Klo bagitu, bagi-bagi akan ilmu-ilmu yg Pak TP miliki, baik itu ilmu tenaga 
dalam, maupun ilmu pengetahuan alam/sosial/dll.


Wassalam



----- Pesan Asli ----
Dari: Taufik Polapa <[EMAIL PROTECTED]>
Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
Terkirim: Kamis, 13 Maret, 2008 08:22:39
Topik: [GM2020] Ilmu Pengetahuan di Indonesia terasa Pelit ......

Dear All Gm2020.

Berikut ada Artikel dari Harian Fajar Makassar saya
sadur kembali ke Milist.
Tujuannya apa ? agar teman yang memiliki Ilmu
berbagilah kepada orang lain, jangan pelit Ilmu.

Seperti cerita di bawah ini, Mr Tetsuo Morita
menyayangkan USia orang di Indonesia maximal 60 sudah
meninggal,kadang ada orang sakit meninggal dan tidak
tertolong. Padahal banyak Dokter.

Kalo menurut saya Para Orang Intelek atau orang Pintar
tdk mau berbagi Ilmunya khususnya di Indonesia karena
takut mendapat saingan dan akan berkurang Sumber
pemasukan.

Itu Bedanya kalo di Negeri Jepang sana Sudah Makmur
walaupun Sharing pengetahuan ke tetangga atau ke siapa
saja dia tetap merasa tidak akan tersaingin.

Semoga bermanfaat.

salam

TP

Usia Manusia Bisa Diperpanjang 30 Tahun

Oleh: Chief Director Hyogo Prefecture CPR Promoting
Society Tetsuo Morita

Usia manusia cukup bervariasi. Ada yang hanya berusia
sehari, dua hari, hingga lebih 100 tahun. Banyak umat
muslim yang meyakini bahwa usia normal hanya 63 tahun
sesuai usia Nabi Muhammad SAW. Sering ada joke bahwa
kalau ada muslim yang melebihi usia itu sering disebut
usia bonus.Secara umum, orang Indonesia memang hanya
bertahan hidup di dunia hingga 60 tahun. Ini berbeda
dengan di beberapa negara maju, antara lain Jepang. Di
Negeri Sakura itu, rata-rata usia penduduk mencapai 90
tahun.. Sebenarnya, usia penduduk Indonesia pun bisa
diperpanjang menjadi 90 tahun alias bertambah 30
tahun.

Bagaimana caranya? Ahli radiologi dari Jepang Tetsuo
Morita yang kini aktif mengampanyekan resusitasi
kardiopulmoner atau bantuan hidup dasar membeberkan
resepnya saat berkunjung ke redaksi Harian Fajar di
Gedung Fajar Graha Pena, Rabu 12 Maret.

Morita didampingi dua asistennya Shimako Kimoto dan
Satomiu Okuzawa serta Ketua AMDA Indonesia Dr A Husni
Tanra. Wartawan Harian Fajar Alief Sappewali merangkum
informasi tentang bantuan hidup dasar tersebut,
termasuk resep panjang umur dari Tetsuo Morita.
Berikut petikannya:

Mr Tetsuo Morita, bisa dijelaskan tujuan Anda ke
Indonesia atau khususnya di Makassar?

Kami berangkat dengan keprihatinan terhadap kondisi
penduduk Indonesia. Kami mendapat informasi bahwa
harapan hidup masyarakat Indonesia terbilang rendah.
Kami melihat bahwa salah satu penyebabnya adalah
kurangnya kepedulian di antara sesama manusia untuk
saling menolong.

Maksudnya?

Sebenarnya bukan tidak mau menolong sesamanya. Tetapi,
mereka tidak tahu caranya. Seringkali, ada sesama kita
yang tiba-tiba menderita suatu penyakit. Namun, kita
tidak bisa berbuat apa-apa. Bukan karena tidak peduli
terhadap mereka. Melainkan, karena kita tidak memiliki
ilmu untuk menolong mereka. Ilmu yang dimaksud adalah
bantuan hidup dasar atau Cardio Pulmonary
Resuscitation (CPR).

Bisa Anda jelaskan seperti apa bantuan hidup dasar
itu?

Ini sebenarnya adalah sebuah langkah pertolongan
pertama untuk orang yang menderita penyakit tertentu,
antara lain jantung dan paru-paru. Mungkin, di antara
kita pernah punya pengalaman mendapati seseorang yang
tiba-tiba terkapar karena terserang jantung. Tanpa ada
apa-apa, tiba-tiba jantung orang itu tidak berfungsi
alias berhenti.

Nah, pada saat inilah diperlukan keahlian khusus untuk
menolong orang yang bersangkutan. Kami melihat bahwa
ilmu ini mestinya tidak hanya diketahui oleh dokter
atau tenaga medis lainnya. Justru akan lebih baik jika
ilmu ini diketahui oleh semua orang. Dengan demikian,
pada saat terjadi sesuatu, pertolongan bisa segera
dilakukan.

Bagaimana penerapannya di Jepang?

