Letusan Sinabung yang hentakkan dunia
Ragam
ABDULLAH LATHIF MANJORANG
Koresponden Karo
WASPADA ONLINE

NAMAN TERAN – Tidak ada yang menduga bahwa Gunung Sinabung, sebagai
puncak tertinggi di Sumatera Utara dengan ketinggian 2.460 meter bakal
menyemburkan lavanya untuk kedua kalinya. Bahkan, letusan yang
mengeluarkan lava pijar, Sabtu (28/8) malam, sekitar pukul 23.50 WIB,
membuat status yang disandang gunung tersebut langsung melejit dalam
waktu yang singkat.

Dari yang sebelumnya menyandang tipe B dengan status AKTIF NORMAL,
langsung melejit menjadi tipe A dengan level tertinggi berstatus AWAS.
Tipe B adalah dimana tak perlu dilakukan pemantauan aktivitas
gunungnya. Sedangkan tipe A merupakan gunung aktif dan sering terjadi
letusan. Hal itu membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) merekomendasikan dilakukan pengungsian masyarakat yang
bermukim dan beraktivitas para radius 6 km dari kawah aktif Gunung
Sinabung.

Menarik menyimak letusan kedua Sinabung ini, karena inilah yang
membuat segalanya berubah. Sekejap saja, pandangan dunia pun langsung
mengarah ke puncak tertinggi di Sumatera Utara ini. Buktinya, kantor
berita Reuters yang memasukkan Sinabung ke dalam tajuknya. Demikian
juga Associated Press, Foxnews, Telegraph, CNN, New York Times,
Washington Post, Xinhua dan banyak lagi media level dunia yang ikut
menyoroti meletusnya Sinabung dalam laporan yang berkelanjutan.

Kebetulan, saat terjadinya letusan kedua ini, Waspada Online sedang
berada di desa paling dekat dengan gunung tersebut, hanya dalam radius
0 Km, yaitu desa Bekerah kecamatan Naman Teran kabupaten Karo. Waspada
Online merupakan satu-satunya media yang bergabung bersama tim dari
Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Bidang
Mitigasi Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana, Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut dan Dinas Pertambangan dan
Energi (Distamben) Provinsi Sumut serta tim dari Pemkab Karo.

Kedatangan kami, Sabtu (28/9) malam itu, untuk memasang alat
pendeteksi seismograph. Dalam perjalanan menuju desa Bekerah, Waspada
Online yang menumpangi mobil milik BPBD sempat berbincang-bincang
dengan salah seorang petugas BPBD Sumut, yang mengatakan bahwa kondisi
Gunung Sinabung sebenarnya belum bisa diprediksi. Hal ini disebabkan
belum adanya peralatan yang dipasang di gunung itu. Saat itulah saya
ketahui, bahwa di mobil yang kami naikilah semua peralatan diangkut.

Namun, bila melihat aktifitas gunung yang belum pernah meletus sejak
lebih dari 400 tahun lalu, kecil kemungkinan gunung ini akan kembali
meletus. Hal ini diperkuat setelah ia melihat rekaman foto Waspada
Online (yang kebetulan disiang harinya saya ke lokasi) menunjukkan
bahwa asap yang keluar berwarna putih. Sehingga, menurutnya, Gunung
Sinabung hanya mengalami ‘batuk’ sebelumnya.

“Tapi ini hanya sebuah prediksi. Karena kita belum melihat dan
menge-check langsung. Namun, kalau dilihat asap yang keluar berwarna
putih, sepertinya (Gunung Sinabung-red) hanya batuk saja,” katanya
saat itu.

Cerita dan dialog yang terjadi di sepanjang perjalanan ini membuat
saya sedikit tenang bahwa Gunung Sinabung akan ‘baik-baik’ saja.
Meski, di lubuk hati yang terdalam ada kekhawatiran, was-was dan
bayangan gunung ini akan kembali meletus. Penyebabnya? Karena
seismograph dan peralatan pendukung lainnya masih ada bersama kami di
mobil yang kami kendarai alias belum terpasang. Jadi, bagaimana kita
bisa mengetahui aktivitas gunung Sinabung saat itu?

Menjelang tibanya di desa bekerah, kami pun melewati sejumlah desa
yang memang ramai. Hal ini disebabkan, warga diminta kembali menuju
rumahnya pada Sabtu (28/8) dinihari yang dihantar mobil milik Polres
Karo. Pengakuan warga, mereka ‘dipaksa’ pulang oleh beberapa oknum,
dinihari itu juga. Padahal, letusan pertama terjadi pada Jumat (27/8)
pukul 18.30 WIB yang menurut warga, saat itu gunung ini juga
mengeluarkan semburan api yang belakangan diketahui lava pijar.

