Terry Holdbrooks: Masuk Islam Ketika Bertugas di Kamp Guantanamo
Cetak |  Kirim |  RSS Jumat, 17/04/2009 17:54 WIB
Prajurit AS Terry Holdbrooks baru enam bulan bertugas di kamp penjara 
Guantanamo, Cuba. Seperti penjaga lainnya, tugasnya adalah menjaga dan 
mengawasi para tahanan, mendampingi tawanan yang sedang diinterogasi, 
berkeliling sel dan memeriksa tahanan agar tidak saling bertukar pesan dengan 
tahanan lainnya. Tapi malam itu, di awal tahun 2004, Holdbrooks yang sedang 
dapat shift jaga malam, merasakan malam berjalan begitu lambat dan membosankan. 
Tapi siapa yang mengira, malam itu menjadi malam bersejarah baginya karena 
membawanya pada agama Islam.
 
Untuk menghilangkan rasa bosan setelah berkeliling memeriksa seluruh sel, 
Holdbrooks berbincang-bincang dengan seorang tahanan berkebangsaan Maroko yang 
dikenal dengan julukan "Jenderal". Meski baru enam bulan bertugas di kamp 
Guantanamo, persahabatan antara Holdbrooks dan sang "Jenderal" yang nama 
aslinya Ahmed Errachidi, cukup dekat.
 
Saat itu hampir tengah malam, perbincangannya dengan Errachidi membuat 
Holdbrooks merasa makin skeptis tentang kamp penjara Guantanamo dan ia mulai 
memikirkan masa depan hidupnya. Holdbrooks lalu memesan buku-buku tentang Arab 
dan Islam.
Masih di awal tahun 2004, suatu malam, Holdbrook kembali berbincang-bincang 
dengan "Jenderal" kali ini tentang kalimat syahadah dalam Islam, sebagai 
pernyataan seseorang bahwa dirinya seorang Muslim. Malam itu, Holdbrooks 
memberikan pena dan selembar kartu index lewat celah jeruji penjara dan meminta 
sang "Jenderal" untuk menuliskan kalimat syahadah dalam bahasa Arab dan artinya 
dalam bahasa Inggris. Holdbrooks kemudian membaca kalimat syahadah dengan 
lantang, saat itulah, di lorong sel kamp Delta di Guantanamo, Holdbrooks 
menjadi seorang Muslim.
 
Cuma setahun, Holdbrooks bertugas di kemiliteran AS, tahun 2005 ia meninggalkan 
Jabatan Pertahanan Amerika. Dalam beberapa wawancara dengan Newsweek, ia dan 
beberapa mantan pejaga penjara kamp Guantanamo mengakui tindakan kejam dan 
penyiksaan terhadap para tahanan di kamp tersebut. Namun ia juga mengungkapkan 
adanya interaksi yang baik antara sejumlah penjaga dengan para tahanan. Mereka 
sering berbincang tentang politik, agama bahkan musik. Hal itu diakui Errachidi 
yang mendekam di kamp Guantanamo selama lima tahun dan dibebaskan tahun 2007.
 
"Para tahanan biasanya ngobrol dengan para penjaga yang menunjukkan sikap 
hormat pada para tahanan. Kami bicara soal apa saja, hal-hal yang biasa dan 
hal-hal yang sama-sama menarik perhatian kami," kata Errachidi dalam email yang 
dikirimnya dari Maroko ke majalah Newsweek, menguatkan keterangan Holdbrooks.
Terry Holdbrooks adalah produk keluarga yang bermasaalah. Ia tumbuh dewas di 
Phoenix, kedua orangtuanya adalah penagih dadah dan Holdbrooks sendiri seorang 
penagih minuman keras, sebelum bergabung dengan militer AS pada tahun 2002. 
Menurut TJ-panggilan akrab Holdbrooks-ia memutuskan memasuki tentera karena 
tidak ingin hidupnya berakhir seperti orangtuanya.
Holdbrooks adalah jenis anak muda yang hanya menuruti kata hati dan sedang 
mencari kestabilan dalam jiwanya. Seumur hidupnya, ia jarang bersentuhan dengan 
masalah keagamaan. Tak disangka, di kamp Gitmo ia justeru berteman dengan 
seorang tahanan yang taat dengan ajaran agamanya. "Banyak orang Amerika yang 
tidak peduli lagi dengan Tuhan, tapi di tempat seperti ini (kamp Gitmo) para 
tahanan dengan taat menunaikan salat," kata TJ.
 
