Salam,

Tulisan sederhana ini akan mengungkap secuil informasi tentang bagaiamana Islam 
menghargai musyawarah, mengawali dan mengontrol pemerintah, serta menasehati 
pemimpin umat.

1. Musyawarah

Para ulama sepakat bahwa musyawarah hanya bisa dilakukan pada 
persoalan-persoalan yang tidak ada wahyu didalamnya. Dengan kata lain, bahwa 
hal-hal yang telah jelas dibeberkan dalam qur'an sudah paten dan tidak bisa 
dimusyawarahkan lagi. Kesepakatan itu berdasarkan ayat 159 surat al-Imran dan 
ayat 38 surat as-Syura. Bahwa kata AMAR dalam kedua ayat tersebut adalah 
perkara-perkara yang tidak ada wahyu. Kedua ayat itu memerintahkan 
bermusyawarah.

Dengan demikian, maka perkara-perkara yang harus dimusyawarahkan sangat luas 
cakupannya. Pada persoalan keagamaan misalnya, banyak hal yang tidak ada wahyu. 
Misalnya, dalam sejarah, Rasulullah urung rembuk tentang sikap yang harus 
diambil terhadap tawanan perang Badar. Bagaimana beliau meminta pendapat kepada 
para sahabat tentang strategi perdamaian pada perang Ahzab. Tentang masalah 
Hudaibiyah. Tempat yang strategis menanti musuh pada perang Badar. Penggalian 
parit pada perang Handak. Dll.

Buku-buku sejarah juga banyak mencatat, bagaimana sikap para sahabat 
sepeninggal Rasulullah, berembuk tentang warisan yang didapatkan oleh kakek. 
Berapa banyak jumlah cambukan pada hukuman peminum arak. Dll.

2. mengawali dan mengontrol pemerintah, serta menasehati pemimpin umat. 

Pidato Abubakar sesaat setelah beliau dipilih menjadi khalifah, telah dicatat 
hampir di semua kitab-kitab sejarah Islam. Karena, pidato itu merupakan 
kampanye paling tegas tentang hak semua masyarakat hubungannya dengan pemimpin 
dan pemerintah. Isi pidato itu sebagai berikut; "Wahai manusia, aku kalian 
pilih untuk memimpin sedangkan aku bukan yang terbaik diantara kalian, maka 
kalau aku berbuat baik, dukunglah aku, dan jika aku berbuat salah, maka 
luruskanlah. Taati aku jika aku taat kepada Allah, tetapi jika aku durhaka, 
maka kalian boleh berpaling dariku dan jangan taati aku".

Pidato Abubakar sangat gamblang memberikan hak kepada setiap warga untuk 
senantiasa mengawali dan mengontrol pemimpin dan pemerintah. Kontrol itu bisa 
diwujudkan dalam beberapa perkara;

A. Kewajiban Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar

Imam Qazali dalam kitab Ihya Ulumuddin menjelaskan, bahwa amar ma'ruf adalah 
menyuruh kepada kebaikan yang sejalan dengan syariat Islam dan sesuai dengan 
harkat dan martabat manusia. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah dan melarang 
hal-hal yang dilarang dalam syariat Islam dan yang berseberangan dengan harkat 
dan martabat manusia. Sebagaimana qur'an mengukumi dosa besar kepada orang yang 
sengaja mendiamkan kezaliman didepan mata. Seperti disebutkan dalam ayat 97 
surat an-Nisa.

B. Mengontrol Pemerintah

Semua ulama sepakat bahwa setiap masyarakat berhak mengontrol pemerintah. 
Kesepakatan ini berdasarkan pada pidato Abubakar dan kenyataan-kenyataan 
sejarah bagaimana para sahabat sangat antusias siap dikontrol dan mengontrol 
pemerintahan. Seperti yang dilakukan Umar sesaat setelah beliau dipilih menjadi 
khalifah. Beliau berpidato; Wahai manusia, siapa saja yang melihatku bengkok, 
maka luruskanlah aku. Seorang berdiri dan berkata; Kalau kami melihatmu 
bengkok, maka kami akan meluruskanmu dengan pedang. Umar menanggapi; 
Alhamdulillah, Masyarakat Umar masih mau meluruskan kebengkokan Umar dengan 
pedang. Usman bin Affan juga bersikap seperti pendahulu-pendahulunya. Beliau 
pernah dikritiki atas kebijakannya yang dianggap salah oleh sekolompok 
masyarakat. Beliau langsung mengubah kebijakannya dan bertobat.

C. Menasehati Pemimpin Umat

Para sahabat bertanya siapa yang berhak memberikan nasehat, Rasulullah 
menjawab; Allah, rasul-Nya, ulama, dan masyarakat. Hadits lain; Jihad mulia 
adalah berkata benar kepada pemimpin lalim. Hanya saja, cara dan etika 
menyampaikan nasehat dan kritik perlu menjadi catatan. Sedapat mungkin 
dihindari mencaci maki dan menghina pemimpin. Sabda Rasulullah; Siapa yang 
menghina pemimpin maka Allah akan menghinanya. Maka berkata lembut dan sopan 
disamping menghindari fitnah, juga sejalan dengan ayat 43-44 surat Taha. Sebab 
manusia pada dasarnya tidak suka dihina dan direndahkan. wajar saja, Rasulullah 
bersabda; Orang yang kuat bukan orang yang kuat begulat, tetapi orang yang kuat 
menahan dirinya saat marah.

Salam.
Mansur martam
  

    
    


       
---------------------------------
  Dapatkan info tentang selebritis  - Yahoo! Indonesia Search.

Kirim email ke