--- On Thu, 9/25/08, bakri arbie <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: bakri arbie <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Saatnya Kaum Muda Bersuara dan Bekerja (oleh-oleh dar To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Cc: [EMAIL PROTECTED], "Omar Trigantara" <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED], "Ani Sekarningsih" <[EMAIL PROTECTED]>, "arbie bakri" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Thursday, September 25, 2008, 11:12 PM
Yth Ibu Maria dan Rekan FPK, Komentar pertama nama lengkap ibu Maria cantik sekali kombinasi nama barat dan timur. Berikutnya saya ingin menyoroti ringkasan pembahasan dari tiga pembicara yaitu Bung Sandy Uno,Bung Yanuar dan Bung Budiman pada saat buka bersama. Mohon maaf karena saya tidak hadir saat pertemuan namun tertarik untuk mencari intisari dari 3 tokoh tersebut diatas. Bung Sandy mengatakan peran usaha kecil menengah UKM dan mungkin Koperasi yang intinya meminta kaum muda dan yang berjiwa muda untuk ayo jadi pengusaha. Pengusaha adalah Profit Center dan Penyelenggara Negara adalah Cost Center. Disini tugas dari Cost Center adalah merupakan katalisator tumbuhnya Profit Center atau Dunia Usaha,dengan memberikan pendidikan yang baik sehingga 1/SDM siap untuk membina UKM dalam arti mampu,mau dan niat untuk berusaha secara profesional,2/sebagai penyedia teknologi tepat guna untuk dipakai para pengusaha untuk memberikan nilai tambah produk dan jasa orang Indonesia dan 3/memfasilitasi kredit atau mikrokredit. Coba bayangkan kalau saat ini Indonesia baru mempunyai 400.000 pengusaha. Kalau dalam lima tahun kita bisa menumbuhkan 1 juta pengusaha,maka dengan jumlah pekerja masing-masing seperti di Cina maka berarti kita bisa menciptakan kerja bagi 8 juta orang.Lima tahun kemudian karena sudah bertambah cerdas Profit dan Cost Center-nya maka bisa 1,5 juta atau 2 juta pengusaha yang bisa tumbuh dan berdaya saing. Namun patut diingat bahwa penduduk kita bertambah terus.Jadi kalau tidak berbuat sesuatu seperti yang dianjurkan Bung Sandy maka kita sudah pasti akan tambah kedodoran,dalam arti makin banyak penganggur. Berikutnya saya melihat tekanan dari Bung Yanuar yaitu pentingnya sektor riil untuk bangkit.Saya sering ketawa kalau dengar di RRI tentang informasi sektor riil misalnya harga cabe dipasar yang kalau bisa diartikan kasarnya yang lain itu tidak riil dalam arti tidak menyangkut kehidupan riil rakyat Indonesia.Barangkali ada benarnya kalau informasi yang mengatakan elit keuangan yang bergerak disektor tidak riil hanya berjumlah sekitar 500.000 orang. Namun meskipun populasinya kecil tetapi mempunyai kekuatan uang yang besar sehingga lobby-nya hebat mempengaruhi kebijakan publik akan lebih banyak menguntungkan sektor non-riil ini.Disini pertarungan untuk 500.000 orang dengan sisanya yaitu penduduk Indonesia lainnya yang memerlukan hidup yang riil karena hidup itu adalah nyata. Jadi pemimpin yang kita perlukan harus KAMPRET seperti kata Bung Yanuar dalam arti harus kuat untuk membuat keputusan untuk memilih yang riil atau non-riil. Menurut interpretasi saya yang riil itu adalah apa yang diperjuangkan Bung Sandy,ayo berbuat riil jadilah pengusaha agar bangsa jadi produktif dan sekaligus memperkuat ekonomi dan kehidupan sosial/memberantas pengangguran dan tumbuhkanlah Profit Center sebanyak mungkin dan Cost Center sebagai katalisatornya. Katalisatornya kalau saya amati sudah tersedia yaitu fasilitas iptek yang sudah diteliti dan diuji coba oleh para peneliti dibawah naungan kordinasi MenRistek, sudah ada kredit KUR yang sudah diluncurkan sejak November 2007 oleh Presiden SBY dan banyak lagi skema kredit lainnya. Disini saya sambung dengan pernyataan Bung Budiman yaitu proses untuk menghasilkan atau implementasinya dilapangan sehingga rakyat bisa merasakan hasil dari KUR atau Hasil Penelitian menjadi Produk dan Jasa yang riil dan berdaya saing secara berkelanjutan. Berkelanjutan artinya berkat manajemen dan iptek yang tepat guna produk dan jasa kita dapat berhasil dalam jangka panjang sehingga terjamin