Tak lama berselang, kami tiba di desa Bekerah. Di lokasi ini
rencananya seismograph akan dipasang. Namun, karena tempat yang dituju
jalannya sangat mendaki, maka saat itu kami berhenti sejenak untuk
memilih mobil yang diikutsertakan naik (mobil yang saya tumpangi
diperbolehkan sekaligus diwajibkan untuk naik) serta tempat yang cocok
untuk memasang alat itu sekaligus memperbincangkan kembali
persiapan-persiapan tentang apa saja yang akan dilakukan.

Saya saat itu, keluar dari mobil dan menemui warga yang lagi berjaga
malam sembari membuat api unggun. Kemudian, saya dipanggil oleh salah
seorang pegawai Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Organisasi
Amatir Radio Indonesia (ORARI) untuk berbincang-bincang. Sesaat
kemudian, setelah ia menyampaikan keinginannya, saya pun pamit menuju
kendaraan BPBD, yang tadi saya tumpangi.

Setibanya di samping mobil itu, saya berhenti sejenak dan melihat
kondisi Gunung Sinabung. Baru saya sadari, ternyata posisi mobil yang
saya tumpangi berada di tempat strategis. Pandangan ke Gunung Sinabung
terlihat begitu jelas, tanpa pemisah, tanpa jarak. Dari puncak hingga
tempat saya berdiri seakan terhubung langsung tanpa apa pun yang
menghalangi.

Selang beberapa detik pandangan mata saya terfokus ke puncak Gunung
Sinabung, tiba-tiba, terdengar gemuruh yang begitu kuat, getaran yang
sangat terasa. Mendadak semuanya histeris. Namun, hal ini tidak
membuat saya bergerak. Pandangan saya tetap menuju Sinabung
menyaksikan bagaimana detik-detik keluarnya lava pijar serta debu
vulkanik yang meluncur dari puncak gunung itu. Untungnya, lava pijar
itu tidak mengarah ke kami.

Lantas, saya pun sadar dan mencari ‘senjata’ saya, yaitu kamera.
Sayangnya (dan merupakan hal yang sangat saya sesali), berulang kali
mencoba untuk mengabadikan momen sangat berharga tersebut, Canon D
1000 yang saya bawa ternyata tidak bisa diajak berkompromi.
Setidaknya, ada lima menit waktu yang saya habiskan sia-sia saat itu,
sebelum akhirnya teringat ponsel yang saya bawa. Ironisnya, terkesan
memang tidak memiliki rezeki, ponsel saya dalam keadaan low bat.
Akhirnya, saya memutuskan untuk kembali naik ke mobil dan meminta
kepada pengendaranya untuk segera kembali.

Tak lama naik ke mobil, puluhan, bahkan ratusan warga langsung
menyerbu dan berebut naik ke mobil yang saya tumpangi. Akhirnya, dari
jumlah maksimal penumpang hanya lima orang, diisi menjadi 16 orang.
Mereka berlomba-lomba menaikkan keluarga mereka. Namun, karena
kapasitas mobil yang tidak mencukupi, tidak semua anggota dari tiga
keluarga berhasil naik. Alhasil, ada yang ibunya tertinggal, anaknya
atau anggota keluarganya yang lain. Jeritan histeris warga riuh
terdengar.

Sementara, di sepanjang perjalanan, terlihat warga berduyun-duyun
meninggalkan kampung halamannya sembari mencoba menghentikan setiap
kendaraan yang melintas. Suasana yang paling mencekam, disaat abu
belerang mulai berjatuhan menghujani ribuan warga yang ada dibawahnya.
Tangisan warga makin kuat terdengar. Namun, terpaksa harus menunggu
bantuan dari Kabanjahe tiba.

Sepanjang perjalanan saya mencoba untuk tenang dan bersama salah
seorang petugas BPBD yang menyetir mobil, berusaha menenangkan dan
meyakinkan warga bahwa bantuan akan segera datang untuk menjemput
keluarga mereka yang tertinggal. Namun, deruan tangis mereka tetap
histeris sembari berdoa menurut agamanya. Anehnya, kembali ke
persoalan kamera tadi, dalam perjalanan ini, saya sempat mengabadikan
kondisi warga di mobil dan bisa terekam dengan baik.

