Semoga Yang dibenci oleh anggota millis Bukan Islam..tetapi Orang2..yang
Sok .....sambung joh.. [:D]

Peace

Wass

SZU
--- In gorontalomaju2020@yahoogroups.com, julis ibrahim
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Yang menjadi pertanyaan :
> Adakah dimilis ini, Orang yg mengaku islam yg membenci islam ?,
>
> Jawabannya :
> Ada
>
>
> ----- Pesan Asli ----
> Dari: Irwan Uno [EMAIL PROTECTED]
> Kepada: gorontalomaju2020@yahoogroups.com
> Terkirim: Rabu, 16 April, 2008 19:57:48
> Topik: [GM2020] Tulisan ini sangat inspiratif!
>
> Jangan-jangan, bukan Islam yang benci Krtisten, atau Kristen yang
benci Islam? Jangan-jangan model orang begini yang benci Islam?
>
> Guntur dan "Pembajakan" Sirah Nabi
> Senin, 10 September 2007
> Entah ingin mengulang terkenal sepeti Ulil Abshar atau tidak,
tulisannya yang mengatakan Nabi Muhammad ”dibesarkan”
Kristen ternyata hanya membajak
> Oleh: Qosim Nursheha Dzulhadi
>
> Tulisan Mohammad Guntur Romli, seorang aktivis Jaringan Islam Liberal
(JIL) (Kompas, 1 September 2007) menarik untuk dicermati. Setelah
membaca tulisannya yang lumayan panjang itu, penulis berkesimpulan bahwa
Guntur ingin menyatakan bahwa Nabi Muhammad tumbuh dan
‘dibesarkan’ oleh milieu Kristen. Artinya, lingkungan dan
kaum cerdik pandai Kristen punya andil yang cukup vital terhadap pribadi
dan nubuwwah (kenabian) Nabi Muhammad SAW. Tentu saja tulisan tersebut
‘menarik’: perlu dicermati dan dikritisi.
> Maryam dan Yesus di Ka‘bah
> Mengutip Muhammad bin Abdillah al-Azraqi â€" dalam Akhbar Makkah
â€" Guntur menyatakan bahwa terdapat “gambar dan arca Isa
(Yesus) dan ibunya, Maryam (Maria) di Ka‘bah”. Benarkah
demikian?
> Sejarawan Muslim terkemuka, Ibnu Katsir (w. 774 H) membeberkan
â€" dengan panjang lebar â€" situasi dan kondisi ketika Fathu
Makkah dalam bukunya yang terkenal, al-Bidayah wa al-Nihayah. Beliau
menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW memang melihat patung nabi Ibrahim
as. dan Maryam (Maria) di Ka‘bah. Tapi, dia tidak menyebutkan
adanya arca Isa (Yesus) di sana. Ketika melihat gambar keduanya, beliau
berkata, “Dan mereka sudah mendengar bahwa malaikat tidak akan
masuk ke dalam rumah (bait) yang di dalamnya terdapat gambar Ibrahim.
Lalu bagaimana pula seandainya gambar ini memanah â€" mengundi
nasib dengan anak panah.” (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah,
1998, 4: 698). Justru di sini Nabi SAW tidak setuju adanya patung kedua
orang yang dimuliakan itu.
> Kenapa saya mengutip Ibnu Katsir? Karena beberapa buku yang dikutip
oleh Guntur masih diragukan validitasnya, seperti al-Halabi dan Ibnu
Jarir al-Thabari. Buku sirah Ibnu Hisyam (w. 218 H) yang paling otentik
pun tidak ada menyebutkan patung Maryam dan Isa (Yesus). Yang disebutkan
hanya gambar para malaikat, nabi Ibrahim as. dan yang lainnya. Nabi SAW
akhirnya marah dan mengatakan, “Mereka telah menjadikan
‘syaikh’ kita mengundi nasib dengan anak panah. Ibrahim
tidak ada kaitannya dengan pengundian nasib seperti itu.” Lalu
beliau membaca ayat, “Ibrahim itu bukan seorang Yahudi tidak pula
Kristen, melainkan orang yang hanif (lurus) dan menyerahkan diri
(muslim), tidak pula seorang yang musyrik (Ali Imran: 67).” Lalu
beliau menyuruh agar seluruh gambar-gambar itu diubah (dihapus). (Ibnu
Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, tahqiq dan syarh: Musthafa al-Saqa,
Ibrahim al-Abyari dan Abd al-Hafizh Syalabi, 1997, 4: 61).