pula kondisi ekonomi dan sosial bangsa. Kalau Bung Budiman mengatakan perlunya strategi dan manajemen Bung Yanuar mengatakan perlunya Kepemimpinan/Leadership. Gus Dur dikatakan kepingin berbuat baik sebanyak mungkin sehingga kedodoran strategi dan manajemen.Memang seingat saya ini adalah dilema bagi pemimpin,seingat saya Gus Dur juga ingin merombak Organisasi Pemerintahan agar bisa lebih efektif dan efisien. Terbayang tantangan dan kesalahpahaman dan intrik-intrik dari organisasi yang terkena reorganisasi. Kalau menurut saya Gus Dur memang sebenarnya mencoba untuk membuat Sistem Inovasi Nasional karena segala bidang ingin digarap beliau dalam waktu singkat. Memang dalam merombak Indonesia ini perlu Chaos dan Order silih berganti agar maju lalu dibuat mantap lalu dirombak lagi sebagai suatu siklus menaik secara positif bisa tercapai. Kalau Chaos terus maka bisa terjadi seperti saat Revolusi Prancis dimana revolusi memakan tuannya. Sehingga saya pikir lebih baik bagi pemimpin Indonesia untuk fokus dulu pada prioritas yang mesti dilakukan dan sangat penting bagi rakyat. Dan menurut saya sudah tepat kalau prioritas adalah Strategi Pisau Bermata Dua yaitu -Jadikan Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang Produktif melalui UKM dan Koperasi,S1 -Berantas KKN dan Kemubaziran seperti yang sudah dirintis KPK.,S2 Cukup S1 dan S2 saja,kebanyakan nanti tergilas dan kehilangan energi serta fokus. Sehingga leader yang diharapkan menjadi pemimpin untuk 2 topik strategis diatas adalah apa yang disebut Prof.Kaplan untuk menambahi KAMPRET -nya Bung Yanuar yaitu sbb; Bahasa aslinya agar tidak salah ,maka saya kutipkan ; -1.Leadership; without strong visioning leadership,no strategy will be executed effectively. /Pemimpin harus seperti Bung Karno secara berulang dan bersemangat menggoyah masyarakat untuk bergerak sesuai dengan Strategi yang dipilihnya/, -2.Leaders has to recognize that strategy and operation/or tactics/ are both important but they are different.Quite often little time and few resources get committed to strategic issues. /Ini kalau tidak ada KAMPRET,tidak terintegrasi,masing-masing departemen jalan sendiri dan tidak proaktif untuk ambil inisiatif dari kondisi katalisator yang sudah disediakan untuk memperbanyak UKM/, The senior/top management needs to have regular meeting that focus only on STRATEGY. -3.Leaders should lead the Agenda and drives it from the top to reinforce the mission,values and vision,/memang sebagai bangsa yang masih paternalistik himbauan presiden/menteri akan dituruti dan dipatuhi oleh bawahannya apalagi kalau strateginya TEPAT/ -4.The leaders should validate the strategy map as an expression and the consistency of the strategy./Perlu dicek dan recek apakah strategi sudah berjalan lancar dan konsisten dengan tujuan dalam pelaksanaannya.Kebiasaannya adalah kalau sudah diluncurkan dianggap semua akan beres dan pasti terjadi sesuai dengan rencana,padahal jauh panggang dari api/. Saya hanya ingin memperkuat bahwa kemungkinan benar bahwa organisasi Bung Agus ini merupakan representasi dari bangsa Indonesia yang berbagai ragam dan dalam hal ini suatu usulan Strategi S1 dan S2 sudah diungkapkan dan merupakan usul untuk dilaksanakan para pemenang PEMILU Legislatif dan Presiden untuk mendapatkan tanggapan dari Replika Republik Indonesia yaitu FPK.atau Indonesia kecil menurut Ibu Maria. Sebagai penutup saya tambahkan ungkapan Sun Tzu sbb; Strategy without tactics is the long road to victory; Tactics without strategy is the noise before defeat. Wassalam, Bakri Arbie, Pemrakarsa Team Sukarelawan Inovasi Indonesia. --- On Sun, 9/21/08, Maria Margaretta Vivijanti <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Maria Margaretta Vivijanti <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] Saatnya Kaum Muda Bersuara dan Bekerja (oleh-oleh dar To: [EMAIL PROTECTED] Date: Sunday, September 21, 2008, 6:35 PM He..he...he. ..terima kasih ralatnya, maklum waktu itu hidangan berbuka puasa sudah di depan mata sehingga komentar terakhir yang menarik ini terikut pada catatan komentar Bung Budiman. Maaf Bung Yanuar dan Bung Budiman. salam, Retty --- In Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com, [EMAIL PROTECTED] wrote: > > Ralat: cerita seorang Jepang yg mengambil ide gotong-royong dari Indonesia itu bukan dari Bung Budiman, tapi dari Bung Yanuar Rizky. > > Salam. > Hendro. > > Sent from my BlackBerry® > powered by Sinyal Kuat INDOSAT > > -----Original Message----- > From: "Maria Margaretta Vivijanti" <mmargret67@ ...