Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Ismail" <lia...@indo.net.id>
Date: Fri, 26 Oct 2012 23:07:33 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: Harus siap kapanpun, belajar dari booming shale 
gas.

Kata kuncinya “ Jaminan ketersediaan energi “ 
Dalam kasus ketidaktersediaan gas untuk PLN dan Industri dalam negeri ini 
karena tdk adanya jaminan , atau karena masalah harga semata,“ wani piro“ 
barangnya ada tapi harga belum cocok { produksi gas masih lbh besar drpada 
kebutuhan DN , ini berbeda dg minyak }

Dalam kontek SDA ada mineral , mining dan economic right,  Mineral dan mining 
harus dikuasai oleh negara { kuasa pertambangan } untuk melaksanakan kuasa 
pertambangan diberikan kpd pihak lain dg dikendalikan  kontrak {KKS} spt 
sekarang ini , apakah ini sama dg memberikan Kuasa Pertambangan kpd pihak lain 
{ Asing }  atau ini. semata masalah economic right. Kalau ini masalah economi 
berarti diperpanjang maupun tidak diperpanjang kontrak tsb itu krn pertimbangan 
ekonominya , lbh kpd azas manfaat daripada azas menguasai {.ibaratnya kalau 
kita punya mobil kita sopiri sendiri cari penumpang atau kita sewakan saja biar 
orang lain yg nyopiri kita terima setoran saja  meskipun kita pandai sekali 
nyopirnya mana yg paling menguntungkan.}

 Kalau kontrak itu dimaknai sbg Pemberian/pengalihan   Kuasa Pertambangan { 
mineral/mining right} ini yg tdk boleh .
Bagaimana kalau pengendalian tsb tidak berupa Kontrak tapi berupa pemberian 
Izin { IUP } , kalau ini dilakukan maka pengaturannya sama dg Minerba dan Pabum
Negara/pemerintah hanya memberikan izin 
Tidak berkontrak sbgmana di migas , meskipun sama sama G to B tapi lain 
hubungannya


Sent by Liamsi's Mobile Phone

-----Original Message-----
From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com>
Date: Fri, 26 Oct 2012 22:18:58 
To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: [iagi-net-l] Re: Harus siap kapanpun, belajar dari booming shale gas.

On Friday, October 26, 2012, Ismail wrote:

> **
> Apa sih Kemandirian Eneergi itu , apa Dikelola sendiri , dimodali sendiri,
> dikerjakan sendiri dan dpakai sendiiri
> ,Kemandiriaan energi itu bahasa normatifnya Bagaimana Penjabarannya dalam
> pelaksanaanya
>

Dalam pandangan awam dan mudah, Mandiri artinya "tidak ada ketergantungan
dengan pihak lain".  Ini merupakan sebuah kata ideal, didalamnya mengandung
makna cita-cita. Lah mana mungkin orang tidak tergantung sama yg lain.
Mandiri secara iseng bisa diartikan Mandi Sendiri. Nah apakah mau mandi
bareng-bareng tetapi nyabuni awake dewe-dewe bisa disebut mandi sendiri ?
Lah monggo saja. Kalau itu tetep saja ada makna isin atau malu.

Ketahanan energi, menurut saya, adanya "jaminan ketersediaan" supply.
Dalam kemandirian energi ada makna supplynya dari hasil kerja kita sendiri.
Dengan tidak ada, minimnya, ketergantungan pihak lain. Negara-negara maju
sepertinya lebih mementigkan ketahanan energi ketimbang kemandirian energi,
mereka dapat menjelajah negeri lain untuk memastikan jaminan pasokan untuk
negeri mereka. Ntah melalui investasi, atau bahkan aneksasi, kalau
menggunakan kekuatan militer untuk menjamin pasokan utk negerinya.

Memang penjabarannya bisa macam-macam, tetapi dalam hati kita tentunya
mengerti apaan sih mandiri. Mandi sendiri atau makan sendiri ?

Penjabaran dan pelaksanaannya ya tentu saja bukan kompetensinya ahli
geologi saja, menurut saya geologist berkompeten (dan bertanggung jawab)
dalam sisi supply sumber energi. Kalau supply energinya amburadul yang
perlu ditanya duluan ya salah satunya ahli geologi. Kalau eksplorasinya
gagal atau minim, ya ahli geologinya salah satu yg harus bertanggung jawab.
Ya kita semua anggota IAGi ini.

Saya selalu saja disentil kang ADB untuk menggerakkan IAGI utk meningkatkan
kegiatan eksplorasi dengan konsep2 baru. Salah satu yg fundamental untuk
eksplorasi dengan konsep baru salah satunya adalah konsep tektonik barunya
manaa ? Mosok sejak tahun 70an konsep tektoniknya ga ada yg memperbaharui
konsepnya Pak Katili, Hamilton dll apakah pemahaan tektonik Indonesia ga
ada perubahan ?

