berubah menjadi lebih sabar dan 
lebih kreatif menuju “ITB Technopreneur University” berkelas dunia.       
  

 


      Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Kirim email ke