> > > Date: Sun, 21 Sep 2008 00:51:24 > To: <Forum-Pembaca- [EMAIL PROTECTED] ps.com> > Subject: [Forum Pembaca KOMPAS] Saatnya Kaum Muda Bersuara dan Bekerja (oleh-oleh dari Kopdar-5 FPK) > > > Sebelum portal jurnalisme warga lahir di Indonesia, sebenarnya > jurnalisme warga sudah ada. Bentuk jurnalisme warga yang paling > mendasar adalah surat pembaca. Ketika ruang untuk berbagi kisah dan > berbagi komentar terasa semakin penting, sementara dunia maya semakin > memperbesar kemungkinan pertemuan yang sulit terjadi di dunia nyata, > maka internet pun mulai dilirik untuk ruang pertemuan ini. Mailing > list alias milis bisa menjadi sarana bertukar e-mail dalam kapasitas > ruang komunikasi, dan juga berfungsi sebagai corong suara pembaca. > > 28 Juni 2004 adalah hari ulang tahun harian Kompas, dan seorang pemuda > bernama Agus Hamonangan mencari-cari ruang pertemuan para pembaca > harian Kompas di dunia maya. Tampaknya ruang ini belum tercipta, > sehingga dengan modal nekat ia mencoba membuat ruang tempat bertemunya > para pembaca kritis dari harian terkemuka di Indonesia ini. Milis > Forum Pembaca Kompas lahir tanggal 30 Juni 2004, sebuah milis yang > berdiri sendiri, bukan berasal dari dalam organisasi harian Kompas, > melainkan murni dari pembaca setia harian ini dengan moderator Agus > Hamonangan sendiri. Benar-benar nekat karena saat itu Agus sendiri > belum begitu mengenal dunia milis dan perangkat penunjang kerja > moderator milis. > > Setelah empat tahun berlalu ternyata milis Forum Pembaca Kompas kini > sudah menerima sebanyak 7400 anggota. Jumlah yang kecil bila > dibandingkan dengan tiras pembaca harian Kompas yang di wikipedia > (dibaca di bulan September 2008) dituliskan sebesar 2,25 juta orang > pembaca di seluruh Indonesia. Tetapi sebagai ruang pertemuan dimana > pembaca dari berbagai tempat di dunia bisa bertemu, tempat diskusi > antara penulis dan pembaca, atau hanya sekedar diskusi antara pembaca > harian, maka di ruang ini terasa benar suasana berpikir kritis, > kepedulian terhadap Indonesia, dan komunikasi dalam suasana demokrasi > yang kental. Kualitas dan intensitas komunikasi antar pembaca sangat > terasakan. > > Tampaknya kehadiran Milis Forum Pembaca Kompas (FPK) ini, walaupun > bukan dibidani oleh orang dalam harian ini, juga menjadi sarana > komunikasi untuk mengetahui kebutuhan dan aspirasi pembaca harian > Kompas. Tidak heran kalau harian Kompas berbaik hati mensponsori > pertemuan atau kopi darat ke-5 dari Milis FPK ini di DLoungeXXI, Plaza > Senayan. Pertemuan dengan agenda diskusi, buka puasa bersama, serta > nonton bareng film Mamma Mia di studio XXI itu, juga mendapat tambahan > sponsor dari Indosat berupa tiga buah hadiah door prize yang cukup > menggiurkan. Serunya mendapat hadiah tentu sangat menarik, tapi yang > lebih seru adalah berkenalan dengan wajah-wajah yang sebelumnya hanya > dikenal di dunia maya lewat nama dan e-mail. > > Acara diskusi mengetahkan tiga orang pembicara yaitu Sandiaga Uno > (sebagai pengusaha muda), Yanuar Risky, analis independen pasar modal- > yang juga ketua OPSI (Organisasi Serikat Buruh Indonesia)- sebagai > ekonom muda, serta Budiman Sudjatmiko (sebagai politisi muda). Dengan > moderator Stefanus Herminoto (Totot), ketiga pembicara mengemukakan > pandangan mereka yang bertolak dari pengalaman mereka masing-masing di > bidangnya. > > Sandiaga Uno lebih menekankan perlunya kaum muda untuk percaya diri > dan benar-benar menyingsingkan lengan baju agar bisa ikut serta > menyumbangkan sesuatu bagi kemajuan bangsa. Perlunya kaum muda ikut > mengusakan peningkatan keberdayaan masyarakat, melalui