> Pendapat Ibnu Hisyam ini mengandung dua kemungkinan. Pertama, kata
“yang lainnya” (ghairuhum), menunjukkan adanya
‘lukisan/gambar’ Maryam dan Isa (Yesus), bukan
“arca” Maryam dan Yesus seperti pendapat yang
di‘comot’ Guntur. Kedua, Nabi SAW tidak membiarkan
gambar-gambar tersebut (para malaikat, nabi Ibrahim dan yang lainnya)
menghiasi dinding Ka‘bah). Maka, gambar-gambar itu pun
dihilangkan. Jadi, tidak benar jika arca â€" pendapat yang dikutip
Guntur â€" tersebut baru hancur pada masa Yazid bin Muawiyah. Hal
ini dikuatkan dengan fakta historis, bahwa pada masa Yazid ibn Muawiyah
tidak pernah dibicarakan masalah penghancuran gambar-gambar (arca)
tersebut.
> Afirmasi Al-Qur’an
> Al-Qur’an (Qs. Al-Ma’idah: 82), menurut Guntur, mengakui
kedekatan orang Kristen dengan Muhammad. Tentu kita tidak menyangkal
fakta historis ini, tapi ini perlu dilihat secara jeli dan
‘jurdil’, tidak asal afirmasi. Benar sekali bahwa Waraqah
bin Naufal, kakak sepupu Khadijah sebagai orang Kristen, namun Kristen
yang masih mengikuti millah Ibrahim yang hanif. Tapi, pengakuan Waraqah
tentang kenabian Nabi SAW perlu dilihat dengan kritis. Setelah berbicara
tentang sosok Jibril yang datang kepada Nabi SAW di Gua Hira’,
Waraqah menyatakan: “Jika itu benar wahai Khadijah, berarti
Muhammad adalah “Nabi umat ini”. Dan aku sudah tahu bahwa
dia adalah seorang nabi yang ditunggu-tunggu (nabiyyun yuntazhar) oleh
umat ini. Ini adalah masanya.” (Ibnu Hisyam, al-Sirah
al-Nabawiyyah, 1988, 1: 228).
> Peristiwa “Gua Hira” itulah yang disebut oleh Waraqah
sebagai “Namus” alias “rahasia” yang pernah
turun kepada Musa. Lalu Waraqah berikrar: “Amboi, seandainya aku
ketika itu â€" ketika Nabi SAW dimusuhi oleh kaumnya dan
dikeluarkan dari Mekah â€" kuat (kokoh) dan hidup ketika kaummu
mengeluarkanmu.” “Apakah mereka akan
mengeluarkanku?” tanya Nabi SAW. “Ya, tidak ada seorang
pun yang datang membawa seperti apa yang engkau bawa kecuali dimusuhi.
Seandainya umurku sampai pada masamu itu, niscaya aku akan menolongmu
sekuat tenagaku.” (Wa in yudrikuni yaumuka, anshuruka nashran
mu’azzaran). (Ibnu Katsir, al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 3: 6).
> Di sini, Waraqah mengakui bahwa Nabi SAW adalah “nabi akhir
zaman”: nabi umat ini. Jika Waraqah hidup pada masa risalah dan
kenabian beliau, kemungkinan besar akan memeluk Islam.