Ketika Holdbrooks mengungkapkan keinginannya memeluk agama Islam, "Jenderal" 
Errachidi mengingatkannya bahwa menjadi seorang muslim adalah sebuah keputusan 
yang sangat serius, apalagi di kamp Guantanamo. "Errachidi ingin memastikan 
bahwa saya paham betul apa yang sedang saya bicarakan," kenang Holdbrooks. 
Namun ia tetap memutuskan menjadi seorang Muslim dan ia hanya memberitahu 
kemuslimannya pada dua rekan sekamarnya.
 
Para tentara lainnya mulai mencium adanya perubahan pada Holdbrooks karena 
mereka mendengar para tahanan memanggil Holdbrook dengan nama "Mustapha" dan 
melihat Holdbrooks dengan terang-terangan belajar bahasa Arab. Hingga suatu 
malam, kepala regunya memanggil ke sebuah lapangan dimana sudah ada lima 
penjaga lainnya. "Mereka mulai berteriak pada saya dan menanyakan apakah saya 
seorang pengkhianat, apakah saya beralih," tutur Holdbrooks. Dan malam itu, 
kepala regunya meninjunya, begitu juga dua penjaga lainnya.
 
Holdbrooks kemudian dikucilkan dan ia dipindahkan ke Ford Leonard Wood. Tapi 
beberapa bulan kemudian ia menerima surat pemberhentian secara hormat dari 
kemiliteran, dua tahun sebelum kontraknya dengan kemiliteran berakhir. Pihak 
militer AS tidak memberikan alasan ataupun penjelasan atau "pemecatan"nya itu.
 
TJ kembali ke Phoenix dan kembali ke kebiasaan lamanya, minum-minuman keras. Ia 
juga menceraikan istrinya. Kebiasaan minum alkohol akhirnya membawa Holdbrooks 
ke rumah sakit. Tak terduga, Holdbrooks kembali bertemu dengan Errachidi yang 
ternyata juga mengalami persoalan menyesuaikan diri setelah dibebaskan dari 
kamp Guantanamo. Dua sahabat ini saling berkirim email dan menyambung kembali 
persahabatan yang terputus.
Tiga bulan yang lalu, Holdbrooks yang kini berusia 25 tahun, berhasil 
menghentikan kebiasaan minumnya. Ia juga mendapatkan pekerjaan sebagai 
konsultan pendaftaran di Universitas Phoenix. Di dekat universitas ada sebuah 
masjid sekaligus pusat kegiatan Islam, Tempe Islamic Center. Holdbrooks rajin 
datang ke masjid itu untuk menunaikan salat berjamaah.
Ketika imam masjid Tempe Islamic Center, Amr Elsamny yang asal Mesir 
mengenalkan Holdbrooks pada seluruh jamaah dan menjelaskan bahwa Holdbrooks 
masuk Islam saat bertugas di kamp Guantanamo, para jamaah berebutan menyalami 
Holdbrooks.
Holdbrooks kini menjalankan ajaran Islam dengan taat. Bekas luka panjang di 
dahinya, hampir tak kelihatan karena tertutup kopyah yang selalu dikenakannya. 
"Saya selalu berpikir bahwa kamp penjara Guantanamo dijaga oleh tentara-tentara 
yang bengis dan kejam. Saya tidak berpikir bahwa ada tentara seperti TJ, yang 
justeru mendapat hidayah Islam di sana," komentar Imam Amr Elsamny, tentang 
Holdbrooks. (ln/iol/NW)
Dakwah Non Muslim
 
Aisha Robertson, Kehangatan Umat Islam Menuntunnya Menjadi Seorang Muslimah
        * Abdul Hakeem Heinz: Islam Mengisi Hatiku
        * Catatan Pengajian di Bumi Sakura (2): Tantangan Dakwah di Negara Maju
        * Luna Cohen, Yahudi Maroko Menemukan Kebenaran Islam
        * Konsep Trinitas Tak Masuk Akal, Kathryn Memilih Islam


      

Kirim email ke