Jodoh Memang di Tangan Tuhan  19 Jul 08 06:41 WIB
    Kirim teman
  Oleh Astri Kuntadi
   
  Siang itu saya didatangi dua orang sahabat, mantan teman sekerja di 
Jogjakarta. Kami melepas rindu saling bercerita silih berganti dengan 
antusiasme tinggi mengenai keadaan kita masing masing saat ini. Maklum 2 th 
lebih kita dipisahkan oleh cita masing masing. Segelas es syrup dan segenggam 
kacang goreng yang setia menemani perbincangan kita, menambah harmonis nya 
suasana siang yang terik itu.
   
  Lambat laun perbincangan mengarah juga ke masalah jodoh. Kebetulan salah 
seorang sahabat tersebut masih single meskipun usianya sudah lebih dari 35 th, 
usia ‘rawan’ untuk wanita menurut sebagian orang bila belum juga menikah. 
Seribu tanya mulai terlontar dalam benakku, bukankah Allah telah menciptakan 
manusia dalam keadaan berpasang pasangan? Bukankah jodoh itu memang telah 
digariskan Tuhan, lantas mengapa ada hambanya yang setidaknya kasat mata telah 
memenuhi syarat untuk menikah belum juga dipertemukan dengan jodohnya? Bahkan 
ada yang sampai meninggalkan kefanaan dunia tanpa pendamping semasa hidupnya. 
Apakah ada manusia yang memang ditakdirkan untuk tidak menikah?
   
  “Hei, kok melamun!”, teguran sahabatku itu menyadarkanku. ”Eh enggak ini 
kacang gorengnya renyah banget ya..., ” jawabku asal saat itu, tidak enak hati 
karena dia lah yang sedang aku lamunkan. Berhubung pertanyaan seputar jodoh 
masih saja berkecamuk di kepala, akhirnya dengan hati-hati kutanyakan juga pada 
sahabatku itu. ”Iya nih, belum ketemu jodoh, ”jawabnya enteng saat kutanyakan 
mengapa masih juga sendiri. ”Tolong carikan dong....yang sholeh, yang ganteng, 
yang pinter dan kaya ya, ”rajuknya menambahkan. 
  Waduh! Pikirku, apakah ini ya yang membuat sebagian orang sulit jalannya 
menemukan jodoh? Mereka mematok kriteria yang cukup tinggi dalam menentukan 
pasangan hidupnya. Meskipun sah sah saja dan memang harus begitu ya. Setiap 
orang pasti menginginkan yang terbaik. Tapi kembali lagi pada kenyataan, apakah 
benar ada manusia yang sesempurna itu?
   
  Melihatku terpaku dengan pikiranku sendiri, kembali sahabatku tidak 
membiarkanku melamun berlama lama. ”Aku sudah berusaha, sudah banyak cara aku 
tempuh dalam usaha mencari pendamping hidupku ini, siapa sih yang ingin hidup 
sendiri, sementara teman teman yang lain banyak yang sudah menimang anak, 
bahkan dua seperti kamu ini ”ujarnya dengan mimik serius. ”Manusia itu kan 
tugasnya hanya ikhtiar dan berdoa, tawakal, kemudian sisanya terserah Allah 
yang memutuskan. Allah menciptakan makhluknya berpasang-pasangan pastilah tidak 
sebatas hanya di dunia saja, kalau jodoh itu belum didapat di dunia ini, 
mungkin saja sudah dipersiapkan jodoh di akhirat nanti. Allah lebih tahu hikmah 
dari sebuah peristiwa, ”tambahnya dengan senyum penuh arti.
   
  Saya salut akan jalan pikirannya yang amat positif menerima ketentuan Allah. 
”Tapi apakah bisa dibilang hidupmu belum sukses karena belum berkeluarga? 
”tanyaku ingin menggali lebih dalam sejauh mana kepiawaiannya memaknai 
kesabaran. ”Kesuksesan dalam hidup ini menurutku bukan tergantung seseorang 
mempunyai jodoh atau tidak di dunia ini, atau pangkat yang tinggi atau uang 
yang banyak, tetapi siapa yang nantinya dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke 
dalam Surga, maka mereka itulah orang-orang yang sukses, yang menang, 
”jawabnya. ”Janganlah kita hidup di dunia ini untuk menderita di akhirat nanti, 
sayang sekali kan, ”tambahnya. Saya hanya bisa mengangguk-angguk kagum.
   
  Kuteguk es syrup yang tinggal setengah gelas, sejuknya menyelimuti 
kerongkongan, segarnya melenyapkan dahaga. Entah mengapa perbincangan siang itu 
membawa nuansa lain untukku dalam menyikapi kehidupan. Ada manusia yang belum 
juga menikah meski berusia lanjut dan terlihat menderita sekali hidupnya, 
kesepian dan tak jarang berperangai kurang menyenangkan bagi sekelilingnya.
   
  Ada juga yang ridho menerima ketetapan Illahi, senantiasa positif thinking 
kepQS. Al-Baqarah/2: 216 yang artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, 
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, 
padahal ia amat buruk bagimu;” ada Allah. Sebetulnya manakah yang harus 
dipilih? Sejenak bila kita renungkan baik baik Pastilah insya Allah kita akan 
ringan menjalani setiap ketetapan dari Allah sang Maha Penyayang. Juga mengenai 
perihal perjodohan, yakinlah bahwa itu menang di tangan Tuhan.
   


       
---------------------------------
 Not happy with your email address?
  Get the one you really want - millions of new email addresses available now 
at  Yahoo!

Reply via email to