> Juga tidak benar jika Nabi SAW berjalan-jalan di pasar tujuannya
adalah menyimak dan mengamati seluruh kegiatan pasar yang berfungsi pula
sebagai “festival kebudayaan” (Qs. Al-Furqan: 7). Ini
adalah pemahaman salah Guntur terhadap ayat. Padahal maksud ayat di atas
adalah penjelasan tentang sifat kemanusiaan (basyariyyah) Rasul SAW.
Karena orang-orang kafir menolak bahwa “seorang nabi”
tidak selayaknya melakukan hal-hal seperti manusia biasa: mencari rizki
di pasar-pasar. Oleh karena itu â€" dalam ayat tersebut â€"
orang-orang kafir menyangkal: “Wa qalu: ‘Ma lihadza
al-rasuli ya’kulu al-tha‘ama wa yamsyi fi
al-aswaq...” (Kenapa rasul ini makan makanan dan berjalan-jalan
di pasar (mengais rizki) di pasar-pasar. ...?) Apa yang dilakukan Guntur
adalah “pembajakan makna dan subtansi ayat”, dan ini
sangat tidak ilmiah dan tidak sepatutnya terjadi.
> Guntur kemudian menyebutkan dua pusat kekristenan: Yaman dan Syam;
yang menjadi tujuan niaga kafilah Quraisy. Yaman dikuasai oleh dinasti
Habsyah (Etiopia) yang mengikuti aliran monopisit-koptik, sedangkan Syam
diperintah oleh dinasti Ghassan yang mengikuti aliran monopisit-yakobis.
Muhammad telah mengunjungi dua kawasan itu ketika masih remaja bersama
kafilah pamannya, dan saat jadi buruh niaga Khadijah, demikian tulis
Guntur. Yang ingin disampaikannya adalah: Muhammad telah terpengaruh
oleh tradisi Kristen di kedua wilayah itu sejak dini.
> Sejatinya, ketika Rasul SAW pergi â€" ketika berumur 12 tahun
â€" ke Syam bersama pamannya, Abu Thalib, pendeta Buhaira justru
menerangkan tentang tanda-tanda kenabian Rasul SAW. (Ibnu Katsir,
al-Bidayah wa al-Nihayah, 1998, 2: 630).
> Buku-buku sirah tidak menyebutkan keterpengaruhan beliau dengan budaya
(tradisi) Kristen yang ada di sana. Ibnu Hisyam sendiri menyebutkan
Buhaira malah bertanya atas nama Lata dan ‘Uzza kepada Nabi SAW,
kemudian beliau menolak kedua nama tuhan orang kafir Quraisy itu. Nabi
sejak dini sudah membenci kedua sosok tuhan itu. Akhirnya Buhaira
menuruti kata Nabi SAW dan mengganti nama Lata dan ‘Uzza dengan
kata “Allah”. Setelah Nabi SAW menjawab pertanyaan
Buhaira, terjadilah dialog yang cukup panjang antara dia dengan Abu
Thalib: “Apa posisi anak ini bagimu?” “Dia
anakku”, jawab sang paman. “Dia bukan anakmu, sepertinya
bapak anak ini sudah tidak ada (wafat).” “Dia adalah anak
saudaraku”, jelas Abu Thalib. “Apa yang terjadi atas
ayahnya?” tanya Buhaira. Abu Thalib menjawab: “Ayahnya
telah meninggal, ketika ibunya mengandung dia.” “Anda
benar”, tegas Buhaira. “Bawa pulanglah anak saudaramu ke
kampung halamannya.
> Hati-hatilah terhadap orang Yahudi. Sungguh, jika mereka melihatnya
dan mengetahui apa yang aku ketahui, mereka akan bertindak tidak baik
kepadanya. Akan terjadi peristiwa besar (sya’nun ‘azhim)
kepada anak saudaramu ini. Cepatlah bawa dia pulang ke kampung
halamannya”, perintah Buhaira. (Ibnu Hisyam, al-Sirah
al-Nabawiyyah, 1997, 1: 219-220). Jadi, tidak ada interaksi dan proses
keterpengaruhan Nabi SAW oleh tradisi Kristen di Syam.
