Melihat wajah taman/halaman dulohupa saat ini sepertinya telah terjadi penghianatan bahkan pelecehan profesi kepada arsitek yang merancang kawasan dulohupa tersebut.
Mungkin saja maksud dari pengelola ingin memberikan kesan taman yang hidup dan dinamis, serta memberikan roh kepada rumah adat yang sering kali terkesan dingin dan kaku. Namun dalam ekskusinya justru tidak terjadi kolaborasi yang harmonis bahkan yang terjadi adalah saling mendominasi. Arsitektur rumah adat yang terlihat megah dengan kombinasi elemen kayu pada bagian atas dan elemen batu pada bagian bawah, serta pengaturan ruang taman yang terbuka menjadi kurang menarik di pandang dengan hadirnya puluhan rak kayu yang dicat warna-warni mencolok, tempat diletakkan pot-pot kecil dari plastik berwarna cokelat. Tidak ada lagi ruang bagi mata & otak kita dalam menagkap detail visual dari rumah adat. Sepertinya pengelola lupa berterimakasih kepada orang-orang yang telah bersusah payah merancang, membangun kawasan rumah adat dan mengeluarkan milyaran dana pribadi. thx. KiBoR --- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, Tuturuga <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Ti pak so liat kondisi rumah adat Gorontalo (Dulohupa) sekarang? > Di pinggir bangunan tradisional yang megah ini berderet "taman" dari berbagai instansi dengan papan nama masing2... > Saya yang tidak ngerti taman merasa penambahan berbagi pot yang diletakkan di atas bangunan kayu sangat tidak mendukung arsitektur Dulohupa, apalagi catnya warna warni. > Mohon tanggapannya > > =t=