Semakin banyak es mencair (from BBC)
[image: Gunung Es]
Semakin banyak es di Kutub Utara dan Selatan yang mencair*Walau terpencil
dan tidak bersahabat, wilayah kutub sejak lama menarik perhatian para
ilmuwan.( *

Jauh dibawah permukaannya yang beku, kutub menyimpan rahasia kuno bumi,
ketika es menutupi sebagian besar permukaan bumi.

Tetapi bersamaan dengan besarnya keinginan para ilmuwan untuk mempelajari
daerah ini, makin meningkat pula kekuatiran bahwa es di kedua kutub bumi
mencair dengan tingkat yang sangat cepat.

Ini jelas terlihat di laut Artik, lautan yang sangat dingin, yang mengitari
Kutub Utara, yang menimpa es abadi.

Seperti diketahui, di Kutub Utara dan Selatan terdapat dua jenis, yaitu es
musiman, yang terbentuk saat musim dingin tiba, dan es abadi, yang tebal dan
tidak mencair sepanjang tahun.

Namun penelitian selama 10 tahun terakhir menunjukkan penurunan dramatis
dalam es abadi.

Dr. Son Nghiem adalah ilmuwan di badan antariksa NASA, yang menggunakan
pantauan citra satelit untuk menentukan seberapa banyak es abadi yang cair.

"Yang kami amati adalah penurunan drastis es abadi dan luas penurunan bisa
dikatakan sangat luas. Pada tahun 2005 terjadi pengurangan hingga 14 persen
atau wilayah seluas Texas maupun Turki," tuturnya.

*Pola lama menghilang*[image: Kutub Selatan]
Diperkirakan es di kutub mencair dlam waktu 40 tahun

Sementara itu laju mencairnya es musiman di kawasan Artik juga semakin
meningkat saja dalam satu dasa warsa terakhir ini.

Biasanya setiap musim gugur, dengan arus dingin yang bergerak, maka daerah
yang mencair biasanya beku kembali. Tetapi pola seperti itu ternyata tidak
terjadi lagi terjadi.

Es musiman yang hilang di musim panas semakin sedikit yang bisa membeku
kembali di musim dingin berikutnya.

Dr. Mark Serreze, seorang ilmuwan khusus yang mengawasi es lautan di
Universitas Colorado, mengatakan asumsinya adalah es Artik akan kembali
muncul di musim dingin.

"Tetapi yang kita lihat sekarang adalah musim dingin tidak mampu
mengembalikan es yang sebelumnya hilang. Kami melihat sendiri kejadian itu
pada tahun 2006," tambahnya.

Pada Bulan November, menurut Dr. Mark Serreze, kawasan Artik kehilangan 2
juta km2 persegi esnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"Ini menjelaskan kepada kita bahwa sistem yang selama ini ada ternyata tidak
lagi mampu menyembuhkan diri," tuturnya.

*Mengancam kehidupan*
Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena
akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang

Dr. David Vaughan

Para ilmuwan mengatakan peningkatan suhu yang disebabkan oleh peningkatan
C02, karbon dioksida, di atmosfir bumi yang menjadi penyebabnya.

Bagaimanapun ada juga faktor-faktor alam, seperti kencangnya angin yang
membawa es Laut Artik ke lautan yang temperaturnya lebih hangat.

Mencairnya lautan es ini merupakan persoalan hidup mati bagi kehidupan
binatang laut di Kutub Utara.

Beruang Kutub, misalnya, seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri
habitatnya dimusnahkan.

Situasi begitu mengkhawatirkan sehingga pemerintah Amerika Serikat akhirnya
mau juga mengakui bahwa pemanasan global yang menjadi penyebab semakin
banyaknya es yang mencair di kutub.

Dan ancamannya bukan terhadap ekosistem semata, tetapi juga pada penduduk
asli yang hidup di pinggiran Laut Artik.

Apa yang terjadi belakangan merupakan ancaman bagi cara hidup masyarakat
yang telah bertahan ribuan tahun.

Edward Itta, Walikota sebuah kota kecil di Alaska Utara, menjelaskan ancaman
al bagi kehidupan mereka.

"Musim dingin menjadi lebih pendek, kurang menggigit, dan salju cair lebih
awal, sementara lapisan es lebih tipis. Semua ini menyulitkan perburuan ikan
paus, yang menjadi cara hidup kami selama seribu tahun lebih."

Edward Itta yang juga merupakan pemburu ikan paus menegaskan bahwa bahwa
berburu ikan paus merupakan inti kebudayaan mereka.

*Kepentingan ekonomi*[image: Es di kutub]
Ada juga yang melihatnya sebagai kesempatan

Salah satu yang dituding mendorong pemanasan global adalah ketergantungan
umat manusia terhadap minyak.

Namun di sisi lain banyak yang melihat melelehnya es di kawasan kutub
sebagai kesempatan bagus untuk melakukan eksplorasi minyak.

Soalnya, diperkirakan sekitar sisa 25% cadangan minyak dunia diperkirakan
ada di dasar Laut Artik.

Dan perusahaan-perusahaan minyak sudah tak sabar untuk melakukan eksplorasi.


Selain itu melelehnya gunng-gunung es juga dianggap membuka jalur perkapalan
baru, yang diyakini akan memperbaiki perekonomian kawasan.

Dr. David Vaughan dari Badan Penelitian Antartika Inggris mengakui godaan
keuntungan ekonomi terlalu kuat untuk diabaikan.

"Salah satu yang sangat menggoda adalah jalur pelayaran laut Utara karena
akan langsung membawa kapal dari Eropa ke Jepang. Kalau itu terjadi maka
akan menghemat uang dan waktu," katanya.

Selama ini kapal-kapal dari Eropa yang menuju sebagian kawasan Asia harus
memutar lewat Terusan Suez.

"Jadi memang ada keuntungan, tetapi juga konsekuensi negatif jelas tidak
kalah besarnya dari pemanasan global ini."

*40 tahun lagi?*

Memang persoalan Artik pada akhirnya bukan persoalan keilmuan saja,
melainkan juga persoalan kepentingan ekonomi dan teritorial dari beberapa
negara seperti Kanada, Rusia, Amerika Serikat, dan Norwegia.

Bagaimanapun dari bukti ilmiah, jelas bahwa Kutub Utara dan Seladan berada
dibawah ancaman perubahan iklim yang hebat.

Dan kedua daerah ini sangat vital dalam menjaga agar planet tetap dingin
karena es di kutub menjadi perisai bumi dalam menangkis 90% sinar matahari
yang menimpa bumi, dan mengembalikannya ke angkasa luar.

Tetapi kalau es di kutub mencair maka 90% panas sinar matahari akan diserap
lautan dan semakin meningkatkan pemanasan global.

Dengan tidak menghentikan tingkat emisi C02 saat ini, diperkirakan es abadi
di kutub akan musnah dalam waktu tidak lama lagi.

Jika mengikuti model yang sudah dirancang para ilmuwan, maka es abadi akan
meleleh sepenuhnya dalam waktu 40 tahun.

Apakah manusia harus menunggu 40 tahun lagi sebelum menyadari dampaknya bagi
kehidupan di bumi?

Kirim email ke