Yth Rekan-rekan milis,
   
  Terlampir tulisan di milis Alumni Prancis tentang Taufik Ismail dan Chrisye.
  Suatu lagu yang menggugah.
  Semoga bermanfaat.Odu olo.

Note: forwarded message attached.

       
---------------------------------
Never miss a thing.   Make Yahoo your homepage.
--- Begin Message ---
Pak Bakri,
 
Saya kira ada baiknya e-mail ini diteruskan ke saudara2 lain di mailing
list. Hopefully you don't mind.
 
Wass.OH
 
-----Original Message-----
From: bakri arbie [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, January 09, 2008 6:51 PM
To: RAZHALUNO
Cc: Rahakundini; Omar Trigantara
Subject: Fwd: [AlumniPrancis] [Fwd: Re: [M-ITS] [FWD] [smarihasta]
Ketika Tangan dan kaki Bicara]
 

Yth Bung Henk,
 
Semoga tertarik dengan lagu ini.Trims.
Note: forwarded message attached.
  
  _____  

Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try
<http://us.rd.yahoo.com/evt=51733/*http:/mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62
sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ%20>  it now.
--- Begin Message ---
Bagi rekan2 yang ingin menikmati lagu tersebut, silahkan buka website
dibawah.

Salam,
YOGI

---------------------------- Original Message ----------------------------
Subject: Re: [M-ITS] [FWD] [smarihasta] Ketika Tangan dan kaki Bicara
From:    "Rio Asmara" <[EMAIL PROTECTED]>
Date:    Sun, January 6, 2008 12:47 pm
To:      [EMAIL PROTECTED]
--------------------------------------------------------------------------

Subhanallah, memang benar2 luar biasa lirik dan lagunya. Saya menemukan
link video di youtube, monggo :

http://www.youtube.com/watch?v=cNsURlMA-dg

Salam
Rio
M-42



Badruz Zaman <[EMAIL PROTECTED]> wrote:                              
Dari milis tetangga :
    Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah
Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON.
    Krismansyah Rahadi (1949-2007):
   KETIKA MULUT
    TAK LAGI BERKATA


 TaUFIQ ISMAIL


               Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara,
dan dia berkata, " Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah
coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah
Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu
Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti
selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang
lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu
dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik
diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah
ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye
menginginkan puisi relijius.
               Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali.  Saya suka
betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu
juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai
gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran.
Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang
macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon
Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf
ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu.
                Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam  itu,
ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy
syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa
tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu
yaksibuun" saya berhenti. Maknanya, "Pada hari ini Kami
akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata
kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa
yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat
tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!
                Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas
memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada
mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu
akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan
teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. 
Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
   Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah
selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul
inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika
berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis,
menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.
    Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye – 
Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
   Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat
sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan
misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benarbenar
mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu
itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali
menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya
coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons
saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.
    Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan
Kaki  Berkata.
   Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan,
betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam
saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan
saya.
   "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata
Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena
sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca
isinya.
   Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan
kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.
Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur,
sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti
ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
   Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah
senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung
mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa
ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke  Australia, saya lalu mengajak
Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk
mendoakan saya.
    Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga
selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah
menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda
mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling
autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya
mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!
   Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang
pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar
meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam
selama menyanyi.

    Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya
terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya,
dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka
sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari
Akhir di hari kiamat kelak.
   Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi
dengan Iin Parlina dengan lagu  Rindu Rasul. Di dalam konser atau
pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada
baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu
sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu
tersebut.

    * *
    Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam
peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan
honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya.
Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya
tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata
itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak
berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman
Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.
   Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian
saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan
jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar
administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah,
mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun 'kan?"
   Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya
berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan.
Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

    * *
    Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi
legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih
keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis
yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia
meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan
Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.
Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini,
tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta
menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar
baginya. Amin. #
    Ketika Tangan dan Kaki Berkata
                                       Lirik     : Taufiq Ismail
                                        Lagu   : Chrisye

   Akan datang hari mulut dikunci
   Kata tak ada lagi
    Akan tiba masa tak ada suara
    Dari mulut kita

   Berkata tangan kita
    Tentang apa yang dilakukannya
    Berkata kaki kita
   Kemana saja dia melangkahnya
    Tidak tahu kita bila harinya
    Tanggung jawab tiba

    Rabbana
   Tangan kami
   Kaki kami
    Mulut kami
   Mata hati kami
   Luruskanlah
    Kukuhkanlah
    Di jalan cahaya.... sempurna

    Mohon karunia
    Kepada kami
   HambaMu yang hina
                                                    1997


 Regards,
  Yordan Gunawan
 "Telaga Hati 'da Promising Scholar"

 ---------------------------------
 Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try
it now.

 [Non-text portions of this message have been removed]






---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it
now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Subhanallah, memang benar2 luar biasa lirik dan lagunya. Saya menemukan link video di youtube, monggo :

http://www.youtube.com/watch?v=cNsURlMA-dg

Salam
Rio
M-42

Badruz Zaman <[EMAIL PROTECTED]com> wrote: Dari milis tetangga :
Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi (1949-2007) di majalah sastra HORISON.
Krismansyah Rahadi (1949-2007):
KETIKA MULUT
TAK LAGI BERKATA


TaUFIQ ISMAIL


Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, " Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?" Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul. Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan kembalikan pita rekaman itu.
Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. "Alyauma nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti. Maknanya, "Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah. Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!
Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali.
Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye – Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye:
Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benarbenar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu.
Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya.
"Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya.
Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya.
Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!
Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak.
Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.

* *
Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.
Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun 'kan?"
Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

* *
Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin. #
Ketika Tangan dan Kaki Berkata
Lirik : Taufiq Ismail
Lagu : Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya.... sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina
1997


Regards,
Yordan Gunawan
"Telaga Hati 'da Promising Scholar"

---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]





---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]


--- End Message ---

--- End Message ---

Kirim email ke