Kawan-kawan sekalian, pengen cerita dikit tentang kisah produktif penjara..
==========

Menulis Di Penjara Mesir

Begitulah cerita hidupnya telah digariskan. Ia hidup membujang, dipenjara 
selama bertahun-tahun dan berakhir dengan hukuman di tiang gantungan.

Peri kehidupan Sayyid Quthub adalah rangkaian perjuangan dan keberanian, 
gambaran kejujuran dan keyakinan, kisah patriotisme dan kepahlawanan.

Penjara telah menempa keimanannya, meningkatkan pengetahuannya, menggelorakan 
semangatnya dan menebalkan prinsip keyakinannya. Penjara menjadi sebuah lokasi 
perenungan yang-seperti kata Ibnu Taimiyyah-bathinuhu fihirrahmah wazahiruhu 
min qibalihil azab, didalamya terdapat rahmat sementara dari luar seperti 
tempat penuh siksa.

Lihatlah, betapa dari balik jeruji besi itu telah keluar karya-karya monumental 
yang bermanfaat bagi umat manusia. Di balik penjara Mesir, ibnu Taimiyah telah 
melahirkan banyak karya dan ide-ide briliannyaa. Penulis sekaligus pejuang 
Zainab Al-Ghazali juga telah menggoreskan perjalanan hidupnya selama enam tahun 
di penjara semasa Pemerintahan Gamal Abdul Naser dalam bukunya yang lara: 
“Ayyamun min hayati.”

Dan kini, terali besi pemerintah Mesir telah menelorkan salah satu karya besar 
sepanjang sejarah: Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, yang menunjukan pengetahuan, 
perenungan, semangat dan keyakinan yang tak kunjung padam dari penulisnya. 
Betapa hal itu tergambar jelas dalam karya ini!!

Dengan segenap keberanian, Sayyid Quthub mempertahankan keyakinannya dan 
memperjuangkan apa yang sudah terpatri dalam jiwanya. Tak peduli apapun 
akibatnya. Walau harus mengorbankan jiwa, walau harus melepaskan selembar nyawa 
yang dimilikinya. Dan ia telah membuktikan hal itu!!
Sungguh, jiwa yang merdeka akan bebas terbang di angkasa kehidupan tak dapat 
dihalangi oleh apapun juga.

Seperti juga pendahulunya, ketua MPU Aceh, Dr. Muslim Ibrahim, sempat juga 
berurusan dengan pihak pemerintah Mesir. Ia divonis penjara karena tak mampu 
membayar visa saat masa-masa sekolah di Mesir. Namun sebelum ia mendekam di 
balik terali besi itu, permintaan pertama yang ia ajukan adalah: tolong beri 
saya kesempatan menyelesaikan disertasi doktoral di bidang fiqh muqarin Univ. 
Al-Azhar ini selama dalam penjara. Ternyata keadaan berbicara lain, ia 
dibebaskan dari dari tuntutan mahkamah.

Yusuf Al-Qaradhawi dan Muhammad Kisyk juga adalah dua orang produktif dari 
Mesir hasil didikan penjara. Ada mutiara pelajaran yang mereka dapatkan dalam 
kungkungan jeruji itu. Ada nikmat kebebasan luar biasa yang mereka rasakan 
setelah sebelumnya terkungkung.

Di Indonesia, selama dalam penjara (1965-1979) sastrawan Pramoedya Ananta Toer 
telah menulis 4 rangkaian novel sejarah yang kemudian semakin mengukuhkan 
reputasinya. Novel tersebut adalah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak 
Langkah dan Rumah Kaca yang mendapatkan sambutan luas, di dalam dan luar negeri.

Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Sukarno 
karena dituduh pro-Malaysia. Selama di penjara, beliau mulai menulis Tafsir 
al-Azhar yang menjadi karya ilmiah terbesarnya.

Di India, Jawahral Nehru telah memberikan pendidikan politik kepada putrinya, 
Indira Gandhi, dari dalam penjara. Nehru dengan rutin mengirimkan surat kepada 
putrinya tersebut sehingga menjadikannya sebagai wanita penuh gejolak dan 
membawanya sebagai perdana menteri wanita India yang pertama, tahun 1966.

Kini kita masih di alam bebas. Tak perlu menunggu penjara untuk membuat kita 
produktif dan aktif berkarya. Biarkan diri ini terus bergerak, menghamburkan 
segala ekspresi produktif kemampuannya. Membaca dan terus membaca. Menulis dan 
terus menggores.. Memberi dan terus memberi untuk umat semesta.

Salam
Umarulfaruq Abubakar
http://buanacita.multiply.com
http://www.kompasiana.com/kakmuma



      

Kirim email ke