> Peristiwa kedua adalah ketika Nabi SAW membawa dagangan Khadijah
bersama Maisarah. Sesampainya di sana, beliau kemudian bersandar di
bawah sebatang pohon dekat gereja seorang pendeta â€" namanya
Nestor [Nestorius]. Kemudian pendeta itu bertanya kepada Maisarah:
“Siapa orang yang berteduh di bawah pohon ini?”
“Dia adalah seorang laki-laki dari suku Quraisy, keluarga
pengurus ‘al-Haram’ (Ka‘bah)”, jawab
Maisarah. “Tidak ada seorang pun yang datang berteduh di bawah
pohon ini, kecuali dia (adalah) seorang nabi”, kata Nestorius.
(Ibnu Hisyam, ibid: 1: 225). Di sini pun tidak ada proses interaksi yang
bisa dijadikan bukti kuat bahwa Nabi SAW terpengaruh oleh tradisi
Kristen. Sedangkan ke Yaman, Nabi SAW tidak pernah dikabarkan pergi ke
sana. Apalagi dikatakan bahwa beliau terpengaruh oleh tradisi Kristen
yang ada di sana.
> Beberapa Kritik
> Pendapat Khalil Abdul Karim, penulis Marxis Mesir, yang dikutip oleh
Guntur perlu dicermati dan dikritisi. Pasalnya, dia mengklaim bahwa
Khalil membeberkan pendapatnya berdasarkan sumber-sumber sejarah primer,
seperti al-Thabari, sirah Ibnu Ishaq, al-Ya‘qubi dan yang
lainnya.
> Khalil, kutip Guntur, dalam bukunya Fatrah al-Takwin fi Hayati
al-Shadiq al-Amin (Periode Kreatif dalam Kehidupan Muhammad) menyatakan
bahwa Khadijah adalah “arsitek” kenabian yang dibantu oleh
“komunitas intelegensia Kristen”. Mereka adalah Waraqah
bin Naufal, Qatilah, seorang rahibah, serta saudara sepupu mereka,
Utsman bin al-Huwairits, yang mengikuti aliran Kekristenan Bizantium
(Melkitis) hingga diangkat menjadi kardinal.
> Khadijah memiliki dua budak Kristen: Nashih yang jauh-jauh hari
meminta tuannya menikah dengan Muhammad, dan Maisarah yang bertugas
mengamati Muhammad dalam perniagaan ke Syam. Selain dengan anggota
keluarganya, Khadijah juga membangun korespondensi dengan beberapa
pendeta: Adas di Thaif, Buhaira di Bushra, Syam, dan Sirgius di Mekkah.
Itulah kutipan Guntur dari buku Khalil. Benarkah yang dikatakan oleh
Khalil dan Guntur?!
> Di sini Guntur tidak kritis dan tidak selektif dalam
‘mencomot’ pendapat Khalil. Waraqah, Utsman ibn
al-Huwairits, Abdullah ibn Jahsy, Zaid ibn Amru ibn Nufail ibn Abd
al-‘Uzza memprotes kebiasaan orang-orang Quraisy yang setiap
tahun merayakan hari raya mereka di depan salah satu patung (berhala)
mereka. Sebagian mereka berkata kepada yang lainnya: “Belajarlah,
sungguh kaum kalian tidak memiliki pegangan apa-apa! Mereka telah
menyalahai agama moyang mereka, Ibrahim! Apa itu batu yang mereka ukir;
tidak dapat mendengar dan melihat, tidak mampu mendatangkan bahaya dan
memberikan manfaat. Wahai kaum, carilah satu agama untuk kalian.
