Rekan- rekan yth,
Maaf baru mulaiaktif lagi, maklum ada pekerjaan yangharus diselesaikan,
jadi baru sekarang saya sempatkan untuk sharing kan mengenai kunjungan
eskursi ke G padang  tempohari.
Pada kesempatan pertama saat mendiskusikan surface condition, saya
simpulkan bahwa seluruh G Padang yang di atasnya ada situs adalah weathered
lidah lava dengan lava yang berstruktur kekar kolom. Jadi materi permukaan
G Padang adalah batu- batu kolom bercampur residual soil hasil pelapukan
dari batuan lava itu sendiri. Pengamatan di lobang gali yang dibuat TTRM
lebih menguatkan interpretasi surface yang saya sharingkan sebelumnya,
tolong baca email saya sebelumnya. Penjelasannya adalah sbb:
1. Pengamatan di paritan lereng timur yg lebih landai isi dari paritan
adalah batu- batu kolom memanjang yang tersusun hampir horisontal di dalam
matriks lempungan. jarak batu kolom satu sama lain tidak sama, artinya
ketebalan matriks juga tidak seragam, bahkan ada matriks yang
berlapis-lapis antara warna gelap dan terang tipis-tipis. Pengamatan di
lobang yang lain, yaitu di atas teras 4 maupun teras 5 juga konsisten
seperti itu, Pengamatan di paritan lereng barat yang terjal sedikit
berbeda, selain matriks lempungan juga ditemukan matriks pasiran dan adanya
struktur spheroidal weathering yang memberikan bukti lebih kuat lagi bahwa
matriks lempungan dan pasiran ini betul- betul in-situ residual soil hasil
pelapukan dari lava itu sendiri. Kontak yang tajam antara batu kolom dan
matriks lempungan dikarenakan adanya struktur kekar- kekar kolom yang
bertindak sebagai "pembatas" antara satu batu kolom dengan batu kolom
lainnya dalam merespons proses pelapukan. Dengan demikian kesimpulan saya
adalah matriks lempungan ini adalah natural residual soil bukan berasal
dari tempat lain hasil pemindahan secara alamiah maupun man made cement (?).
2. Isu krusial lain adalah posisi batu kolom yang hampir semuanya
horisontal. Apakah disusun manusia ataukah natural? Secara natural, posisi
sumbu panjang kekar kolom bisa ke arah mana saja, bisa miring, vertikal
ataupun horisontal, jadi menurut saya normal saja kalau arah yang
tersingkap dari penggalian- penggalian menunjukkan horisontal. Untuk
mengetahui lebih baik harus dicari ke seluruh lereng gunung distribusi arah
sumbu panjang kekar kolom supaya dapat di plot polanya.
3. Data resistivity yang ditampilkan rekan DHN sungguh data yang sangat
berharga. Penampang resistivity menunjukkan adanya lapisan- lapisan tipis
TERUTAMA DI DEKAT PERMUKAAN yang ditafsirkan DHN sebagai antiklin. Saya
tidak sependapat bahwa itu antiklin. Menurut saya itu adalah batuan masif
lava basalt yang mengalami pelapukan, makin intens pelapukan, proporsi batu
terhadap matriks akan makin meningkat yang akan  menghasilkan harga
resistivity berbeda- beda sehingga memberikan kesan layering, dan
distribusi layering ini batas satu layer terhadap layer di bawahnya
mengikuti topografi, dan ini sesuai dengan prinsip pelapukan yang makin ke
bawah makin lemah intensitasnya. Karena topografi nya cembung ke atas maka
rekan DHN meng interpretasi sebagai antiklin (?). Sayangnya saya tidak
sempat melihat core karena sudah terlalu sore sehingga tidak bisa
mengomentari core tsb.
4. Kesimpulan saya adalah sulit untuk mempercayai matriks sebagai semen
buatan manusia yang dibuat untuk merekat batu kolom. Bagaimana mungkin di
tempat penggalian itu semen lebih tebal daripada yang disemen? Lalu ada
semen yang berlapis-  lapis tipis, setahu saya semen pada umumnya homogen
dan porsinya pasti lebih sedikit (tipis) dibandingkan yang di semen (batu
kolom)? Selain itu, sulit dimengerti kenapa semen ini ada yang tipis
sekali, tetapi di sebelahnya sangat tebal? Kalau man-made biasanya lebih
besar faktor keteraturannya, yaitu jarak antar batu akan sama atau hampir
sama untuk membuat struktur yang lebih baik.
Sementara ini saja sharing dari saya.
Salam,
YSY

----------------------------------------------------

----------------------------------------------------
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
----------------------------------------------------
Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
----------------------------------------------------
Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
----------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 
posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 
In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited
to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 
from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 
any information posted on IAGI mailing list.
----------------------------------------------------

Kirim email ke