Usaha Kecil > Menengah (UKM) dan kewirausahaan misalnya, agar dalam jangka lima > sampai sepuluh tahun ke depan jumlah penduduk miskin Indonesia > berkurang paling tidak sepertiga dari jumlah yang ada sekarang. > > Yanuar Rizky sebagai pembicara kedua, lebih menekankan perlu adanya > komunikasi untuk memperkecil perbedaan antara teori dan kenyataan di > lapangan. Pemimpin yang diperlukan menurut Yanuar Rizky adalah > pemimpin yang mampu mengubah hal yang negatif menjadi positif, yang > memiliki kualitas KAMPRET yang bukan codot, melainkan yang memiliki > aspek Kreatif, Aktif, Mandiri, Produktif, Reaktif, Energik, > Terintegrasi. Friksi antara pengusaha dan pekerja juga terjadi karena > tidak adanya komunikasi. Karena itu dalam pemikirannya, yang penting > bagi bangsa ini adalah bagaimana mempunyai lembaga mediasi, dan > bagaimana sistim jaminan sosial bisa bekerja agar terjadi peningkatan > taraf hidup orang banyak. Peran dan dukungan pemerintah sangat > dibutuhkan disini, sebagai contoh diberikan betapa tinggi tingkat > kenaikan orang kaya di Cina karena adanya dukungan kebijakan > pemerintahnya. Demikian pula dikisahkan perlunya dukungan dari > generasi tua kepada generasi pimpinan yang lebih muda seperti yang > dilihat dari Cina dan Singapura. > > Budiman Sudjatmiko sebagai pembicara menceritakan asal muasal dia > berniat terjun masuk ke dalam sistem pemerintahan. Menurutnya tidak > bisa generasi muda hanya berteriak-teriak dari luar sementara > pekerjaan yang ada berada di dalam sana. Bila ia membandingkan keadaan > di Amerika, merujuk pada fenomena Kennedy dahulu maupun Obama kini, > maka keadaan Indonesia seharusnya jauh lebih kondusif untuk kaum muda. > Demokrasi di Indonesia diperjuangkan oleh orang muda, sehingga mereka > berhak untuk ikut menjalankannya. Yang terpenting dari perjuangan itu > bukan sekedar membuka pintu demokrasi, melainkan perlunya proses lebih > lanjut yang bisa menghasilkan hasil yang memuaskan. Berkaca dari > pengalaman Gus Dur sebagai presiden, maka Budiman menegaskan > pentingnya strategi dan manajemen dalam melaksanakan niat baik. Gus > Dur menurutnya mencoba melakukan terlalu banyak niat baik secara > bersamaan tanpa dukungan strategi dan manajemen yang tepat. > > Menaggapi pandangan Yanuar Rizky mengenai sistem jaringan sosial, > Budiman mengajukan pemikiran mengenai perombakan sistem dimana > Jamsostek bisa dikendalikan oleh serikat buruh dan masyarakat sipil. > Terdapat dua pilihan, bisa seperti Jerman dimana jaminan kesehatan dan > hari tua dipegang oleh masyarakat sipil (civil society), atau seperti > di negara Amerika Latin, misalnya Venezuela, dimana peran pemerintah > sangat dominan dan pihak swasta tidak boleh masuk ke wilayah > strategis. Demikian juga ada dua pilihan antara mengikuti pola > Communitarian Democracy seperti Jerman, Jepang, dan Perancis, atau > berkiblat kepada Individualist Democracy seperti di Amerika dan > Inggris. Seorang aktivis dari Jepang pernah mengakui kepada Budiman > Sudjatmiko bahwa mereka mengembangkan organisasi pekerja mereka > berdasarkan union solidarity yang mereka pelajari dari Indonesia pada > tahun 1948. Pola komunitas masyarakat Indonesia dan nilai-nilai dasar > seperti gotong royong sebenarnya sudah sangat menunjang sebagai dasar > untuk kesuksesan kita. Bila ada kerjasama dari berbagai pihak, gotong > royong dengan strategi dan manajemen yang jelas, maka Indonesia bisa > bangkit dari keterpurukan ekonomi dan menata kembali kehidupan yang > lebih baik. > > Milis FPK karena kemajemukan anggotanya mungkin bisa dianggap sebagai > Indonesia kecil, dan dengan memanfaatkannya sebagai sarana komunikasi > niscaya suara-suara yang berbeda, yang menyuarakan kepentingan rakyat, > kepentingan bangsa, akan bisa bergaung lebih keras lagi. Semoga…(tapi > jangan lupa singsingkan juga lengan baju dan mulai ikut bekerja). > > (tulisan ini sebagai oleh-oleh buat pembaca wikimu juga di > http://www.wikimu. com/News/ DisplayNews. aspx?id=10720& post=1) > > salam, > Retty > > > > > > > [Non-text portions of this message have been removed] >