Sungguh, kalian tidak memiliki satu pegangan. Lalu mereka berpencar di
kota-kota besar untuk mencari agama yang lurus (al-hanifiyyah) , agama
Ibrahim. (Ibnu Hisyam, al-Sirah al-Nabawiyyah, 1997, 1: 259-260). Fakta
ini sangat menarik untuk diungkap.
> Waraqah sendiri menjadi kuat kedudukannya dalam agama Kristen;
Abdullah ibn Jahsy tetap dalam ketidakjelasan hingga masuk Islam dan
hijrah bersama kaum Muslimin ke Habasyah beserta istrinya, Habibah binti
Abi Sufyan. Ketika sampai di Habasyah, dia masuk Kristen; meninggalkan
Islam dan mati dalam keadaan Kristen. Sedangkan Utsman ibn al-Huwairits,
pergi mendatangi Kaisar, raja Romawi dan memeluk Kristen, sehingga
mendapat kedudukan yang baik di Romawi. Dan Zaid ibn Amru memilih
‘tawaqquf’: tidak memeluk Yahudi juga â€" tidak
memeluk â€" Kristen. (ibid: 260 & 261). Jadi, orang-orang yang
disebutkan oleh Khalil pada awalnya tidak punya agama yang tetap, justru
mereka sepakat untuk mencari ‘Hanifiyyah Ibrahim’. Dan
tidak pernah disebutkan bahwa mereka mempengaruhi keyakinan (akidah),
ritual ibadah dan tradisi agama Nabi SAW. Malah Khadijah akhirnya
membenarkan wahyu yang turun kepada beliau, dan memeluk Islam. Lalu
mengapa pendapat Khalil harus
> kontradiktif dengan pendapat Ibnu Hisyam dalam sirah, yang merupakan
‘revisi’ atas karya Ibnu Ishaq ini?!
> Perlu dicatat, bahwa Tarikh al-Thabari meskipun merupakan karya yang
“sarat nilai” kemungkinan banyak menampilkan
riwayat-riwayat yang diragukan dan banyak memuat dokumen-dokumen yang
tidak valid (watsa’iq ghair watsiqah) (Muhammad Hamidullah,
Majmu‘ah al-Watsa’iq al-Siyasiyyah li al-‘Ahd
al-Nabawiy wa al-Khilafah al-Rasyidah, Beirut, cet. VII, 2001: 29).
> Hamidullah sendiri mengakui bahwa buku al-“Kharraj”
karya Abu Yusuf dan “al-Sirah al-Nabawiyyah” karya Ibnu
Hisyam merupakan dua karya yang paling awal, paling hati-hati dan paling
otentik. Karena al-Thabari, menurut Prof. Dr. Akram Dhiyauddin Umari,
sering menyebut suatu peristiwa yang diriwayatkan oleh perawi yang
sangat lemah sekalipun, seperti Hisyam ibn Kalbi, Saif ibn Umar
al-Tamimi, Nasr ibn Mazahim, dan lainnya. (Prof. Dr. Akrham Dhiyauddin
Umari, Madinan Society at the Time of the Prophet: Its Characteristics
and Organization (Masyarakat Madani: Tinjauan Historis Kehidupan Zaman
Nabi), Terjemah: Mun’im A. Sirriy, GIP, 1999: 37).
> Oleh karena itu, usaha Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa al-Nihayah
merupakan usaha yang sangat selektif dalam mengurai peristiwa sejarah,
dibanding al-Thabari. Karya Ibnu Katsir ini, menurut Umari, merupakan
satu karya agung dalam bidang sejarah dan memuat bagian tertentu yang
secara khusus membahas sirah. Ibnu Katsir merupakan salah seorang imam
besar yang dengan cermat meneliti teks-teks. Al-Dzahabi, Ibnu Hajar dan
Ibnu Imad al-Hanbali menganggapnya sebagai ulama yang dapat dipercaya.