Terlepas dari hal itu, tidak bisa dipungkiri, letusan kedua Sinabung
inilah yang merubah segalanya. Letusan yang ‘mengajak’ mata dunia
untuk melihat Karo lebih dalam. Letusan yang ‘mengundang’ Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ke Karo. Letusan yang mengubah pernyataan
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono,
yang mengaku bersalah atas prediksi dan analisanya. Juga letusan yang
menimbulkan opini bahwa letusan ini diperkirakan pertanda kemungkinan
terjadinya gempa besar di Kabupaten Karo, menyamakannya dengan Gunung
Talang di Sumatera Barat.

“Letusan Sinabung bisa saja menjadi pertanda bahwa gempa besar karo
dengan masa perulangan setiap 70 tahun bakal segera terjadi.
Sebelumnya Karo pernah diguncang gempa dengan kekuatan 7,2 SR pada
1936 lalu yang meluluhlantakkan Karo dan mengguncang kabupaten
disekitarnya. Apalagi memang sekarang ini sudah memasuki masa siklus
70-80 tahunan gempa Karo,” kata ketua dewan pakar Ikatan Ahli Geologi
Indonesia (IAGI) Sumut-Aceh, Jonathan Tarigan.

Letusan ini juga yang mengubah status Gunung Sinabung, dari tipe B,
AKTIF NORMAL, langsung melejit menjadi tipe A dengan level tertinggi
berstatus AWAS. Hal ini menunjukkan bahwa sewaktu-waktu Gunung
Sinabung akan meletus. Kapan? Tidak ada yang bisa memprediksinya.
Bahkan, Kepala PVMBG pun tidak.

“Saya bukan pawang, Saya hanya mendengarkan apa maunya Sinabung. Saya
juru bicara Sinabung,” kata Surono kepada Presiden SBY dalam
pemaparannya di Desa Perteguhen Kecamatan Simpang Empat, Senin (6/9).

Bahkan, hingga saat ini, Rabu (15/9) malam, gunung ini masih terus
menunjukkan aktivitasnya. Namun, letusan terdahsyatnya adalah sesaat
setelah Presiden SBY meninggalkan Karo, persisnya pada Selasa (7/9),
sekitar pukul 00.12 WIB dinihari. Letusan ini yang membuat untuk
pertama kalinya Kabanjahe dihujani lumpur debu vulkanik, karena
bertepatan dengan hujan yang sangat deras.

Namun, apa pun yang terjadi, saat ini pemerintah harus fokus kepada
25.998 jiwa pengungsi, sampai Rabu (15/9) malam. Bagaimana tidak, saat
ini mereka yang terbiasa memiliki rutinitas bekerja ke ladang, harus
berdiam diri di posko yang dihuni ribuan jiwa. Hal ini tentu sangat
rentan terhadap kejiwaan mereka. Belum lagi anak-anak pengungsi yang
terbiasa riang diharuskan menghadapi kenyataan ini.

Seperti dikatakan Gubsu, Syamsul Arifin, saat ‘sidak’, Senin (31/8)
tengah malam, bahwa pemerintah juga manusia yang memiliki kekurangan
dalam memberikan pelayanan kepada manusia. Namun, Pemerintah juga
harus berupaya secara maksimal untuk memberikan pelayanan terbaik
dalam membantu kebutuhan pengungsi, terkhusus masalah kesehatan dan
psikologi pengungsi.

Selain kebutuhan lainnya yang mendesak, penanganan masalah psikologis
merupakan hal yang terpenting. Banyak yang mengira kejadian ini
hanyalah aktivitas gunung biasa. Namun, saat orang yang tak terbiasa,
bahkan baru mengalami sekali seumur hidupnya, ini adalah musibah yang
sangat luar biasa. Apalagi, saat berada langsung di sekitar Gunung
Sinabung, tentu rasa kaget, khawatir, takut, was-was bercampur menjadi
satu. Inilah yang diperlukan oleh pengungsi saat ini, saat posko
dipenuhi makanan fisik, namun mereka lapar ‘santapan’ rohani yang bisa
membuat jiwanya tenang dan terpuaskan.
(dat04/wol-mdn)

http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=143362:letusan-sinabung-yang-hentakkan-dunia&catid=42:laporan-khusus&Itemid=65

--------------------------------------------------------------------------------
PP-IAGI 2008-2011:
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT, lam...@gc.itb.ac.id
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL, mohammadsyai...@gmail.com
* 2 sekretariat (Jkt & Bdg), 5 departemen, banyak biro...
--------------------------------------------------------------------------------
Ayo siapkan diri....!!!!!
Hadirilah PIT ke-39 IAGI, Senggigi, Lombok NTB, 22-25 November 2010
-----------------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
---------------------------------------------------------------------
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
---------------------------------------------------------------------

Kirim email ke