Di Jepang, hal ini sudah berkembang pesat. Khusus di
Kobe, seperlima penduduknya sudah mengikuti pelatihan
bantuan hidup dasar. Alat bantunya juga sudah tersebar
ke segala penjuru wilayah. Selain warga memiliki
ilmunya, mereka juga dimudahkan dengan peralatan yang
bisa digunakan kapan saja. Ini akan terus berkembang.

Nah, kami juga berharap ini berkembang di Indonesia.
Yang perlu ditekankan bahwa dalam sebuah keluarga,
mestinya harus mengetahui ilmu ini. Jika hanya satu
orang yang tahu, maka nantinya akan muncul masalah.

Masalah seperti apa yang Anda maksudkan?

Begini. Coba kalau dalam satu keluarga yang berjumlah
lima orang, misalnya, hanya kepala keluarganya yang
mengetahui bantuan hidup dasar ini. Pada saat anggota
keluarganya yang menderita penyakit tertentu,
katakanlah jantungnya tiba-tiba tidak berfungsi, maka
kepala keluarga yang bersangkutan bisa langsung
memberi pertolongan.

Nah, bayangkan jika sang kepala keluarga itu sendiri
yang menderita penyakit itu.. Siapa yang akan menolong
dia. Dengan demikian, semakin banyak orang yang tahu
ilmu ini, semakin bagus. Ini bisa memperpanjang usia
masyarakat Indonesia.

Bisa memperpanjang usia? Bisa Anda jelaskan?

Pengalaman menunjukkan bahwa banyak orang yang
mestinya masih bisa hidup, namun kemudian meninggal
dunia. Salah satu penyebabnya karena terlambat
mendapat pertolongan atau kalaupun mendapat
pertolongan, caranya yang tidak tepat. Di Indonesia,
usia penduduk rata-rata hanya 60 tahun. Sementara di
Jepang, usia penduduk rata-rata 90 tahun.

Tadi, Anda menyebut alat bantu. Seperti apa itu?

Alat itu bernama AED atau Automated External
Defibrilator. Bentuknya mirip tabung emergency. Alat
ini adalah sebuah defibrilator yang bekerja secara
komputer. Fungsinya antara lain menganalisa irama
jantung seorang korban yang mengalami henti jantung,
mengenal irama yang dapat dilakukan tindakan
defibrilasi (shock), memberikan petunjuk pada operator
dengan memperdengarkan suara atau dengan indikator
cahaya..

Alat ini digunakan jika korban mengalami henti
jantung, tidak berespon, tiba-tiba berhenti bernafas,
atau nadi tidak teraba. Nah, alat semacam ini sudah
tersebar di seluruh penjuru Kobe. Sedikitnya 5.000
unit yang terpasang di beberapa tempat yang mudah
dijangkau.

Mungkinkah alat ini digunakan di Makassar?

Sangat mungkin. Harganya berkisar Rp18 juta untuk satu
unit. Kalau alat ini ada, maka siapa pun yang butuh
pertolongan, utamanya yang menderita penyakit seperti
yang disebutkan tadi, bisa dengan cepat menggunakan
alat ini. Tentu, harus memiliki ilmunya dulu agar bisa
menggunakan alat ini.

Soal pelatihan bantuan hidup dasar ini sendiri, saya
dengar sudah berlangsung selama lima tahun di
Indonesia. Selain di Makassar, di kota mana lagi
pelatihan ini diadakan?

Selain Makassar, kami juga sudah memberi pelatihan di
Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Di Indonesia, kami
memang sudah lima tahun. Tetapi, khusus di Makassar,
kami baru tiga tahun dengan bekerjasama dengan AMDA.

Selama ini, pelatihan masih lebih fokus terhadap para
dokter dan tenaga medis lainnya. Tahun ini, mulai
lebih dikembangkan untuk masyarakat umum. Semakin
banyak orang yang tahu, semakin bagus. Kalau ada orang
yang butuh pertolongan, tidak perlu menunggu dokter.
Setiap orang bisa memberikan pertolongan.

Kalau di Jepang sendiri, sudah berapa lama program ini
berlangsung?

Kalau diJepang, CPR ini sudah berlangsung selama
kurang lebih 20 tahun. Latarbelakangnya seperti yang
saya katakan tadi. Berawal dari banyaknya orang yang
menderita penyakit kardiovaskuler yang kesulitan
mendapatkan pertolongan dengan cepat. Padahal, caranya
tidak sulit-sulit amat.([EMAIL PROTECTED] co.id)

DATA DIRI

Nama Lengkap: Tetsuo Morita
Lahir: Hyogo, 10 Oktober 1958
Pekerjaan: Chief Director Hyogo Prefecture CPR
Promoting Society
Alamat: 1756, Ota, Taishi-cho, Ibo-gun, Hyogo
671-1511, Jepang
Istri: Sumiko
Anak: Yashuhiro, Aya

Pendidikan:
-Kobe Medical Treatment Technology College, Jepang,
1981 

____________ _________ _________ _________ _________ _________ _
Never miss a thing. Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo. com/r/hs

 


      
________________________________________________________ 
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! 
http://id.yahoo.com/

Kirim email ke