(ibid: 58).. Tapi buku ini sama sekali sekali tidak dirujuk oleh Khalil,
konon lagi Guntur.
> Guntur lebih suka ‘mengekor’ kepada Khalil, yang
mencomot riwayat dari al-Sirah al-Halabiyyah karya Burhanuddin al-Halabi
(w. 841 H). Padahal buku ini banyak memuat kisah-kisah
isra’iliyyat. Burhanuddin al-Halabi tidak menyebut isnad
riwayat-riwayat, dan hanya sesekali menyebut perawi akhbar. (Umari,
ibid: 58-59). Buku Ansab al-Asyraf karya Ahmad ibn Yahya ibn Jabir
al-Baladhuri (w. 279 H), yang dikutip Guntur, dianggap lemah oleh para
ulama hadits (dha‘if). Ibnu Hajar (dalam karyanya, Lisan
al-Mizan) menulis biografinya dalam bukunya tentang
dhu‘afa’ ‘orang-orang lemah’. (Umari, ibid:
57).
> Hal penting yang harus digarisbawahi juga adalah masalah
“korespondensi” Khadijah dengan para pendeta yang
disebutkan oleh Khalil dan di‘taklid’ oleh Guntur.
Buku-buku sirah tidak membeberkan masalah ini. Apalagi dikatakan bahwa
Khadijah berkorespondensi dengan Adas â€" menurut Guntur seorang
pendeta. Adas adalah seorang Kristen dari Ninawi sekaligus
“budak” dua orang anak Rabi‘ah: ‘Utbah dan
Syaibah. Ketika Nabi SAW menjelaskan bahwa nabi Yunus adalah saudaranya
â€" dalam kenabian â€" Adas langsung mencium kepala beliau,
kedua tangan dan kakinya. (Lihat lebih detail, Ibnu Katsir, al-Bidayah
wa al-Nihayah, op. cit., 3: 147 & 148). Apa yang disebutkan oleh Guntur
adalah sebaliknya. Sirgius juga bukan di Mekah tempatnya. Sirgius adalah
nama lain dari Buhaira, seorang rahib Yahudi, seperti yang dituturkan
oleh al-Suhayli dari al-Zuhri. Dan menurut al-Mas‘udi, dia adalah
dari ‘Abd al-Qais. (ibid., 2: 691).
> Maka, tidak benar pendapat Guntur bahwa ketika Nabi SAW mendapat wahyu
pertama, Khadijah memiliki inisiatif mendatangi anggota kaum cerdik
pandai ketika itu satu persatu, dimulai dari Waraqah dan Sirgius di
Mekah, Adas di Thaif, hingga Buhaira di Syam. Apa yang disebutkan oleh
Guntur adalah pembajakan fakta historis. Apalagi buku al-Halabiyah yang
â€" banyak mengandung isra’iliyyat â€" dijadikan
rujukan bahwa Khadijahlah yang menguji wahyu yang turun kepada Baginda
Rasul SAW. Ini bukan saja disebut sebagai “pembodohan
umat” tapi “penyelewengan” yang tidak ilmiah, tidak
bisa dipertanggung- jawabkan dan tidak dapat dibenarkan. Wallahu
a‘lamu bi al-shawab.
> * Penulis adalah alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo. Penulis juga
peminat studi Qur’an-Hadits dan Kristologi. Sekarang menjadi staf
pengajar di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, Medan-Sumatera Utara/
www.hidayatullah. com]
>
>
> Dapatkan infor, tukarkan info, segalanya tentang S-size Bis, cari di
My-S-Biz
> Quality reading, find at Persembahan Tak Habis-habis & Dari Balik
Jendela
> blogs by ir1uno
>
>
>
> Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try
it now.
>
>
>
> ________________________________________________________
> Bergabunglah dengan orang-orang yang berwawasan, di di bidang Anda!
Kunjungi Yahoo! Answers saat ini juga di http://id.answers.yahoo.com/
>


Kirim email ke