Rdp

On Friday, October 26, 2012, Ismail wrote:

> **
> Apa sih Kemandirian Eneergi itu , apa Dikelola sendiri , dimodali sendiri,
> dikerjakan sendiri dan dpakai sendiiri
> ,
> Kemandiriaan energi itu bahasa normatifnya Bagaimana Penjabarannya dalam
> pelaksanaanya
>
> Sent by Liamsi's Mobile Phone
> ------------------------------
> *From: * Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com <javascript:_e({},
> 'cvml', 'rovi...@gmail.com');>>
> *Date: *Fri, 26 Oct 2012 17:10:47 +0700
> *To: *iagi-net@iagi.or.id <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'iagi-net@iagi.or.id');><iagi-net@iagi.or.id <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'iagi-net@iagi.or.id');>>
> *ReplyTo: * <iagi-net@iagi.or.id <javascript:_e({}, 'cvml',
> 'iagi-net@iagi.or.id');>>
> *Subject: *[iagi-net-l] Harus siap kapanpun, belajar dari booming shale
> gas.
>
> On Friday, October 26, 2012, kartiko samodro wrote:
>
> Iagi bisa mulai belajar management artis nih. Kalau cenceremet kayak saya
> saja punya planning 2 minggu kedepan, sekelas pak Ong/pak wamen/vp explo
> mungkin bisa 3/4 bln ke depan.... Jadinya tidak ada istilah ndilalah...
>
> Pelaksanaan diskusi tentang kemandirian pengelolaan SDa ini memang
> terkesan mendadak. Yg pasti memanfaatkan momentum Sumpahemuda yg sebenernya
> sudah dipersiapkan FGMI sebelumnya.
>
> Kalau soal planning dalam menghadapi issue yg hangat, saya kira berbeda
> antara mengadakan acara seminar dengan talk (panel) diskusi.
> Kalau dirunut balik, dua bulan lalu saja issue kemandirian energi ini
> tidak terdengar nyaring, syaup-sayup dibahas iya, tapi di milist ini tidak
> sekental hari ini, apalagi 4 bulan lalu. Issue kemandirian pengelolaan SDA
> memang banyak muncul sehubungan dengan berakhirnya kontrak salah satu blok
> pengusahaan migas. Dan herananya kenapa kok ya bersamaan dengan yang itu.
> Kalau melihat pernyataan IAGi yg juga tertulis dalam Berita IAGI terbaru,
> edisi agustus, maupun yg sebelumnya tentang kemandirian energi di sisi
> pertambangan,  disana disebutkan bahwa IAGI lebih berpikir besar dari
> sekedar satu blok saja.
> Dalam dunia pertambangan kekhawatiran IAGi sudah ditunjukkan dengan
> produksi batubara yg melimpah tetapi daya serap yg kurang. Apalagi saat
> harga batubara jatuh. Malah tadi sudah ada yg melontarkan PLN teriak
> kekurangan sumber bahan bakar (gas) dan terpaksa minum bbm.
>
> Siap kapanpun.
> Itu merupakan salah satu sikap yg mestinya dimiliki oleh IAGi terutama
> pengurusnya juga anggotanya. Mengejar potensi sring tidak teergantung
> rencana. Munculnya issue dua pekan lalu di milist inipun dipicu pernyataan
> wamen, yg tentusaja harus segera ditanggi sebelum mendingin.
>
> Pelajaran tentang turunnya harga gas di Amerika bukan yg benar-benar di
> "planning" dan kesiapan.
> Seingat saya .... tujuh hingga lima tahun lalu, hampir semua perusahaan
> migas besar SHELL, EXXON, BP dll mengumandangkan bahwa era masa depan
> adalah era gas, berganti dari minyak bukan karena habis potensinya, tetapi
> akibat sulitnya akses mereka ke negara-negara tertentu terutama Afrika dan
> terutama Negara muslim. Saat itu TIDAk ADA atau sangat sedikit yg berbicara
> unconventional gas, atau shale gas. Mereka masih lebih berkonsentrasi dan
> berbicara conventional gas ketimbang unconventional gas.
> Namun "ajakan" atau kumandangnya perusahaan migas ini diantisipasi serius
> oleh downstream industry, termasuk pabrik genset turbin gas, perusahaan
> kompor gas barangkali juga, untuk siap -siap menampung banjirnya gas yang
> akan datang. Artinya saat itu industry downstreampun sudah berjaga-jaga
> menerima gelontoran gas yang "dijanjikan" oleh perusahaan explorer migas
> diatas.
> Namun apa yg terjadi, gas yag dijanjikan oleh industri ep, barangkali
> termasuk Indonesia yg gembar-gembor "more gas from eastern Indonesia", juga
> tidak muncul. Justru SHALE GAS yg membanjiri pasaran. Bukan conventional
> gas !
> Pucuk dicinta ulam tiba, tiada gas conventional, gas unconventionalpun
> jadi. Apakah ini ndilalah atau kebetulan ? Menurut saya ini bukan hanya
> kendililalahan atau kebetulan dan keberuntungan semata, tetapi antisipasi
> dan motivasi yg didorong oleh sebuah kesamaan visi. Ya kesamaan visi utk
> berlari mengejar gas. Bagi kaum agamawan tentunya sering mendengar bahwa
> "rejeki itu datangnya dari yg tidak disang-sangka". Namun rejeki juga tidak
> dapat diperoleh bila "tidak dipersiapkan".
>
> indonesia ketika ada peredaran issue futu gas tidak mau mengantisipasi dan
> tidak mencoba mengikuti arus. Malah sekedar menunggu dan bahkan mencibir
> ... "Mana gasnya, ..... Mana gas nya". Gara-gara menunggu supply, akhirnya
> ketika gas dibutuhkan kita masih bemum siap dan belum memiliki irecieving
> terminal. Saat itu, lima tahun lalu, pembangunan recieving terminal di
> Indonesia banyak dicibir, karena ga bakalan dapet jatah dari Tangguh.
> Memang benar belum dapat jatah dari Tangguh sebagai supplier yg diharapkan,
> namun kalau saja saat itu dibangun recieving terminal saya yakin PLN tidak
> akan teriak seperti sekarang.
>
> Saya kira pelajaran yg perlu diambil adalah ... Kita harus selalu siap !
>


-- 
*"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*

Kirim email ke